17 Part 17

     "Kau tanya apa mauku?" dengan terampil melingkarkan tangannya di pinggang Yoona. Begitu merasakan tangan Sehun dipinggangnya, Yoona mencoba membebaskan diri, tapi rasa gugup membuatnya kikuk, alhasil tangan Sehun tak bergerak sedikitpun."aku mau yang seperti malam itu." Dugg! Seringai wajahnya semakin tampak menakutkan.

|

|

     Senyum misterius timbul diwajah tampan itu. Yang tanpa takut mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Yoona. Sungguh aneh melihat Yoona yang hanya diam begitu saja. Itu tidak seperti dirinya—yang biasanya akan langsung mendamprat pria itu. Mengapa? Mungkin Yoona tengah terjerat aura pria itu. Aura yang mampu membuat lawannya diam tak berkutik, seperti yang tengah Yoona alami kini.

|

|

     Sehun terlihat puas dengan reaksi Yoona. Awalnya ia hanya berniat mengganggu wanita itu saja, tapi setelah melihat Yoona yang hanya diam terbodoh seperti itu, sepertinya aku bisa melanjutkannya. Niat nakal pun timbul dalam pikirannya. Sedikit tertawa—walau sebenarnya ia sudah cukup berusaha menahan tawanya. Reaksi wajah Yoona kini, sungguh, sangat imut. Membuatnya tidak sabar untuk segera melahap bibir merah menggoda itu. Tidak, ia tidak bisa menundanya lagi. Sorot matanya seketika berubah semakin liar.

|

     HACHIM!!! Huaaaaaaaaaaaaachim! (suara sekumpulan pria tengah bersin)

|

     Tentu gerakkan Sehun terhenti. Tak hanya itu, akhirnya Yoona sadarkan diri—dan mendapatkan dirinya sudah didalam dekapan tanggung pria itu. Ige mwoya! Pukk! Ia dorong tubuh Sehun dengan penuh tenaga. Setelah melangkah menjauh dari pria itu, barulah keduanya mengedarkan pandangan ke sekeliling mereka. Disana bahkan tidak ada siapapun selain mereka berdua. Tampak terbodoh, mereka saling tatap dengan sorot mata saling bertanya.

     "Aish, Mari kita lanjutkan!" kata Sehun yang sudah melangkah mendekati Yoona. Tidak ingin terjerat untuk yang kesekian kalinya, dengan gerakkan cepat, Yoona buka pintu pagar lalu berlari masuk kedalam rumah. Melihat pelarian gadis itu, Sehun hanya bisa menertawai dirinya."hoh.. Ternyata ditolak sakit juga." batinnya yang tidak pernah merasakan pahitnya dalam urusan cinta. Masih tertawa dan sesekali menggelengkan kepalanya—tak habis pikir dengan nasib memalukannya—Sehun masuk kedalam rumah dengan perasaan terluka.

|

--

|

     Pagi itu Yoona bangun lebih cepat dari Yong Bin. Bukan niatnya untuk bangun sepagi itu. Entahlah, dia juga bingung dengan kondisinya pada saat itu. Pikirannya terus-terusan membayangkan seseorang, seseorang yang selalu membuatnya merasa bingung dengan dirinya sendiri. Bahkan sampai merusak mimpinya—yang sudah sangat ia syukuri meski hanya hitam pekat tanpa cerita.

|

|

     Usai mandi dan berpakaian rapi dengan setelan piyama noraknya—yang sudah beberapa hari tidak ia kenakan—Yoona membangunkan Yong Bin lalu membantu adik satu-satunya itu untuk mandi. Benar sekali, tentu saja Yong Bin menolak dimandikan olehnya. Yak, punyamu juga masih tak terlihat, kenapa malu segala! Begitulah omelannya setelah Yong Bin menutup pintu kamar mandi dengan hentakkan keras. Hah.. Kau dewasa tidak pada waktunya. Sembari menunggu Yong Bin selesai mandi, Yoona menyiapkan pakaian adiknya lalu keluar dari kamar.

     "Oo? Aku merasakan hal yang sangat berbeda hanya dengan melihat kehadiranmu di sepagi ini. Kenapa? Mimpi buruk?" basa basi yang terlalu panjang. Yoona tidak menjawab itu, hanya membantu Kwang Soo yang tengah memasak di dapur.

     "Nasi goreng?" tanya Yoona yang sedang menyiapkan piring.

     "Dan omelet." tambah Kwang Soo."kemarin aku menonton episode terbaru Kang's Kitchen. Melihat Ahn Jae Hyun memasak membuatku ingin segera ke dapur.

     "Kang's Kitchen? Acara apa itu?" tanya Yoona dengan tampang tak tertarik.

     "Kau tidak perlu tahu, sekali pun aku jelaskan, kau tetap tidak akan menontonnya."

     "Benar sekali." Yoona sangat setuju dengan itu. Ya, Yoona memang jarang menyaksikan tontonan di televisi kecuali berita. "aa, oppa, tadi malam kalian kemana? Kenapa rumah sangat sepi?" mengingat ketika tadi malam ia memasuki rumah, ia dihadapi dengan situasi rumah yang sepi tanpa hembusan nafas manusia.

     "Kami? Kami ada dirumah." jawab Kwang Soo santai yang mulai menggoreng telur diatas api yang besar.

     "Dirumah? Tapi seingatku tadi malam rumah sepi melompong."

     "Ani, kami tidak dalam rumah, kami di halaman depan."

     "Halaman depan? Aku juga tidak ada lihat."

     "Tidak mungkin, kami duduk semalaman di teras dengan banyak bir."

     "Tapi aku sungguh tidak melihat.." Yoona terdiam. 'HACHIM!!! Huaaaaaaaaaaaaachim!' Suara bersin yang tadi malam ia dengar kembali melayang di ingatannya. Dengan gerakkan lambat, ia menoleh ke Kwang Soo. Pada detik itu, Kwang Soo juga baru mengingat kejadian pada malam itu. Sembari mengutuk mulut bocornya, ia berdehem berusaha santai dan langsung bergerak cepat guna menyusun sarapan yang sudah selesai ia masak.

     "Cepat susun piringnya!" ujarnya tegas—berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

     "Yong Bin-a, cepat keluar dan sarapan, sebentar lagi bis sekolah mu akan datang.." teriak Jong Suk yang sedang menuruni anak tangga dan sudah rapi dengan setelan kemejanya.

     "Sejak kapan dia perhatian seperti itu pada adikku." grutu Yoona merasa aneh.

     "Selama ini Jong Suk yang menemani Yong Bin menunggu bis sekolah. Kau sebagai kakaknya kemana saja? Kenapa malah orang yang mengurusi adikmu?" sindir Kwang Soo yang sudah melangkah menuju meja makan.

     "Aish, ini juga sudah berniat mengantarnya." balasnya geram, mengikuti Kwang Soo ke meja makan.

     "Tidak, biar aku saja." putus Jong Suk semangat. Senyum sumringah Jong Suk semakin membuat Yoona menaruh kecurigaan padanya. Ting! Sesuatu menyentuh ingatan Yoona.

     "Aaa.." ia mengangguk-angguk seraya menatap Jong Suk dengan tawa tertahannya. "oppa, kau pasti menyukai guru muda yang cantik jelita itu kan?" godanya.

     "..." Jong Suk ingin menyela, tapi perkataannya tak menghasilkan suara, yang terlihat hanya mulutnya yang bergerak ragu.

     "Ohoo.. Bapak Dokter.. Jadi kau sedang jatuh cinta?" kata Jun Yeol yang baru saja bergabung dimeja makan.

     "Wuaaahhhh..." seru Yoona, Kwang Soo dan Ji Soo—yang juga baru bergabung—penuh kegirangan.

     "Astaga, hyung! Benarkah itu? Kau benar-benar naksir guru imut bernama Suzy itu?" dengan reaksinya yang berlebihan, Sehun duduk bersama mereka di meja makan. Perkataan terakhirnya membuat semua yang ada disana terdiam, termasuk Yong Bin yang juga baru duduk bersama mereka.

     "Hyung, bagaimana kau bisa tahu nama guruku?" tanya Yong Bin ke Sehun sementara yang lain diam menunggu jawaban.

     "Ehei.. Hal mudah untukku mengetahui nama-nama wanita cantik sepertinya.." timpal Sehun penuh kesombongan. Tentu Yoona sudah memperlihatkan ekspresi jijiknya. Tapi tidak dengan keempat pria dewasa—sedikit tua—lainnya. Mereka tampak menahan senyuman lalu menatap Sehun dan Yoona bergantian.

     "Kenapa?" tentu Yoona menyadari lirikan mereka.

     "Tidak ada apa-apa." jawab mereka serentak.

     "Nah, Yong Bin-a, cepat habiskan sarapanmu, setelah itu aku akan menemanimu di depan." semangat Jong Suk seperti biasa. Mereka mulai menikmati sarapan mereka dengan lahap. Yoona juga menyempatkan dirinya untuk menyisihkan sayuran yang ada di piring Yong Bin—karena adiknya yang sombong itu benci sayuran. Sebenarnya pagi itu ia berniat untuk mengatakan sesuatu kepada mereka—mengenai kepindahannya nantinya. Tapi, melihat ketenangan di pagi itu, ia merasa waktunya sedang tidak tepat. Ia tidak ingin perkataannya membuat suasana menjadi tidak nyaman.

|

     Tinn! Tinn! Tinn... (Panggil Bis sekolah Yong Bin seperti biasa)

|

     Jong Suk dan Yong Bin langsung menyudahi sarapan mereka. Yong Bin raih tas sekolahnya, begitu juga dengan Jong Suk yang sudah lebih dulu meraih tas kerjanya. Keduanya melangkah buru-buru keluar dari rumah. Seperti anak dan ayah saja. Batin mereka yang masih duduk manis di meja makan. Tampak jelas raut bersemangat di wajah Jong Suk. Semakin membuat mereka yakin bahwa dokter itu memang tertarik pada guru muda yang cantik jelita itu.

     "Wah.. Sepertinya sudah sangat lama aku tidak menyukai seseorang." keluh Kwang Soo sambil mengunyah sisa sarapannya. "Jun Yeol-a, kau memiliki seseorang yang kau suka?"

     "Hmm. Ada." Yoona, Sehun, Ji Soo dan Kwang Soo langsung menatapnya menunggu jawaban. "dia tukang bersih-bersih di kantorku."

     "Hheee?" reaksi mereka bersamaan.

     "Terdengar aneh bukan? Tapi jika kalian melihat orangnya langsung, kalian tidak akan menyangka bahwa dia seorang tukang bersih-bersih. Dia sangat cantik, baik dan juga pintar." Jun Yeol tersenyum, mungkin tengah membayangkan gadis yang sedang ia pikirkan.

     "Lalu kau Ji Soo?" tanya Kwang Soo lagi.

     "Aku menyukai dosenku." mereka yang kebetulan tengah minum langsung terbatuk bersamaan.

     "Yak.. Haha.. Kau bodoh ya? Dari sekian banyak wanita, kenapa harus dosenmu?!!" kata Jun Yeol sambil tertawa.

     "Lalu, dari sekian banyak wanita, kenapa harus tukang bersih-bersih?" balas Ji Soo yang berhasil membuat Jun Yeol bungkam.

     "Hyung, kau tidak bertanya padaku?" tanya Sehun yang mulai senyum-senyum tidak jelas.

     "Tidak." jawab Kwang Soo.

     "Apaan sih.." Sehun pun kecewa, padahal dia sudah menyiapkan jawabannya.

     "Bagaimana denganmu?" Jun Yeol malah bertanya pada Yoona.

     "Kau memiliki seseorang yang kau suka?" tambah Kwang Soo. Kedua hyung/oppa itu tampak sangat serius.

     "Aku?" Yoona mencoba memikirkan itu. Lucunya, tidak ada seorang pun yang melintas dipikirannya. "yak, jauhkan wajahmu!" ia dorong kepala Sehun yang tengah menatapnya dengan jarak terlalu dekat. Sesaat kenangan buruknya bersama Sehun pun terlintas. Sehun sudah senyum-senyum penuh percaya diri. "Tidak ada. Tidak ada siapapun." putus Yoona berusaha terlihat santai. Jawabannya membuat Ji Soo, Kwang Soo dan Jun Yeol tertawa lepas. Itu adalah jawaban yang sudah mereka tebak. Yoona tidak semudah itu. Begitulah yang mereka pikirkan. Bagaimana dengan Sehun? Duduk terpaku, menatap Yoona dengan erangannya yang tertahan dan sorot matanya yang mulai mengeluarkan sinar laser mematikan.

|

--

|

     Yoona kembali kedalam kamarnya untuk mengambil jaket. Pagi ini dia akan kembali bertemu haraboji dirumah yang akan ia tempati. Kemarin mereka sudah membeli banyak barang dan Yoona berniat untuk membereskan semuanya hari itu juga. Dia tidak berniat mengganti piyama noraknya, hanya melapisi piyamanya dengan jaket. Ia keluar dari kamar, meraih sepatunya di rak yang terdapat dibawah tangga, memakai sepatu lalu melangkah riang keluar dari rumah.

     "Yak, kau mau kemana?" tegur Kwang Soo yang tengah tiduran di sofa di depan televisi bersama Ji Soo. Sedangkan Jun Yeol sudah dijemput anak buahnya tadinya.

     "Main-main." sahutnya sebelum menutup pintu rumah itu.

     "Cih, dasar tidak ingat umur." grutu Kwang Soo dan lanjut menyaksikan acara televisi yang tengah memperlihatkan siaran ulang Running Man.

|

--

|

     Seperti biasa, Yoona duduk di halte yang sepi—karena sudah melewati jam kerja dan jam anak berangkat sekolah. Menunggu bis dengan nyanyian asal yang mulutnya lantunkan. Angin menghembus kencang dan sukses membuat rambutnya berantakkan. Menahan udara yang lumayan dingin, Yoona kancing jaketnya dengan rapat. Aish, aku lupa pakai kaos kaki. Decaknya. Biasanya dia masih bisa menahan udara dingin seperti itu, mungkin kini udara semakin minus hingga berhasil mengalahkan kekuatannya.

|

|

     Sebuah mobil berhenti di hadapan halte bis—tepat di depan Yoona. Melihat mobilnya saja Yoona sudah bisa menebak mobil siapa itu. Yang aku harapkan bis, bukan mobil ini! Erangnya dalam hati. Sesuai tebakkannya. Sehun keluar dari mobil itu, melangkah mendekatinya. Tanpa mengatakan apapun, Sehun menarik tangannya dan langsung membawanya masuk kedalam mobil. Hah, melawan pun percuma. Begitulah yang Yoona pikirkan, maka itu dia hanya pasrah.

-

-

-

-

-

→Interview←

Author >> Kenapa kalian minum sebanyak ini? (tanya saya melihat Kwang Soo, Jun Yeol, Jong Suk dan Ji Soo yang sudah tampak setengah mabuk, duduk di halaman depan rumah itu dengan belasan kaleng bir) Dimana Yong Bin? (karena saya tidak melihat Yong Bin Disana)

Ji Soo >> Aish, yak Author-nim. Di malam selarut ini, mana mungkin Yong Bin duduk bersama kami disini. (dari nada suaranya, sepertinya Ji Soo sudah cukup mabuk.)

Jong Suk >> Dia sudah tidur, aku yang menemaninya tadi di kamar. (tangkas Jong Suk dengan tenang seperti biasa. Dia masih sangat sadar.)

Kwang Soo >> Kali ini apa yang ingin kau tanyakan? (tanya Kwang Soo to the point. Benar juga, ada yang ingin saya tanyakan pada mereka.)

Author >> Dimana Sehun dan Yoona? Aku tidak ada melihat mereka.

Jun Yeol >> Entahlah, kurasa mereka sedang..

'Bukankah seharusnya kau membayarku?' itu suara Sehun!

Suara itu menghentikan perkataan Jun Yeol. Dari arah suara, sepertinya berasal dari balik pagar rumah mereka.

'Aku sudah sangat berjasa hari ini.' kata Sehun lagi.

Jun Yeol >> Pffft, Sehun mulai beraksi. (ujar Jun Yeol berbisik, sedangkan yang lain sudah diam membisu berusaha menguping. Ya, mereka termasuk saya sudah menempel pada pagar.)

'Aku sudah membayarmu.' dan kali ini suara Yoona yang terdengar.

...... (semuanya terdiam menunggu lanjutan perkataan Yoona, termasuk Sehun.)

'Jjampong' jawab Yoona singkat.

Kwang Soo dkk >> Pffft! (saya bahkan nyaris tertawa lepas, syukur Ji Soo mendekap mulut saya dengan tangannya.)

'Itu tidak setimpal dengan jasaku.' balas Sehun dengan nada suaranya yang sok bijaksana.

Ji Soo >> Aish.. Dasar! (seperti kilat aku tutup mulut Ji Soo dengan tanganku, dia nyaris kelepasan.)

'Lalu apa maumu?' sangat tak terduga, Yoona berkata seperti itu. Biasanya dia akan pergi begitu saja.

Jong Suk >> Mwoya.. (tidak hanya Jong Suk, saya dan yang lainnya kaget dengan jawaban Yoona.)

Author >> Kenapa dia mau meladeni playboy bangsat itu. (saya sangat geram, syukur saya masih bisa menahan suara saya.)

'Kau tanya apa mauku?' dan nada suara Sehun berubah menggoda.

Kwang Soo >> Mwoya, apa yang akan dia lakukan? (kami semakin merapat pada pagar.)

'Aku mau yang seperti malam itu.' Tttar!!!! Perkataan Sehun menghantarkan kilatan petir pada kami. Tubuh kami terasa seperti berapi-api. Raut wajah kami berubah beringas. Pada detik itu, kami saling tatap. Ada anggukan di akhir tatap-tatapan kami. Dengan semangat yang menggebu-gebu, kami atur mulut kami sebaik mungkin, menarik nafas panjang, dan dengan tenaga yang sudah dipersiapkan, kami bersin dengan sekuat tenaga, cukup serentak. Usai itu, kami berlari dengan gerakkan mengendap-endap, bersembunyi di balik pohon yang banyak tanaman hijau disekitarnya, cukup untuk menutupi tubuh kami.

Jong Suk >> Yak, kaleng bir kita! (kata Jong Suk berbisik.)

Jun Yeol >> Sudah, biarkan saja. Mereka tidak akan menyadarinya.

|

|

|

|

Continued..

avataravatar
Next chapter