webnovel

Enjoy Life In The New Era (Bahasa Indonesia)

Di awali sekelompok anak muda beranggotakan 5 orang yang secara tidak sengaja menemukan ruang misterius di dalam gua, dan mencoba memasuki ruang itu. Mereka tidak tahu, dalam proses mencoba masuk, mereka telah membangunkan seseorang yang sedang hibernasi di dalamnya, yang tidak lain adalah Shi Qiang, seorang immortal dari zaman kuno. Suasana ruangan itu yang sangat menyeramkan mengakibatkan proses bertemunya kelompok itu dengan Shi Qiang secara tak sengaja memakan 1 korban, yaitu Su Yun. Kebetulan, Shi Qiang yang merupakan orang zaman kuno membutuhkan identitas untuk hidup di zaman sekarang, dan terpaksa digunakanlah identitas Su Yun itu. Menggunakan sebuah artefak, Shi Qiang membuat pil yang dapat merubah segala macam tentang dirinya menjadi Su Yun, baik penampilan, suara, dan bahkan ingatan. Apa yang akan Shi Qiang lakukan dengan identitas barunya? Silahkan baca! ============================================================================================== *Buy me a coffee: -https://saweria.co/xiaokedun -https://trakteer.id/kedun/tip =============================================================================================== *Cover : Gambar di dalam cover bukan milikku, jika kamu merasa itu milikmu, dan ingin aku menghapusnya, silahkan PM saja atau kontak di email: xiaokedun@outlook.com

xiaokedun · Fantasy
Not enough ratings
22 Chs

Bibi Hua

Di saat Su Meixiang senyam-senyum sendiri di atas ranjang, tanpa disadari Su Yun sudah kembali dari kamar mandi dengan penampilan barunya yang bersih dan wangi. Mengenakan setelan kaos berwarna hitam dikombinasikan celana jogger biru tua, dia datang mendekat ke sebuah jendela kayu yang berada di salah satu sudut kamar sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

"Jarang-jarang melihatmu seperti itu, apa yang begitu menyenangkan?!" Tanpa melirik Su Meixiang, Su Yun fokus dengan apa yang sedang dilakukannya, membuka jendela untuk digunakan sebagai tempat menjemur handuk.

Terbangun dari lamunannya tentang angan-angannya di masa depan, Su Meixiang langsung memiringkan tubuhnya ke kiri untuk melihat Su Yun yang telah selesai menyampirkan handuk di jendela, dan sekarang terlihat sedang menatap pagar tembok vila milik keluarga Taidu yang ada di luar jendela.

"Artefak yang kakak temukan efeknya luar biasa! Aku yakin semua orang yang berkesempatan memakainya pasti akan memiliki ekspresi yang sama denganku, bahkan mungkin bisa lebih gila lagi!" Masih dengan ekspresinya yang bahagia, Su Meixiang mengucapkan kalimatnya sambil menatap Su Yun yang berjalan mendekat ke ranjang dari jendela.

Di tengah-tengah berjalan, Su Yun menyempatkan diri untuk melirik ke arah jam dinding sebelum akhirnya berhenti di samping kanan ranjang untuk mengambil sisa perhiasan yang berada di atas meja lampu tidur.

"Bagus kalo kamu suka! Oh iya, apa Bibi Hua masih belum datang?!" Padahal sudah pukul 7.32 pagi, masih belum ada tanda-tanda kedatangannya.

Bukannya menjawab pertanyaan yang Su Yun ajukan, Su Meixiang malah ngomongin sesuatu yang lain. "Sebentar kak, jangan dimasukkin dulu!" Su Meixiang bangun untuk menghentikan Su Yun yang sedang ingin memasukkan sisa perhiasan ke kantong celana. "Boleh minta 1 perhiasan lagi?! Mau aku kasih ke sahabatku yang keadaan ekonominya lebih buruk dari kita!" Sebagai seorang sahabat yang baik, terasa tidak elok bila membiarkan sahabatnya tetap dalam keadaan miskin sementara dia menuju ke arah yang lebih baik, bahkan mungkin menjadi kaya.

Su Yun menghentikan tangannya yang sudah sampai di depan pintu masuk kantong celana, lalu menarik kembali tangannya untuk menyodorkan sisa perhiasan ke Su Meixiang. "Kalo sahabatmu lebih miskin, 1 tidak cukup! Itu cuma perhiasan biasa, bukan artefak yang harga jualnya sangat mahal!" Masih dalam kebohongannya tentang sisa perhiasan bukan artefak, Su Yun menyarankan untuk memberinya lebih dari 1, sebab harga jual 1 perhiasan mungkin hanya dapat menutupi kebutuhan beberapa bulan saja.

Setuju dengan apa yang Su Yun bicarakan, Su Meixiang tidak jadi mengambil hanya sebuah perhiasan saja. "Kakak benar! Seharusnya 3 cukup buat biaya hidup beberapa bulan serta membuka usaha untuk memutar kembali uang!" Anting-anting, kalung, dan cincin, itulah yang Su Meixiang ambil dari sisa perhiasan yang ada di telapak tangan Su Yun. Dia sengaja memilih jenis yang sama dengan miliknya, agar tidak menimbulkan keirian atau sesuatu yang dapat meretakkan hubungan persahabatan di antara mereka.

Melihat Su Meixiang sudah mengambil apa yang dibutuhkannya, sisa perhiasan yang mana tinggal 2 cincin dan 2 kalung dimasukkannya ke dalam kantong celana. "Aku mau pergi dulu! Nanti kalo Bibi Hua nganter sarapan, kamu~" Kalimat Su Yun berhenti di tengah jalan gara-gara baru ingat Su Meixiang sedikit susah berjalan. "Udahlah tidak jadi, nanti biar aku sendiri yang mampir ke rumah Paman Taidu untuk memberitahu Bibi Hua tidak usah mengantarkan sarapan!" Niat awal ingin menyuruh Su Meixiang menerimanya, soalnya akan terasa tidak sopan, repot-repot diantarkan sarapan tapi tidak diterima.

Mengucapkan selamat tinggal ke Su Meixiang, Su Yun pergi meninggalkan kamar. Rencana hari ini, di samping menghasilkan banyak uang dengan menjual beberapa artefak, dia juga ingin mencari informasi terkini mengenai dunia kultivasi, apakah masih sama seperti pada zaman sebelum tidur panjangnya atau sudah beda. Seharusnya sih beda drastis, mengingat sudah tidak adanya lagi Energi Spiritual Putih serta Biru yang langka.

Akan tetapi, rencana yang telah dibuat sepertinya harus di undur terlebih dulu. Alasannya waktu membuka pintu depan rumah, dia mendapati seorang wanita sedang berdiri sambil menenteng rantang 4 susun.

Siapa lagi kalau bukan Bibi Hua yang sedang mengantarkan sarapan, bila belum mengenalnya mungkin dia akan salah kira wanita yang sedang berdiri di depannya adalah seorang model yang kesasar. Bukan sembarang melebih-lebihkan penampilannya, sisihkan wajahnya yang memang sudah cantik, tanpa itu penampilannya akan tetap sangat hot. Lihat saja perpaduan antara T-Shirt Short Minidress berwarna coklat tua yang dikenakannya dengan warna kulit sawo matang, itu benar-benar bisa membangkitkan gairah pria. Apalagi ditambah senjata pamungkas berupa payudara berukuran H-cup yang terlihat sangat besar gara-gara bentuk tubuhnya yang langsing, bisa-bisa yang tidak kuat menahan nafsunya akan langsung lari di bawah roknya.

"Dandanannya Bibi Hua kok cantik amat! Emang mau ke mana, apa ke dukun la~" Sebelum Su Yun sempat menyelesaikan apa yang diomongkannya, Bibi Hua buru-buru menutup mulut Su Yun dengan telapak tangannya, serta mendorongnya masuk ke dalam rumah.

"Ssttt!!!" Tanda Bibi Hua menyuruh Su Yun untuk segera diam. "Sudah berapa kali Bibi bilang, jangan bahas tentang itu di luar, nanti kalo didengerin orang lain lalu nyebar ke suami Bibi gimana?!" Ekspresi khawatir muncul di wajah yang cantik itu.

Su Yun mengangguk paham, baru kemudian Bibi Hua melepaskan tangan yang menutup rapat mulutnya.

Bila harus menceritakan bagaimana Bibi Hua bisa begitu dekat dengannya bak seorang sahabat, akan menjadi cerita yang sangat panjang. Berdasarkan memori Su Yun lama ada empat fase yang dilewati untuk bisa menjadi seperti sekarang.

Pertama awal pertemuan mereka, yaitu sebuah penyelamatan, dia yang pada saat itu bekerja sebagai kuli di tempat pembangunan vila keluarga Taidu, menyelamatkan Bibi Hua yang hendak tertimpa bata ringan yang ukurannya lumayan besar dari lantai tiga. Tentu dia bukan superman yang mana bisa menyelamatkan orang sekaligus dirinya sendiri, sebagai gantinya malah dia yang tertimpa batu ringan itu. Untung tidak menyebabkan cedera yang begitu serius, hanya memar di punggung dan perasaan syok yang biasa muncul sehabis mengalami kecelakaan.

Berkat kejadian itu, masuklah ke fase yang kedua, yaitu mulai mengenal satu sama lain. Bibi Hua yang didasari rasa bersalah memutuskan untuk mendedikasikan diri untuk merawat luka yang dimilikinya akibat kejadian itu. Masa-masa perawatan itu mereka sering bertemu hingga menyebabkan rasa asing yang ada di antara mereka sedikit demi sedikit mulai menghilang. Bahkan kebiasaan menjenguknya masih berlanjut walau luka yang dimilikinya sudah sembuh total, baru kemudian kebiasaan itu berhenti setelah vila itu jadi dan siap huni.

Di fase yang ke tiga, hubungan yang hanya sekedar kenalan saja berubah lebih dalam menjadi seorang teman, tentu dengan batasan seorang junior harus bersikap sopan kepada seniornya. Fase ini dimulai waktu kepindahan keluarga Taidu ke vila tersebut, tepatnya saat dia membantu Bibi Hua beres-beres menata barang pindahan yang dibawanya dari rumah sebelumnya. Juga, di sini dia mulai menyadari ada yang tidak beres dengan hubungan di antara sesama keluarga Taidu, Taidu Elie dan Taidu Taoyan menganggap Bibi Hua bak seorang pembantu, sementara Taidu Taoyan terlihat membenci Taidu Elie, sedangkan Taidu Elie sendiri tidak peduli kebencian itu, tetap mencintai anaknya sepenuh hati.

Tentang ketidakberesan itu, Bibi Hua masih belum ada keinginan untuk bercerita kepadanya. Akan menjadi aneh bila bercerita, hubungan yang mereka miliki cuma di tahap awal pertemanan, mana mungkin berbagi cerita perihal masalah pribadinya. Namun ini tidak bertahan lama, mungkin efek dari kerja keras yang dilakukannya selama berbulan-bulan membantu meringankan pekerjaan Bibi Hua sebagai ibu rumah tangga seperti mencuci, mengepel, bersih-bersih, atau membawakan barang belanjaan waktu pergi ke pasar, sedikit demi sedikit Bibi Hua mulai terbuka dengannya, meski belum sampai ke urusan masalah pribadi.

Sementara fase terakhir bisa terjadi gara-gara di picu oleh laporannya yang tidak sengaja melihat Taidu Elie keluar dari hotel cinta bersama 2 wanita muda. Berkat hal sederhana itu hubungan yang dimilikinya bersama Bibi Hua melangkah lebih dalam, tidak ada lagi batas kesopanan antara junior ke senior, dan mulai terbuka untuk bercerita tentang sesuatu yang sifatnya pribadi, dengan kata lain dia dijadikan sebagai tempat curhat.

"Jadi hari ini tidak ke 'sana'?!" Su Yun memperbaiki kalimat pertanyaannya, menggunakan kata 'sana' sebagai kata ganti dukun.

Bibi Hua menggelengkan kepala. "Lagi bokek! Dipikir-pikir lagi sepertinya mereka semua cuma penipu, udah habis banyak uang tapi tidak ada satupun dari mereka yang berhasil menyadarkan suami Bibi!" Rencana awal ingin menggunakan jasa dukun untuk memantrai suaminya agar tidak main mata dan membuat suaminya bisa kembali seperti semula saat zaman pacaran, yang mana selalu cinta dan perhatian kepadanya, tidak seperti sekarang yang galak, cuek dan main cewek.

Perasaan tak enak muncul, mendengar Bibi Hua bokek gara-gara saran yang pernah diucapkannya dulu. Uang, itu merupakan salah satu dari sekian banyak masalah yang sering Bibi Hua curhatkan kepadanya, yang mana harus selalu tombok menggunakan uang pribadi untuk menutupi jatah uang bulanan yang selalu kurang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Eits tunggu, mengapa harus merasa tak enak kepada Bibi Hua, kan bukan dia yang menyarankan itu, melainkan Su Yun lama. Ya benar, pokoknya yang salah dan jelek harus Su Yun lama yang disalahkan, sementara yang baik-baik, dia yang akan mengklaimnya.

"Pikiran Bibi sudah benar! Ga usah pake dukun lagi, cuma buang-buang waktu dan uang! Mending saranku langsung cerai saja, lalu cari suami yang baru!" Saran yang diomongkannya berasal dari lubuk hatinya yang paling dalam, berharap Bibi Hua bercerai sehingga dia bisa memilikinya.

Ingat, memilikinya baik jiwa dan raga, bila hanya raga mah gampang sekali tanpa perlu menunggu bercerai, tinggal hipnotis untuk melayaninya di ranjang, setelah puas tinggal hapus memori tentang kejadian itu.