Dengan memberanikan diri, aku mencoba mendekat ke arah pintu depan. Aku takut bila itu penjahat. Aku semakin dekat dengannya.
"Ada kiriman!!!" kata orang itu.
Ternyata orang yang berpostur sedang itu adalah pilot kapal ini. Terlihat dari bajunya yang hijau, tetapi memiliki atribut seperti pilot.
"Aku mengantarkan satu toples serbuk terbang. Tn. Andes menyuruhku untuk memberikannya padamu agar bisa terbang. Serbuk ini tahan 48 jam. Gunakan bila perlu saja, ya"
Oh, iya... Aku teringat sesuatu. Aku hentikan orang itu sebelum terbang.
"Tunggu, pak. Aku mau tanya bagaimana cara menutup pintu ini?"
Sambil berpikir, orang itu berkata " Mmm... Tadi kamu buka pintu pakai tangan yang mana?"
"Aku pakai tangan kanan"
"Kalau mau tutup gunakan tangan yang lain. Aku pergi, ya" Kata Pilot itu.
Dia pun melesat terbang menuju ruang kendali. Aku mencoba menyentuhnya dengan tangan kiri. Berhasil! Pintu seketika terlihat. Aku kembali melayang ke sebuah ruangan seperti ruang tengah.
Aku tak melihat TV, hanya sebuah sofa kaca dan sebuah meja melayang. Lantainya berupa sebuah akuarium ikan besar. Banyak spesies ikan yang tak kukenali. Aku menaruh serbuk terbang di meja melayang dan kucoba duduk di sofa tersebut.
Diluar dugaan! Sofa yang bersandar di dinding belakangnya sangat lembut bagaikan awan. Sofa kaca yang elastis itu terdapat beberapa tombol. Ada sebuah tombol 'power'. Kucoba menekannya. Dinding yang membelakangi teras depan penginapan terbelah sedikit dan menampilkan gambar dan suara. Itu TV!
Sebuah TV yang berasal dari sebuah mesin LCD yang kecil memancarkan cahaya terang seakan-akan cahaya itu melayang. Posisi TV itu juga bisa dipindahkan dan disesuaikan. Bisa di dinding atau di tengah ruangan, semacam hologram. TV hologram itu menggunakan layar sentuh untuk mengganti program, mengatur suara, dan sebagainya.
Tombol 'power' pada sofa hanya untuk menyalakan dan mematikan TV hologram. Kutekan tombol kedua. Gambarnya seperti orang bersandar. Seketika dari bawah muncul bantalan tambahan untuk sandaran kaki.
Tombol ketiga kutekan. Keluar suara musik pop dan terdengar lagu, tetapi bukan lagu dari bumi. Kumatikan Kembali dan menatap tombol terakhir. Sebuah tombol bergambar tanda seru. Seperti tombol darurat. Aku tidak ada niatan untuk menekannya.
Aku melayang ke sebuah ruangan seperti dapur. Sungguh! Ruangan di penginapan ini sangat berbeda dengan di Bumi. Hampir aku tak bisa memastikan ruangan apakah itu.
Disana ada sebuah tabung besar. Kubuka dari samping dan kulihat banyak bahan baku makanan. Tabung itu sangat dingin, seperti kulkas. Ada catatan di dalam tabung itu.
'BAHAN BAKU INSTAN INI TIDAK PERLU DICUCI.'
Aku langsung mengambil sepotong daging untuk kumakan. Aku melihat ada sebuah kompor hologram. Kutaruh daging tersebut di atas hologram itu tanpa panci, atau alat masak lain. Saat kunyalakan, tak ada api yang terlihat dari kompor. Hanya rasa panas yang dirasakan dari sana. Makanan hanya dipanaskan di kompor ini dan siap saji.
Beberapa menit berlalu. Daging yang kumasak akhirinya matang. Tak membutuhkan waktu yang lama seperti di bumi. Aku mengambil piring dan peralatan makan di sebuah lemari piring. Alat makannya pun unik. Sebuah sendok besar yang bolong di tengahnya.
Untuk apa mereka membolongi bagian tengah sendok? Bagaimana jika makanan yang dimakan berkuah? Aku pun mencari semacan garpu atau pisau, tetapi tak menemukannya. Terpaksa aku menggunakan tanganku untuk memakan daging itu. Tampak aneh bagiku memakan daging hanya dengan tangan kosong. Kutaruh daging itu di sebuah piring bermotif berlian dan bergegas menuju ruang tengah.
Hanya berita yang disiarkan di TV. Berita tentang kapal ini, kehidupan planet lain, dan juga berita antargalaksi yang tak kumengerti. Aku bingung dengan semua barang yang ada di sini. Seperti benda di masa depan. Semaju apa peradaban di luar bumi? Aku terus memikirkannya sampai tak terasa daging yang kumakan sudah habis. Saat hendak beranjak, Aku melihat sebuah laci di meja melayang. Kubuka laci itu perlahan. Hanya ada buku tua tak bersampul, persis seperti di kamarku.
Seketika aku teringat sesuatu. Oh, iya! Kenapa aku tinggalkan buku itu di rumah ya? Padahal mungkin saja Tn. Andes tahu maksud tulisan di buku itu, dan suara misterius itu. Dan juga kejanggalan-kejanggalan yang kurasakan belakangan ini.