webnovel

Duda Tampan : Mengejar Istri yang Kabur

(TAMAT) Mature Content Demi menepati janjinya dengan sang kekasih, Lin Xiao Yi rela kabur meninggalkan rumah suaminya yang bernama Li Zheng Yu tepat saat malam pertamanya. Namun Lin Xiao Yi harus menerima kenyataan pahit karena justru harus melihat kekasihnya berselingkuh dengan saudara kembarnya. Setahun kemudian Lin Xiao Yi bertemu dengan suaminya dengan keadaan yang tidak terduga. Dia dipaksa menjadi pengasuh anak tirinya yang berumur empat tahun. Padahal Lin Xiao Yi sangat tidak suka dengan anak kecil. Akankah Lin Xiao Yi dan Li Zheng Yu mengetahui jika mereka sudah menikah? Bagaimanakah sikap Li Zheng Yu setelah mengetahui jika pengasuh anaknya adalah istrinya yang kabur sebelum ia menyentuhnya pada malam pertama? Ikuti kisah selengkapnya hanya di aplikasi Webnovel. Jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya dengan judul Istri Simpanan. Follow me, Instagram : Nayya_phrustazies Facebook : Nayya Phrustazies

Nayya_Phrustazies · Urban
Not enough ratings
407 Chs

Bab 24 - Pria payah

Mereka sudah berada di depan sebuah supermarket yang cukup besar. Namun Xiao Yi sepertinya enggan turun dari mobil.

"Turunlah kalian berdua. Aku akan menunggu di sini saja," ujar Li Zheng Yu sembari melirik kedua perempuan yang berada di kursi belakang.

"Kalian saja yang pergi karena aku tidak tahu kesukaan Mei-Yin," tolsk Xiao Yi sembari melipat tangannya di dada.

"Mana bisa seorang pria berbelanja?" tolak Li Zheng Yu karena tidak pernah berbelanja sebelumnya. Jika ke supermarket biasanya hanya membeli camilan bukan berbelanja kebutuhan dapur.

"Terserah kalau kau ingin putrimu kelaparan," ujar Xiao Yi sembari memutar bola matanya.

Li Zheng Yu mendesah berat, ingin marah tapi tidak mungkin. Karena Xiao Yi bukanlah siapa-siapanya. Ternyata sangat sulit membujuk gadis itu meski akan diberikan uang yang banyak.

"Mei-Yin, ayo ikut ayah berbelanja." Li Zheng Yu lalu membuka pintu dan menutupnya kembali dengan sangat keras.

Mei-Yin menurut untuk mengikuti Li Zheng Yu masuk ke dalam supermarket.

Xiao Yi tertawa terbahak-bahak setelah melihat ayah dan anak itu memasuki supermarket. Hatinya senang karena sudah membuat pria itu kesal. Itu bahkan belum ada apa-apanya dibandingkan dirinya yang sangat sakit hati dengan semua ucapannya.

"Itulah akibatnya karena sudah mengusik hidupku. Kau pikir mentang-mentang kaya bisa seenaknya sendiri," gerutu Xiao Yi dengan perasaan sangat senang.

Tok tok tok…

Xiao Yi sampai berjingkat karena terkejut tiba-tiba saja ada yang mengetuk kaca mobil. Padahal baru saja hendak memasang earphone untuk mendengarkan musik.

Li Zheng Yu kembali keluar karena tidak tahu apa yang akan mereka beli. Ia memasang wajah masam, tampaknya sesuatu telah terjadi di dalam.

"Kenapa kalian kembali? Mana belanjaannya?" ujar Xiao Yi dengan dahi berkerut setelah pintu terbuka.

"Kami tidak tahu apa yang harus kami beli. Sebaiknya kau beri kami catatan jika tidak ingin ikut masuk," ujar Li Zheng Yu sembari memasang wajah masam.  Lalu menyerahkan secarik kertas beserta dengan bolpointnya.

Mei-Yin masih berdiri di belakangnya tengah menikmati ice cream vanilla kesukaannya.

"Dasar pria kaya yang payah," cibir Xiao Yi dengan suara lirih takut pria yang ada di depannya mengamuk.

Xiao Yi hanya mencatat bahan-bahan utama saja seperti aneka seafood dan berbagai sayuran. Untuk berbagai bumbu masih tersedia di rumah mereka.

"Jika kau ingin menambahkan lebih banyak lagi terserah saja." Xiao Yi menyerahkan kertas pada Li Zheng Yu dengan wajah jutek.

Li Zheng Yu segera kembali masuk ke dalam supermarket bersama Mei-Yin. Lalu mengambil troli untuk meletakkan belanjaan mereka. Takut jika putrinya tertinggal, Li Zheng Yu menaikkan Mei-Yin di atas troli bagian depan.

Para kasir dan beberapa pelanggan wanita tampak terkesima melihat Li Zheng Yu berbelanja sayuran segar dengan putrinya. Pasalnya jarang-jarang ada pria yang mau berbelanja bahan dapur.

"Mei-Yin, lain kali ayah tidak mau berbelanja lagi," ujar Li Zheng Yu sembari mengambil beberapa bahan lalu memasukkan ke dalam troli. Telinganya cukup panas dan ingin marah mendengar para wanita membicarakannya.

"Suami yang sangat baik hati. Rela berbelanja dengan putrinya demi membahagiakan sang istri."

"Jika masih ada, aku ingin satu lelaki seperti dia."

"Dia pasti sangat perhatian pada istrinya." 

Banyak ucapan-ucapan yang sampai terdengar di telinga Li Zheng Yu meski hanya samar-samar.

"Ayah, beli lebih banyak lagi agar tidak perlu berbelanja lagi besok," ujar Mei-Yin dengan polos tanpa mengetahui jika ayahnya saat ini sudah naik darah.

Atas saran dari putrinya Li Zheng Yu membeli sangat banyak bahan makanan hingga troli tidak muat dan meminta agar Mei-Yin segera turun.

Ketika hendak membayar, kasir tampak terkejut karena ada dua troli bahan makanan segar yang dibeli Li Zheng Yu.

"Apakah akan ada acara pesta, Tuan? sehingga anda membeli banyak bahan," ujar kasir yang merupakan seorang wanita sebagai sikap ramah tamah.

"Tidak," sahut Li Zheng Yu dengan nada dingin hingga Kasir itu tak mau lagi berbicara banyak hal.

Xiao Yi masih duduk di dalam mobil, sedang memainkan ponselnya sembari bersandar. Berusaha menghubungi Fang Yin agar cepat pulang agar dia tidak sendirian stress menghadapi anak dan ayah itu.

Bip…

Sebuah pesan tiba-tiba saja masuk ke dalam telepon genggam miliknya.

[Xiao Yi, malam ini aku tidak pulang. Aku harus ke rumah nenekku yang sedang sakit] tulis Fang Yin.

"Ughhh, kenapa kebetulan bisa seperti ini," gerutu Xiao Yi yang lemas.

Lalu membalas pesan Fang Yin dengan mendoakan agar nenek Fang Yin segera sembuh.

Mata Xiao Yi langsung terbelalak lebar melihat Li Zheng Yu. Kedua tangannya membawa beberapa kantong plastik dan tampak kesulitan. Xiao Yi lantas keluar untuk memastikan.

"Tuan, untuk apa kau berbelanja sebanyak ini? Ini bahkan bisa stok untuk seminggu ke depan," ujar Xiao Yi yang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia rasa pria itu sudah sakit pikirannya.

"Aku memang sengaja agar besok tidak berbelanja lagi," sahut Li Zheng Yu sambil memasukkan semua belanjaan ke dalam bagasi.

"Apa maksudmu dengan besok?" ujar Xiao Yi yang memiliki firasat buruk akan hal itu.

"Tidak usah banyak tanya sebaiknya kita segera pulang karena aku juga sudah lapar," sahut Li Zheng Yu dengan nada datar.