15 Part 15

Pagi itu Jong Suk lah yang menemani Yong Bin di depan rumah-menunggu bis sekolahnya datang-karena selama ini memang Jong Suk yang selalu melakukannya. Anak kos lainnya sudah pada rapi duduk santai di meja makan, menyantap nikmat sarapan buatan Kwang Soo. Tapi tidak termasuk Yoona dan Sehun, wanita yang satu itu masih molor di kasurnya sedangkan Sehun baru saja melangkah keluar dari kamarnya. Ia sudah tampil menawan dengan setelan jas dinginnya, kakinya menuruni anak tangga dengan gagah, tak lupa sembari bersiul santai, ia menghampiri meja makan untuk bergabung bersama penghuni kos lainnya.

`

`

Sehun hendak menyesap kopi hangatnya, "K-kenapa?" ia menyadari bahwa semua mata tengah meliriknya sangar. "kenapa sih?" lirikan mereka sungguh menakutkan, tubuh Sehun sampai merinding geli berkat lirikan mereka.

"Apa yang kau lakukan padanya?" tanya Jong Suk tepat ketika ia memasuki rumah dan tengah melangkah menuju meja makan. "sepertinya dia sudah mulai luluh padamu." ia tersenyum bangga pada Sehun.

"Aku sih tidak terlalu kaget dengan hal ini.." imbuh Kwang Soo masih melirik Sehun tak suka. "bagaimana pun juga jiwa playboy sudah mendarah daging didalam tubuhmu, tapi.." ia menyipitkan matanya sebelum melanjutkan perkataannya. "kenapa harus Yoona? Apa tidak ada wanita lain?"

"Benar sekali, hal itu yang membuatku curiga." Ji Soo sependapat dengan Kwang Soo.

Sehun belum memahami arah perkataan mereka, "Begini, aku tidak mengerti dengan apa yang kalian katakan-"

"Kami melihatmu bermesraan dengan Yoona." sela Jun Yeol tak ingin berbasa basi. "tadi malam." tuntasnya.

Tttarrrr! (gemuruh menghantam keras)

Sehun diam untuk beberapa detik, mencoba memikirkan jawaban terbaik yang bisa ia sampaikan. Ia belum berpikir untuk dapat membahas hal itu. Lagi pula dia juga tidak seserius itu. Jika dia terlalu mengambil pusing, akan semakin tampak mencurigakan. Benar sekali, dengan begitu dia memilih untuk bersikap santai bahwa semua itu bukanlah apa-apa. Dimulai dengan senyuman yang menawan, lalu sedikit tertawa-berusaha menunjukkan ketenangan dirinya pada saat itu-dan perlahan mulai berkata.

"Kalian sudah salah paham.." ujarnya diiringi senyumannya yang semakin tampak menggoda-namun tetap tampak mencurigakan bagi Kwang Soo, Ji Soo, Jong Suk dan Jun Yeol. "aish, apa ini pertama kalinya kalian melihatku bersama wanita?"

"Tapi kenapa harus Yoona? Kau tidak sedang mengerjainya kan? Kau pasti menggodanya." sambar Kwang Soo semakin menaruh curiga.

"Aish, hyung!" cukup frustasi karena dicurigai seperti itu. "aku tidak menggodanya.." Sehun diam sejenak, setelah itu lanjut berkata. "sebenarnya aku menggodanya, tapi hanya sedikit-"

"Itu sama saja!" Kwang Soo dan Ji Soo langsung memukuli tubuhnya bertubi-tubi.

"Lagi pula memangnya kenapa? Kenapa kalian harus seperti ini?" Sehun berusaha membela diri.

"Yoona terlalu baik untukmu." sergah Kwang Soo lalu menjitak kepalanya.

"Hah, kau bahkan bukan siapa-siapanya, kenapa harus sampai seperti ini?!" ujar Sehun asal sebut.

"Yak!" Ji Soo siap memukulnya lagi.

"Yoona itu-"

"Bukan siapa-siapa." perkataan Kwang Soo terputus karena suara itu. Itu suara Yoona! Mereka yang menyadari itu langsung menoleh guna mencari sosok itu. Benar sekali, Yoona tampak masih sangat mengantuk, berdiri diambang pintu kamarnya, menatap kearah mereka dengan ekpresi.. Murung?

"Yoona-a.."

"Kenapa kalian berisik sekali? Aku sampai terbangun." Yoona bersikap santai seakan semua perkataan mereka tidak penting. Ia melangkah menuju wastafel dapur, membasuh wajahnya lalu menepis sisa air diwajahnya menggunakan lengan piyamanya. "aa, Yong Bin sudah berangkat?" mereka semua mengangguk serentak.

"Aku yang menemaninya menunggu jemputan dan dia baru saja berangkat." jelas Jong Suk tenang seperti biasa.

"Thank you oppa. Kalau begitu aku tidur lagi. Uaahh.. Ngantuknya.." sembari menguap Yoona kembali masuk kedalam kamarnya. Suasana di ruang makan hening sejenak. Mereka tampak menyesal dan juga merasa bersalah, daun raut menyesal lebih terlihat jelas di wajah Sehun. Bahkan hingga kini Sehun masih saja mengamati pintu kamar Yoona.

"Dia pasti mendengar semuanya." gumam Sehun. "Aish, seharusnya kubilang saja kalau aku menggodanya. Ini semua karena kalian, hyung! Lagi pula, memangnya kenapa kalau aku menggodanya? Dia terlalu baik untukku? Apa aku sejahat itu dimata kalian?!!" para hyung dan Ji Soo mengangguk polos.

"Wanitamu ada dimana-mana." kata Jun Yeol mulai menikmati sisa kopi hangatnya.

"Hyung, sebenarnya aku tidak menggoda mereka, tetapi sebaliknya.." tidak tahu mengapa, Sehun tampak serius.

"Cih, jadi maksudmu merekalah yang menggodamu?" tanya Kwang Soo yang langsung dibalas anggukan dari Sehun.

"Kau pikir kami percaya?" sambar Ji Soo yang merasa itu hanya tipu daya Sehun.

"Kalau menurutmu kau cukup baik untuknya, lakukan sesukamu." Jong Suk kembali mereda percekcokan aneh itu.

"Yak.." Kwang Soo langsung protes dengan perkataan Jong Suk.

"Aish, kalian tidak bisa diam juga?!!" kepala Yoona tampak menyelip dari sela pintu kamarnya yang setengah terbuka. "DIAMLAH!!!"

--

Yoona baru saja keluar dari rumah dan siap untuk menemui haraboji-penjaga rumah almarhum ibunya. Mereka sudah janjian untuk bertemu di sebuah toko perabotan. Seperti yang sudah Yoona katakan sebelumnya, dia ingin pindah dari rumah Kwang Soo dan Yoona memilih untuk tinggal dirumah ibunya. Yoona memilih menaiki taksi, tidak ingin membuat haraboji(kakek) menunggu lama. Ia sudah tidak sabar untuk membeli beberapa perabotan yang ia perlukan-karena perabotan yang ada di rumah itu sudah tampak usang.

"Baiklah, aku akan menggunakan uangku. Ya, uangku. Karena ini uangku, aku akan menggunakannya dengan senang hati. Benar juga, aku tidak perlu ragu, hanya perlu belanja sepuasku. Ini uangku!" batinnya mencoba menguatkan pemikirannya-yang selalu takut untuk menggunakan uang peninggalan ayahnya.

`

`

Sesaat ia kembali teringat pada hari dimana ia bertemu dengan kakak tirinya. Ia sentuh lehernya, raut cemas langsung terlihat di wajahnya. Mendadak nafasnya terasa berat, matanya memanas. Tidak ingin larut dalam kesedihan, segera Yoona tepis perasaan tak mengenakan itu. Ia paksa matanya untuk mengamati keindahan kota dari balik kaca mobil. Tidak cukup membuatnya tenang, ia buka sedikit kaca mobil untuk merasakan angin di pagi itu. Brrr! Wajahnya membeku berkat terjangan angin, cepat-cepat ia tutup kembali kaca mobil itu.

"Maafkan aku.." tuturnya lembut-setelah menyadari sang sopir yang tersentak hingga menggiggil akibat masuknya angin dari luar. "kenapa mendadak sangat dingin?" pikirnya yang akhirnya dapat merasakan suhu yang semakin minus. Sesaat ia merasa bersyukur karena pagi itu ia mengenakan sweater turtle neck, kemeja tebal bertangan panjang dan jas musim dingin sepanjang lutut. Ia juga mengantongi sebuah sarung tangan untuk berjaga-jaga. Setidaknya cukup menghangatkannya.

`

`

Akhirnya Yoona tiba di toko perabotan. Haraboji yang akan ia temui juga sudah berada disana. Mereka langsung memilih beberapa prabotan yang sekiranya akan Yoona butuhkan di rumah itu. Seakan tak lagi risau dalam menggunakan uangnya, Yoona membelikan sebuah penghangat ruangan untuk si haraboji. Tidak hanya itu, ia juga membelikan beberapa pakaian hangat untuk kakek itu dan istrinya. Tidak berhenti pada toko perabotan, mereka melanjutkan ke toko lainnya. Yoona juga membawa kakek itu kesebuah retoran dan tak lupa membawa pulang beberapa macam makanan untuk diberikan kepada istri si kakek. Seharian bersama si kakek hingga tak terasa malam sudah tiba.

--

"Bos, jangan minum lagi.." tegur salah seorang pekerjanya. "anda sudah terlalu banyak minum.." teguran itu tidak membuat Sehun berhenti meneguk minumannya. Kini giliran seorang bartender-yang lebih dekat dengan Sehun dibandingkan pekerja lainnya-datang menghampirinya. Sebelumnya bartender itu menyuruh para wanita genit yang tengah duduk bersama Sehun untuk pergi dari meja itu. Wanita-wanita berpakaian minim itu langsung berpindah ke meja lainnya dengan wajah murung.

"Berhentilah." bartender itu tampak lebih berani, ia langsung meraih botol kaca dari tangan Sehun. "cepat bersihkan semua yang ada di meja ini." perintahnya ke para pelayan yang ada didekatnya.

"Yak, jangan ganggu aku.." Sehun mencoba meraih minumannya, membuat pelayan yang hendak membersihkan mejanya menjadi takut.

"Bersihkan saja. Dia bisa pingsan jika dibiarkan begitu saja." kata si bartender-yang selama ini sering menggantikan Sehun dalam mengontrol bar itu.

"Aish.." karena dia sudah mabuk berat-karena tampaknya memang seperti itu-Sehun sama sekali tidak bisa menghalangi pelayannya. "sudah jam berapa ini?"

"Pukul 11 malam." jawab si bartender tenang.

"Aaa.." hanya itu reaksinya.

"Anda pulang saja.. Mau saya carikan sopir pengganti?" Sehun mengangguk pelan-antara sadar atau tidak. Bartender itu langsung menghubungi seseorang melalui ponselnya. "sebentar lagi dia akan datang. Kalau begitu saya kembali bekerja dulu." Sehun kembali mengangguk, sepertinya tidak lagi menyadari apapun. Membuka mata saja sudah sulit.

--

Yoona baru saja mengantar si kakek pulang. Barang-barang yang tadinya ia beli haraboji yang akan mengurusnya. Ia cukup merasa puas dengan apa yang sudah ia lakukan tadinya. Setidaknya ia sudah membelikan barang-barang yang ia butuhkan dan juga haraboji butuhkan. Taksi yang kini ia tumpangi tengah meluncur menuju rumah Kwang Soo. Tak terasa langit sudah gelap saja. Udara juga semakin terasa dingin.

"Oo?" ia melihat sebuah mini market-jauh didepan-hendak taksi itu lewati. "ahjussi(paman), saya berhenti disitu saja." ujarnya cepat dan taksi itu pun langsung berhenti di hadapan sebuah mini market-yang letaknya sudah sangat dekat dari rumah Kwang Soo. "khamsamnida(terima kasih).." katanya sebelum menutup pintu taksi.

`

`

Yoona masuk kedalam mini market. Ia membeli dua kaleng bir dan setusuk sosis. Duduk didalam mini market untuk menikmati bir dan sosisnya. Sesaat ia lirik jam tangannya. Ia cukup kaget ketika dilihatnya jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 12 malam lebih. Waktu berjalan begitu cepat tanpa ia sadari. Segera ia teguk birnya hingga habis tak tersisa sedangkan sosisnya sudah lebih dulu lenyap.

"Huh.." Yoona merasa sedikit pusing, mungkin efek dari bir yang ia minum-Yoona memang tidak terlalu kuat minum-dan kadar alcohol yang terdapat dalam bir itu memang cukup banyak. "aish, kenapa aku sangat mudah mabuk?" tanya Yoona kepada dirinya sendiri. Ia melangkah berhati-hati keluar dari mini market. Syukur ia masih cukup sadar dan dapat melanjutkan perjalanannya dengan aman.

`

`

Keadaan disepanjang jalan sangat sepi dan lumayan menyeramkan. Lampu jalan tidak terlalu terang dan jarak antara rumah ke rumah terlampau jauh. Bisa dikatakan berbahaya juga. Karena itu Yoona mempercepat langkahnya hingga berlari kecil. Setibanya hadapan rumah itu, dengan terburu-buru ia buka pagar rumahnya lalu menutupnya dengan sangat tergesa-gesa. Usai pintu pagar itu tertutup, barulah ia bisa bernafas dengan lega.

"Aaak!!!" teriaknya kaget bukan main. "Ka-kau siapa?" ia melihat seseorang tengah duduk di bangku halaman depan. Tidak jauh dari mobil Sehun terparkir. Lampu di halaman depan terlalu remang, belum lagi orang tersebut duduk merunduk, wajahnya tentu tak terlihat. Tunggu, pakaiannya terlihat familiar. Yoona memberanikan diri untuk mendekat. "yak.." ia merasa sudah mengetahui siapa itu. "yak!" suaranya yang meninggi menunjukkan bahwa ia benar-benar sudah mengetahui siapa itu. Orang itu Sehun. "yak bangun, jangan tidur disini, kau bisa mati membeku!" hanya bergerak sedikit, mengangkat wajahnya lalu menatap Yoona dengan mata sayu.

"Oo? Kau sudah pulang?" aroma alcohol pun langsung tercium kuat.

"Aish, kau pasti mabuk berat." Yoona reflek mundur karena aroma itu.

"Kenapa lama sekali, aku sudah menunggumu sangat lama." ujar Sehun dengan suara seraknya. Matanya sesekali tertutup, duduknya pun tak lagi tegak.

"Siapa suruh menungguku?!! Cepat bangun!" walau terus membentak, Yoona tetap membantunya berdiri. "tubuhmu sampai dingin seperti ini, berapa lama kau sudah duduk disini?!!" tanya Yoona seraya terus memapah dengan sekuat tenaga.

"Tidak tahu, haha.." Sehun tertawa.

"Aish, kau berat sekali."

`

`

Mereka sudah berhasil masuk kedalam rumah. Padahal tadinya Yoona berniat meminta bantuan yang lainnya, tapi di lantai bawah tampak sangat lengah, tak ada seorang pun disana. Yoona hanya bisa menggerutu kesal dan terpaksa lanjut memapah tubuh jakung itu naik ke lantai dua. Melihat tangga membuat Yoona menghela nafas dengan kesal. Sabar.. Batinnya dan mulai menggotong paksa tubuh itu.

"Gerakkan kakimu!" ujarnya setelah menendang kaki Sehun agar bergerak menaiki tangga. Syukur Sehun masih bisa melakukannya, jika tidak, Yoona sudah berniat meletakkannya begitu saja disana.

`

`

Melihat pintu kamar Sehun membuat semua rasa lelah nyaris musnah. Buru-buru ia buka pintu kamar itu bahkan sedikit menendang pintu itu, dia hanya perlu membaringkan Sehun di kasur lalu pergi dari sana. Ia sudah sangat lelah dan ingin segera beristirahat. Kini kasur milik pria itu sudah tampak, membuat senyum Yoona merekah tak sabar terbebas dari tubuh itu. Ia percepat langkahnya dan dalam hitungan detik, dilemparnya tubuh itu ke atas kasur. Ooo?!!

-

-

Yoona ikut terlempar!

-

-

Mimpi itu luar biasa.... Indah? Tidak juga sih. Sehun sudah sangat sering memimpikan hal seperti itu. Tetapi, mimpinya kali ini memiliki sensasi yang berbeda. Dia bahkan terus-terusan tersenyum meski sedang menggosok gigi. Ia basuh wajahnya berkali-kali, mungkin saja mimpi itu akan berhenti membuatnya tersenyum, eh malah membuatnya tertawa kesenangan. Lucu betul kondisinya pagi itu. Meski rasa pusing masih tertinggal, tetap tak menghilangkan senyuman kasmaran di wajahnya.

`

`

Baru saja ia membuka pintu kamarnya, aroma sedap langsung tercium. Kali ini Kwang Soo hyung masak apa ya? Ia bergegas melangkah menuruni anak tangga. Namun langkahnya mendadak terhenti tepat di pertengahan anak tangga. Yoona baru saja membuka pintu kamarnya-yang posisinya tepat di hadapan tangga. Tentu kini pandangan mereka saling bertemu. Tunggu, sesuatu mengganggu ingatan Sehun. Tapi, apa itu? Kenapa dia tidak bisa mengingat apapun?

"Apa?! Kenapa kau menatapku seperti itu?!!" bentak Yoona seperti biasa.

"Oo, sepertinya ada yang terjadi. Tunggu, kenapa aku tidak bisa mengingat apapun?" grutu Sehun-lebih tepatnya bicara pada dirinya sendiri.

"Hah, sepertinya kau masih mabuk. Sana mandi lagi biar segar, sekalian sikat wajahmu itu!" dengan ekspresinya yang sangat santai, Yoona menjauh dari hadapannya-sepertinya ke dapur.

"Apa aku hilang ingatan? Eish.. Mana mungkin. Tapi.. Seperti ada yang terlupakan." terus memikirkan itu bahkan ketika sudah duduk bersama yang lainnya di meja makan.

`

`

Yoona sadari itu, Sehun terus-terusan melihat kearahnya, bahkan sangat terang-terangan. Pria itu nyaris tidak melepaskan pandangannya dari Yoona. Sembari menyantap sarapannya, dan tetap mengamati wajah Yoona. Ya, Sehun masih memikirkan itu. Ia merasa ada sesuatu yang terlupakan olehnya dan hal itu berhubungan dengan Yoona. Ia yakin sekali akan itu. Tapi kenapa Yoona tampak sangat santai?

"Apa tadi malam terjadi sesuatu pada kita?"

Uhuk! Uhuk! Uhuk! (Pertanyaan Sehun untuk Yoona membuat semua yang ada di meja makan terbatuk masal, syukur Yong Bin sudah berangkat sekolah.)

"Apa maksudmu?" jawab Yoona santai. Sikap santainya membuat Sehun semakin penasaran.

"Pasti terjadi sesuatu." malah semakin yakin. Membuat yang lainnya bergidik ngeri.

"Yak, ada apa dengan kalian?" tanya Jong Suk.

"Sesuatu seperti apa yang kalian maksud?" tambah Jun Yeol.

"Jangan-jangan.. Kalian???" Kwang Soo langsung menutup mulutnya, tak mampu menyambung perkataannya.

"Daebak(luar biasa)!" seru Ji Soo hingga membuat matanya membesar ekstra dan mulutnya terbuka lebar. Tapi tetap saja, Yoona memilih untuk bungkam. Seperti tidak ada yang harus dijelaskan. Meski sudah mendapat berbagai argument liar dari yang lainnya, Yoona masih dengan wajah datarnya.

-

-

-

-

-

→Sehun Interview←

`

Author >> Sehun-ssi? Anda terlihat sedang memikirkan sesuatu. Bisa katakan pada saya?

Sehun >> Saya juga bingung, sebenarnya apa yang sedang saya pikirkan?

Author >> Ee? M-maksud anda? (Saya ikutan bingung)

Sehun >> Begini. Saya merasa ada yang terjadi pada malam itu, tapi.. Aish! Apa sih yang sebenarnya telah terjadi?!!

Author >> Mengapa anda bisa melupakannya?

Sehun >> Malam itu saya mabuk berat.

Author >> Lalu? (Saya berusaha memancing ingatannya.)

Sehun >> Mmm, saya ingat kalau dia yang membantu saya masuk kedalam rumah. (Dia yang dimaksud Yoona.) Dia juga menendang kakiku, aish.. Kalau saja aku sedang tidak mabuk, aku sudah membalasnya!

Author >> Ayo teruskan. Apalagi yang terjadi?

Sehun >> Kami berhasil tiba di lantai dua. (Dia berkata sangat lambat sembari mencoba mengingat kejadian pada malam itu.) Dia membuka pintu kamarku, dia juga menendang pintu kamarku!

Author >> Lanjutkan, lanjutkan! (Saya mulai geram karena terlalu lama mendengar penjelasannya.)

Sehun >> Aaa.. Mmm.. Itu.. Maksudku.. Setelah itu.. (Sehun tampak masih kesulitan mengingatnya, sedangkan saya sudah merah padam karena kesal. Dia terlalu lama!) Dia membaringkanku di kasur, tidak! Dia melemparku!

Author >> Lalu?!!

Sehun >> Lalu? (Sehun kembali terdiam.)

Author >> Ya, lalu? (Ekspresi apa itu? Raut wajahnya kini tampak kaget, tetapi ada senyuman di wajahnya.) Sehun-ssi? Lanjutkan perkataan anda. (Senyuman di wajahnya semakin mengembang. Hidungnya pun ikut mekar.)

Sehun >> Hahaha.. (Dia malah tertawa. Tampak bahagia.)

Author >> Sehun-ssi, apa yang terjadi selanjutnya? (Dan dia malah pergi begitu saja. Hanya meninggalkan sisa tawanya yang sangat mencurigakan.)

Continued..

Hayoo..

Apa yang terjadi?? (silahkan berimajinasi)

Haha..

Akan saya jelaskan di chap selanjutnya.

Sampai jumpa lagi.. ^^

avataravatar
Next chapter