16 Part 16

<< Flashback

←←

     Mereka sudah berhasil masuk kedalam rumah. Padahal tadinya Yoona berniat meminta bantuan yang lainnya, tapi di lantai bawah tampak sangat lengah, tak ada seorang pun disana. Yoona hanya bisa menggerutu kesal dan terpaksa lanjut memapah tubuh jakung itu naik ke lantai dua. Melihat tangga membuat Yoona menghela nafas dengan kesal. Sabar.. Batinnya dan mulai menggotong paksa tubuh itu.

     "Gerakkan kakimu!" ujarnya setelah menendang kaki Sehun agar bergerak menaiki tangga. Syukur Sehun masih bisa melakukannya, jika tidak, Yoona sudah berniat meletakkannya begitu saja disana.

`

`

     Melihat pintu kamar Sehun membuat semua rasa lelah nyaris musnah. Buru-buru ia buka pintu kamar itu bahkan sedikit menendang pintu itu, dia hanya perlu membaringkan Sehun di kasur lalu pergi dari sana. Ia sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat. Kini kasur milik pria itu sudah tampak, membuat senyum Yoona merekah tak sabar terbebas dari tubuh itu. Ia percepat langkahnya dan dalam hitungan detik, dilemparnya tubuh itu ke atas kasur. Ooo?!!

-

-

Yoona ikut terlempar!

-

-

     Posisi Yoona kini berbaring menyamping menghadap Sehun—yang masih tampak setengah sadar—tapi dapat menatap Yoona tanpa sekalipun menutup matanya. Pemandangan itu tampak sangat asing. Tak biasanya Yoona akan setenang itu, mengingat seperti apa posisinya pada saat itu, seharusnya gadis itu akan langsung bangkit dari sana atau jika perlu memaki pria itu sepuasnya. Tapi, yang terlihat, Yoona tetap pada posisinya, membalas tatapan Sehun—yang jelas sekali sudah mabuk berat.

`

`

     Tidak jelas juga kondisi Sehun pada saat ini. Sorot matanya tampak waras, jelas sekali dia tengah mabuk berat. Yoona yang tak mabuk sama sekali—mungkin hanya sedikit karena sebelumnya sudah menghabiskan dua kaleng bir—malah sebaliknya. Pandangan Yoona terlihat polos, tidak seperti dirinya yang biasanya. Apa yang sebenarnya tengah Yoona pikirkan? Kenapa dia tetap berdiam diri seperti itu?

!!!

Astaga!

!!!

     Tatapan Sehun beralih ke bibir Yoona. Siapapun yang melihat itu pasti tidak akan menyadari bahwa Sehun tengah mabuk berat, mengapa? Karena Sehun tampak baik-baik saja. Tatapannya juga terlihat sangat tenang, hangat dan perlahan mulai menjerat. Tak elak Yoona si gadis aneh itu juga dapat takluk dengan sorot mata Sehun. Ee? Walau Sehun mulai bergerak mendekati wajahnya, mengapa Yoona masih diam saja? OMG! Sehun menciumnya! Dan Yoona? Dia hanya diam saja, menerima ciuman itu bak gadis polos yang baru pertama kali dicium.

`

`

     Yoona reflek menautkan kedua kelopak matanya dan bibir Sehun mulai mencumbu nikmat bibirnya—yang kini sudah berada dibawah Sehun. Ya, seperti kilat Sehun berpindah dari posisinya hingga kini berada diatas Yoona, merupakan posisi yang sangat menguntungkan untuknya. Posisi itu juga yang membuat ciuman mereka menjadi intens dan semakin liar. Tangan Yoona menyusup kedalam rambut Sehun hingga menjambak gemas rambut Sehun. Ia tekan kepala Sehun untuk memperdalam ciuman itu. Aah.. Desahan itu reflek keluar dari mulut Yoona—karena kini tangan Sehun sudah berada di balik bajunya dan tengah mengusap lembut perut dan pinggang Yoona. Hawa panas langsung memenuhi ruangan itu. Keduanya tampak sama sekali tidak menyadari perbuatan mereka. Terlihat dari ciuman itu yang berlangsung cukup lama.

`

`

Brukk! (Suara pintu terbanting.) Kontras mata Yoona terbelalak—sementara Sehun masih menghimpit tubuhnya dan terus menciumnya. Astaga, apa yang sedang terjadi???

`

`

     Sepertinya Yoona baru menyadari situasi itu. Mata bulatnya melotot ekstra, menatap geli kearah Sehun yang masih asik melumat bibirnya. Ige mwoya?!! Shock berat, Yoona dorong tubuh Sehun sekuat yang ia bisa. Dalam hitungan detik, Yoona sudah berlari mendekati pintu kamar itu. Ia buka sedikit pintu kamar itu—sekedar melihat apakah diluar aman—barulah setelah itu ia keluar dari kamar itu. Lalu bagaimana dengan Sehun? Meski baru saja menubruk lantai, dengan santai Sehun naik kembali keatas kasurnya, menarik selimut hingga menutupi setengah tubuhnya, lalu tidur. Cukup menjelaskan seberapa mabuk ia saat itu.

→→

Flashback End >>

--

--

--

--

     Pagi itu Yoona kembali membuat sebuah janji dengan haraboji—penjaga rumah ibu kandungnya. Mereka sepakat untuk bertemu disebuah pasar guna membeli keperluan rumah yang kemarin belum sempat terbeli. Yoona sudah duduk santai di halte menunggu kedatangan bis. Pagi itu dia mengenakan setelan pakaian olahraga berwarna orange terang dengan jaket tebal berwarna senada. Sedangkan untuk alas kaki, Yoona mengenakan sepatu kets yang biasanya ia gunakan—karena dia belum memiliki banyak koleksi sepatu. Oahhh.. Yoona menguap ekstra, masih sangat mengantuk akibat tidak bisa tidur semalaman. Mengapa? (Ya begitulah. Kalian pasti tahu kenapa.)

`

`

      Seseorang dengan warna pakaian sama persis seperti Yoona baru saja duduk disampingnya. Hanya dengan lirikan ekor matanya, dapat Yoona lihat sebuah sweater yang membalut tubuh orang itu—yang warnanya benar-benar sama persis dengan warna pakaian yang Yoona kenakan—dari posturnya sudah pasti seorang pria. Pria itu mengenakan jeans sobek dan juga sepatu kets—sama sepertinya. Saat itu Yoona terlalu malas untuk melihat wajah pria itu, sehingga ia memilih focus pada jalanan tempat dimana bis akan berhenti.

`

`

     Kebetulan sekali, tak lama dari itu bis sudah terlihat dan akhirnya berhenti tepat dihadapan Yoona. Dengan langkah lebar Yoona segera menaiki bis tersebut. Ia memilih tempat duduk tepat dibelakang sopir bis disamping jendela. Kenapa dia duduk disampingku lagi? Pikir Yoona ketika diliriknya pakaian penumpang yang duduk disampingnya—sepertinya orang yang sama. Karena rasa kantuk masih tertinggal, Yoona memilih untuk tidak menghiraukan keberadaan pria itu. Ia menyandarkan kepalanya hingga menemukan titik nyaman, setelah itu mencoba menutup mata—tidak berniat untuk tidur.

     "Wah, tampan sekali."

     "Dagunya sangat runcing."

     "Hidungnya juga mancung."

     "Lihat bibirnya.." obrolan para siswi yang berdiri di lorong bis membuat Yoona gerah. Namun malah membuatnya penasaran dengan sosok yang duduk disampingnya—karena dari yang siswi-siswi itu sebutkan, sepertinya sosok itu sangat tampan. Mata Yoona yang masih mengatup erat tampak bergetar karena berusaha untuk tetap tertutup dan tidak menghiraukan sosok itu. Tapi, obrolan mereka terus tersaring didalam system pendengarannya.

     "Cepat ambil fotonya!" tidak bisa, Yoona sudah sangat penasaran. Seperti kilat kelopak matanya terbuka dan wajahnya langsung menoleh ke wajah pria yang duduk disampingnya itu.

Krikk.. Krikk.. Krikk.. (Seekor burung permisi lewat) - [Author note: Disini saya terkekeh]

     Raut dongkol diwajah Yoona terlihat jelas. Tidak seperti pria yang ada disampingnya, yang malah tersenyum rupawan kepadanya. Yoona mendengus kesal—karena sudah dengan sangat bodohnya tidak menyadari keberadaan pria itu. Dari kesamaan warna pakaian saja sebenarnya sudah sangat mencurigakan. Dasar Yoona memang ratu paling tidak peka. Mwoya, mereka couple? Para siswi disana masih terus membahas pria itu, yang kini baru Yoona sadari. Pakaian mereka memang bak couple norak yang sedang dimadu kasih. Yoona yang sudah merasa kesal semakin merasa kesal karena todongan kamera dari siswi-siswi disana.

     "Aish, berhenti mengambil gambar!" sembur Yoona tak terkontrol. Tidak hanya siswi-siswi itu, semua yang ada didalam bis langsung melihat kearahnya.

     "Haha.." pria yang ada disampingnya malah menertawainya, tapi langsung terdiam setelah mendapatkan lirikan maut dari Yoona. "imutnya." bisik pria itu langsung ke telinga Yoona. Tentu membuat Yoona menggelepar geli berkat aksi mendadak itu. Ia tatap pria itu. Dia adalah seseorang yang sudah membuatnya tak bisa tidur semalaman. Tatapan penuh kekesalan diwajah Yoona malah membuat senyum pria itu semakin mengembang. Reaksi itu membuat Yoona merasa frustasi. Sedangkan pria itu, Sehun tampak sangat bahagia.

--

--

--

     "Yak, kau sedang apa?!!" tegur Yoona yang baru saja turun dari bis—disebuah halte yang berada disekitar pasar—tempat dimana Yoona akan bertemu dengan haraboji(kakek).

     "Aku sedang mengikutimu." Yoona menghentikan langkahnya secara mendadak, ia menghadap Sehun dengan raut frustasi yang semakin terlihat jelas di wajahnya. "lagi pula aku sedang tidak ada kerjaan." ujar Sehun seraya menarik resleting jaket Yoona hingga tertutup dengan baik. "jadi aku bisa menemanimu seharian." lalu memberikan senyuman terbaik yang ia punya. Raut wajah Yoona berubah seketika. Akhirnya Sehun bisa melihat itu, raut frustasi di wajah Yoona berganti dengan ekspresi gugup. Mungkinkah karena perlakuannya?

     "Tidak perlu, aku sudah ada yang menemani—"

     "Siapa?!!" sambar Sehun.

     "Kau tidak perlu tahu." Yoona lanjut melangkah.

     "Jawab aku, siapa dia?!!" tanya Sehun yang sudah mengikuti langkah Yoona. "namja?" tebak Sehun.

     "Oo, karena itu pergilah."

`

`

     Apakah Sehun menyerah? Tentu saja tidak. Dia tetap mengikuti Yoona hingga akhirnya ia menemukan jawabannya. Cukup membuatnya tenang, karena sebelumnya sudah sangat cemas mengenai siapa pria yang hendak Yoona temui. Pada akhirnya, Sehun ikut menemani Yoona dan si haraboji—pria yang Yoona maksud—untuk berbelanja hingga tak terasa malam pun tiba.

     "Kau bisa angkat ini bukan?" tanya si haraboji yang sedang memberikan Sehun sebuah kotak yang sudah terhubung dengan tali. "ini tidak berat kok."

     "Aa ya, biar aku saja." Sehun mengambil alih kotak itu dan setelah itu langsung menyesali pilihannya. Kotak itu sangat berat. Apa isinya? Sementara Sehun kesulitan, Yoona dan si haraboji tampak asik melangkah didepannya. Mereka yang sudah selesai berbelanja memilih untuk istirahat sejenak di sebuah warung di pinggir jalan.

`

`

     Yoona memberikan sebuah kursi untuk Sehun. Dengan ekspresi datar, Sehun duduk disampingnya. Ia tahu betul, Sehun pasti tengah kesal padanya—karena seharian itu Sehun terus-terusan dikerjai dengan mereka. Haraboji tidak henti-hentinya meminta bantuan Sehun—yang sebenarnya hanya sekedar menjahilinya saja.

`

`

     Mungkin karena kelelahan ditambah udara malam itu yang semakin menusuk, Sehun menyantap jjampong yang ia pesan dengan lahap. Sedangkan Yoona dan haraboji hanya mengamatinya dengan menikmati minuman saja. Sesaat Yoona hanyut dalam wajah itu, yang tengah menyantap santapannya penuh keseriusan. Selama ini ia hanya melihat sisi liar Sehun, ia tidak pernah tahu bahwa ternyata pria itu bisa berlaku sopan seperti hari itu. Cukup sopan dalam memperlakukan haraboji selama mereka berbelanja dan Yoona suka itu.

     "Kenapa? Kenapa menatapku seperti itu." kata Sehun yang tengah membersihkan mulutnya dengan tisu. Yoona tersentak, tak menyangka telah melamun selama itu.

     "Mau tambah lagi?" Yoona segera mengalihkan topik. Sehun memicingkan matanya terlebih dahulu, menatapnya untuk mencari tahu maksud dari ekspresi wajah Yoona saat itu.

     "Kau mulai menyukaiku ya?" ujarnya dengan senyuman dan nada menggoda. Haraboji yang mendengarnya langsung tertawa.

     "Jika kau sudah selesai, kita bisa pergi sekarang." putus Yoona yang langsung membayar makanan mereka.

`

`

     Mereka sudah berada didalam sebuah taksi yang tengah meluncur kerumah haraboji—yang letaknya tepat disamping rumah ibu Yoona yang akan ia tempati nantinya. Sebenarnya seharian itu Sehun sama sekali tidak mengetahui maksud dari aksi belanja-belanjaan itu. Yoona sudah sepakat dengan haraboji untuk tidak membicarakan mengenai kepindahannya. Tapi, dengan sangat disesali, haraboji tidak sengaja mengatakan sesuatu—yang langsung membuat Sehun menatap Yoona dengan ekspresi penuh tanya. Hingga mereka tiba di rumah itu dan Sehun masih dengan sorot matanya yang mulai tampak kecewa.

`

`

     Sementara taksi tengah menunggu—karena mereka hanya sekedar mengantar haraboji—dengan rasa penasaran yang tertahan, Sehun paksa dirinya untuk membantu haraboji menurunkan barang belanjaan. Dari awal aku sudah mencurigai ini. Pikir Sehun yang sesekali melirik Yoona. Sadar akan lirikkan itu, Yoona berusaha tampak tenang dan terus ikut membantu menuruni barang bawaan.

     "Kami permisi dulu." begitulah kata perpisahan Sehun untuk haraboji yang setelah itu langsung mendorong Yoona untuk segera masuk kedalam taksi. Suasana hening sejenak. Sehun tengah menahan emosinya agar tidak mempengaruhi nada biacaranya, ia tahu itu, Yoona sudah menyadari perubahan raut wajahnya, karena itu juga Yoona hanya diam begitu saja disampingnya. "cepat jelaskan padaku. Apa maksud dari perkataan haraboji tadi?" dan akhirnya Sehun menanyakan itu, tanpa melihat langsung ke wajah Yoona. Yoona tampak diam sejenak, ia tarik nafasnya terlebih dahulu barulah menjawab pertanyaan itu.

     "Mmm, itu benar. Tidak lama lagi aku akan pindah kerumah itu." membuat Sehun langsung melayangkan pandangan padanya. "itu rumah almarhum ibuku. Aku merindukannya, karena itu aku ingin mencoba untuk tinggal dirumah itu."

     "Benar itu alasanmu?" karena Sehun merasa ada alasan lain yang membuat Yoona memilih untuk pindah kesana. Yoona mengangguk dan tetap tidak membalas tatapannya. Sehun tak lagi bertanya, ia memilih diam untuk beberapa saat. Membuat Yoona merasa gugup, tidak tahu kenapa.

`

`

     Taksi sudah mendekati lokasi rumah Kwang Soo. Merasa masih banyak yang menjanggal di pikirannya, Sehun meminta sopir taksi untuk menurunkan mereka saat itu juga—meski lokasi rumah masih lumayan jauh—usai membayar tagihan, Sehun segera turun dari taksi diikuti Yoona yang mulai was-was. Yoona sudah bisa menebak itu dan hanya bisa pasrah, mengikuti langkah Sehun yang mulai berjalan santai menuju rumah.

`

`

     Pada saat itu sudah sangat larut malam. Sesuai dengan kondisi jalanan menuju rumah yang sepi melompong. Lampu jalan juga tidak terlalu menerangi—karena jarak antar lampu terlampau jauh. Dijalanan yang sepi itu, tampak hanya ada mereka berdua disana. Keduanya sama-sama larut dalam pikiran masing-masing.

`

`

     Langkah mereka yang diiringi lamunan berakhir di hadapan pagar rumah itu. Keduanya sama-sama terlihat sedikit kebingungan—karena sebelumnya asik dengan pikiran masing-masing. Yoona ingin segera masuk kedalam rumah, berada didekat Sehun membuatnya resah. Sebelum membuka pagar, ia lirik sejenak pria itu. Sehun masih tampak tidak focus, dengan begitu tangan Yoona langsung bergerak hendak menarik pagar.

     "Bukankah seharusnya kau membayarku?" suara Sehun menghentikan pergerakannya. Yoona langsung berbalik untuk menghadap Sehun secara langsung. "aku sudah sangat berjasa hari ini." kerutan di kening Yoona memperlihatkan bahwa ia merasa bingung dengan sikap pria itu. Tadinya Sehun tampak muram, kenapa kini sikap playboynya mendadak muncul?

     "Aku sudah membayarmu." Sehun diam sejenak dengan pandangan seakan berkata 'Apa?' "jjampong." sambung Yoona. Sehun pun tertawa. Raganya tampak kembali segar, dan sepertinya jiwa playboynya benar-benar sudah kembali. Gemas betul dengan jawaban Yoona. Sehun melangkah maju mendekati Yoona.

     "Itu tidak setimpal dengan jasaku." bisiknya yang terus mendekati Yoona. Seringai menggoda sudah memenuhi wajah tampannya.

     "Lalu apa maumu?" siapapun akan merasa gugup jika disudutkan seperti itu.

     "Kau tanya apa mauku?" dengan terampil melingkarkan tangannya di pinggang Yoona. Begitu merasakan tangan Sehun dipinggangnya, Yoona mencoba membebaskan diri, tapi rasa gugup membuatnya kikuk, alhasil tangan Sehun tak bergerak sedikitpun. "aku mau yang seperti malam itu." Dugg! Seringai wajahnya semakin tampak menakutkan.

`

`

`

`

Continued..

`

`

`

`

Kalau komentarnya gak banyak, saya stop dulu ya kak..

avataravatar
Next chapter