23 Bab 23 - Cepat keluar

Dubrak….

Xiao Yi yang sedang mendengarkan musik sontak terkejut ketika mendengar suara pintu yang cukup keras.

"Apa yang kau lakukan?" teriak Xiao Yi sembari menutup dadanya dengan telapak tangan. Matanya membulat sempurna dengan amarah di dada ketika melihat Li Zheng Yu berdiri di ambang pintu.

Bukannya berbalik, Li Zheng Yu justru tetap berdiam diri sembari mengamati tubuh mulus Xiao Yi yang tanpa sehelai benang tanpa mengedipkan mata. Airnya hanya berbusa sedikit sehingga pria itu dapat melihat jelas tubuh bagian atas Xiao Yi.

"Cepat berbalik jika kau tidak ingin mati!" pekik Xiao Yi sembari menyiramkan air ke wajah Li Zheng Yu agar mengalihkan pandangannya.

"Cukup, hentikan," ujar Li Zheng Yu sembari menutupi wajahnya dengan lengan agar menghalangi air.

"Cepat keluar atau aku teriak meminta tolong agar kau dihajar masa," ancam Xiao Yi yang sudah berbalik memunggungi Li Zheng Yu.

Li Zheng Yu segera tersadar dari lamunannya yang berlangsung beberapa saat kemudian segera berbalik dan menutup pintu kamar mandi rapat-rapat.

Xiao Yi segera meraih handuk untuk menutupi tubuhnya. Sungguh tidak disangka jika keinginannya agar mereka pergi tidak membuahkan hasil. Pria itu justru mendobrak pintu kamar mandi hingga rusak.

"Jika Fang Yin pulang pasti dia akan sangat marah," ujar Xiao Yi ketika melangkah keluar.

Buru-buru ia mengenakan pakaian sebelum anak dan ayah itu masuk kembali ke dalam kamar. 

"Apakah pria itu melihat semuanya tadi?" gumam Xiao Yi sembari mematut dirinya di depan cermin.

"Bagaimana jika ia sudah melihat semuanya? Dasar pria brengsek! Kenapa dia harus mendobrak tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu," gerutu Xiao Yi sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangan karena sangat malu jika pria itu sampai melihat bagian tertutup tubuhnya.

Xiao Yi memutuskan untuk turun setelah menimbang-nimbang beberapa saat. Susah terlalu lama dirinya berada di atas, ditambah lagi saat ini perutnya perlu di isi karena belum makan.

"Ya ampun, kupikir mereka sudah pulang karena tadi sudah sepi," gumam Xiao Yi sembari menuruni anak tangga. Dilihatnya Mei-Yin yang sedang duduk di pangkuan Li Zheng Yu.

"Ayah, akhirnya bibi Xiao Yi keluar juga," ujar Mei-Yin dengan raut wajah berbinar. Ia meminta turun dari pangkuan ayahnya untuk menghampiri Xiao Yi.

"Kami pikir tadi Bibi pingsan," ujar Mei-Yin. Anak itu sudah menyusul Xiao Yi menaiki anak tangga lalu hendak menggandengnya. Namun Xiao Yi menyembunyikan tangannya.

"Ini sudah malam, apa kalian tidaki ingin pulang? Bukankah tidak baik seorang pria mengunjungi wanita di saat larut malam?" usir Xiao Yi dengan cara halus. Lagi pula gadis itu juga heran karena sampai saat ini Fang Yin belum pulang.

"Kurasa orang-orang di sini tidak perduli. Namun baiklah jika kau ingin kami pergi. Mei-Yin, ayo kita pulang," ujar Li Zheng Yu sembari bangkit dari duduknya bersiap untuk pergi.

"Aku tidak mau, Ayah. Aku ingin makan masakan bibi Xiao Yi lagi seperti kemaren," tolak Mei-Yin yang langsung menyembunyikan diri di belakang kaki Xiao Yi.

"Bukankah masakanku tidak enak?" sindir Xiao Yi sembari memandang Li Zheng Yu dengan tatapan sengit. Masih teringat jelas dalam benaknya ketika manajer Wang mengatakan jika masakannya tidak enak hingga ia dipecat.

Li Zheng Yu tampak santai dan pura-pura tidak menyadari perkataan Xiao Yi. Justru dengan sengaja mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Siapa yang bilang tidak enak? Aku sangat suka masakan Bibi," ucap Mei-Yin dengan wajah polos.

"Suruh saja ayahmu memesan koki yang paling mahal. Kau juga bisa makan di restoran yang paling mewah," ujar Xiao Yi.

"Aku tidak mau. Aku ingin masakan Bibi." Tiba-tiba saja Mei-Yin justru menangis.

"Apa yang kau lakukan pada putriku?" ucap Li Zheng Yu dengan nada dingin.

"Aku tidak melakukan apapun? Kau pikir aku yang mencubitnya. Dia tiba-tiba saja menangis," sanggah Xiao Yi sembari mendengus tidak terima dengan tuduhan yang Li Zheng Yu lontarkan.

"Mei-Yin, sekarang kita pulang saja. Percuma kita di sini karena sepertinya bibi Xiao Yi tidak menyukai kita." Li Zheng Yu menghampiri mereka yang masih berada di anak tangga paling bawah.

"Aku tidak mau," rengek Mei-Yin sambil mengucek kedua matanya karena menangis.

"Jika kau tidak mau lalu mengapa kau menangis," ujar Li Zheng Yu semakin bingung dengan tingkah putrinya.

"Aku sangat lapar," ujar Mei-Yin.

Li Zheng Yu memijat pelipisnya karena sangat pusing menghadapi putri kecilnya. Saat di rumah tidak mau makan setelah berada di rumah lapar.

"Ya sudah, kita makan kesukaanmu di luar," ajaknya.

Xiao Yi tersenyum senang akhirnya mereka sebentar lagi akan pergi dari rumah itu. Setelah ini bisa tidur dengan nyenyak.

"Aku ingin masakan bibi," rengek Mei-Yin dengan wajah cemberut.

"Xiao Yi, sebaiknya kau masak makanan yang terenak untuk putriku. Nanti aku akan membayarmu dengan gaji sebulan kau bekerja restoran," ujar Li Zheng Yu dengan datar.

"Aku tidak mau. Kecuali kau membuatku bekerja kembali di restoran dan mencabut kembali semua kata-kata yang kau lontarkan," tolak Xiao Yi dengan tegas.

"Kenapa kau masih dendam saja dengan hal itu? Itu sudah berlalu, apa kau ingin membuat putriku kelaparan?" ujar Li Zheng Yu.

"Kenapa kau menyalahkanku? Itu salahmu sendiri tidak pintar menjaga putrimu," tukas Xiao Yi dengan sinis.

Mereka kini saling menatap tajam satu sama lain dengan nafas yang memburu karena mereka sama-sama marah.

"Aduh, perutku sakit," rintih Mei-Yin sembari berjongkok memegangi perutnya.

"Kau tidak apa-apa?" ujar Xiao Yi dan Li Zheng Yu secara bersamaan.

"Aku lapar," rengek Mei-Yin.

"Baiklah, aku akan memasak untukmu tapi di kulkas tidak ada persediaan bahan makanan karena kami belum berbelanja," uja Xiao Yi dengan terpaksa menyetujui permintaan Mei-Yin.

"Kalau begitu kita pergi saja ke rumah kami," ujar Mei-Yin dengan wajah berbinar.

"Tidak. Kalau mau kita pergi ke supermarket untuk berbelanja," tawar Xiao Yi.

"Ayah, ayo," ujar Mei-Yin dengan memasang wajah memelas kepada ayahnya.

"Baiklah," ujar Li Zheng Yu sembari menghela nafas panjang.

avataravatar
Next chapter