webnovel

MERGOKIN DINA

Selesai sarapan, Sam mendekati Papah.

"Bagaimana Pah?Sam berangkat kerja bareng Papah sekarang atau gimana?"

"Kamu temani Binar dulu beli perlengkapan buat nyekar makam Mamah hari minggu nanti.Sekalian kamu beli baju buat ngantor.Papah lihat kamu nggak punya.Setelah selesai kamu baru boleh ke kantor.Temui Kakak kamu dulu.Sudah ya, Papah berangkat dulu. Jaga Binar.Hati-hati di jalan."

"Ya Pah."

Sam mencium telapak tangan Papah.Papah terpaku sejenak lalu tersenyum sambil mengusap rambut Sam.

Sam lalu mendekatiku.

"Ayok."

"Sekarang?"

"Besok.Sekaranglah."

Sam menoyor keningku sambil melotot

"Ish."

Kutepis tangannya.

"Sam mamah ikut dong."

Sam tersenyum sinis.

"Mau naik motor Mah."

Aku yang menjawab perkataan Mamah.Dia memang harus dilawan seperti ini.Biar nggak keterusan ganjennya.

"Naik mobil Mamah aja."

Sam tidak menyahut.Aku masuk kamar diikuti Sam.

"Keluar.Aku mau ganti."

Aku mengusir sam yang terus berada di dekatku.

"Halah, cepatan.Aku keluar nanti diajakin ngobrol sama nenek lampir itu lagi."

"Pinter banget alasan."

Aku membalikkan tubuhnya memunggungiku.Lalu aku buru-buru berganti pakaian.Saat aku berbalik kulihat dia menatapku dari pantulan kaca di depannya.Dia tersenyum.Kupukul lengannya.

"Saaam."

Dia akhirnya meraih tubuhku dan memelukku.Dasar dia.

***

Aku diantar Sam ke salah satu Mall besar.Aku masuk ke toko pakaian pria terlebih dahulu.

Kulihat di salah satu sudut toko, Dina kekasih Sam sedang memilih kemeja pria.

"Sam, tuh pujaanmu.

Sam mengikuti arah pandanganku.Wajahnya langsung sumringah.Aneh, kali ini aku merasakan cemburu.Dia lalu seperti ingin mendekatinya tapi urung karena ada seorang lelaki yang mendekati Dina.

"Nggak jadi?cemen. "

Aku tersenyum sinis ke sam.Dan aku senang saat melihat Sam kesal.Kudekati Dina, karena aku kenal lelaki di sampingnya.Dia pelatih silatku.Skak mat.

"Mas Banuuuu."

Mereka menoleh.

"Eh Binar.Lagi disini juga?"

Dina terlihat terkejut.Dia pasti tidak menyangka aku mengenal suaminya.

"Iya Mas, siapa dia?kenalin dong."

Aku pura-pura tidak mengenal Dina.

"Ini istriku.Dek, kenalin ini Binar.Anak MP."

Dia mengulurkan tangannya sambil tersenyum kaku.Aku justru tersenyum lebar menyambut kegugupannya.

"Binar.Mas Banu pelatihku Mbak.Mas Banu kok nggak pernah bawa istrinya ke tempat latihan?Tau-tau udah nikah aja.Nggak ngundang pula."

"Mana tau mau nikah cepat.Dianya nih minta di majukan pernikahan kami.Kayaknya ngebet pengin dinikahin."

Wah, kena kamu Dina.

Mas Banu mencubit hidung Dina, Dina tersipu, hidih.

"Kirain dijodohin."

Aku mulai membuka kebohongannya pada Sam waktu itu.Biar Sam dengar jawabannya.

"Nggak, kami sudah lama kok pacaran.Tapi baru beberapa bulan nikahnya."

Aku tersenyum kecut.Dina menatapku dengan salah tingkah.

"Mas, ayooo."

Dengan manja Dina menarik lengan Mas Banu memintanya pergi.Sumpah,Sam harus lihat ini.Pintar sekali perempuan ini bersandiwara.Dia bisa meyakinkan Sam kalau mereka dijodohkan, ternyata...

"Sayang, aku cari kamu.Ternyata disini."

Aku menoleh.Aku sampai terbatuk melihat Sam sudah di belakangku memanggilku sayang.Tangannya melingkar di pinggangku.Dia bahkan datang sambil mengecup pipiku.Dina langsung terlihat kesal.

"Mereka temanmu yang?"

Aku tersenyum kearahnya.Kubuat kami semesra mungkin didepan Dina.Kuikuti permainan Sam membalas Dina.

"Iya Mas.Kenalin, ini Mas Banu pelatih silatku.Dan ini Dina istrinya.Mas Banu ini Mas Sam suamiku."

Sam mengulurkan tangannya pada mereka.Aku memandangi Dina yang terlihat sangat kesal tapi salting ketahuan oleh Sam sudah berbohong.Rasain.

"Kalian nggak terlihat dijodohkan."

Sam mulai buka suara, ikut penasaran.

"Memang nggak.Siapa yang bilang kami dijodohkan?"

Sepertinya Mas Banu mulai terlihat curiga.Aku menyikut lengan Sam.

"Halu kamu Mas.Orang mereka saling cinta.Udah ah, jangan ganggu pasangan yang lagi kasmaran ini.Ayo Mas Banu, Binar kesana dulu ya.Mau beli baju buat Mas Sam.Dia mau kerja besok."

"Oh gitu.Oke.Dah Binar."

"Dah Mas.Yok Mbak."

Aku mengangguk dibalas senyuman oleh Dina.Aku lalu menarik lengan Sam menjauhi mereka.

Kami pura-pura memilih baju.Kulihat Dina keluar dari toko sambil menggandeng mesra Mas Banu.Sam terus menatap Dina.

Ya, pandangi saja terus wanita pujaanmu yang playgirl itu Sam.

***

Sam terus cemberut saat aku sibuk memilih baju untuknya.Dia pasti masih kesal sama kejadian tadi.

"Nih cobain."

Kuulurkan beberapa baju padanya.Dia menepisnya.

"Iya, udaaah,cocok.Bayar aja langsung."

"Masalahnya bukan itu.Pas apa nggak dibadan kamu."

Sam lalu membuka kancing bajunya.

"Kok disini.Sana di ruang pas."

"Ribet banget sih.Udah disini aja."

Dia mulai membuka bajunya.Otot didadanya yang mirip roti sobek terlihat jelas.Beberapa pramuniaga menatapnya.Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat mereka.Dan sam mencoba berpakaian sambil wajahnya terus cemberut.Duuuh gemeees.

"Sam tuh."

Aku menunjuk dengan pandangan mataku kearah tiga lelaki melambai yang sejak tadi menatap Sam sambil sesekali tangannya bergerak turun naik seperti sedang membayangkan menyusuri dada bidangnya Sam.Yang berbaju pink malah sesekali menjerit tertahan sambil menutup mulutnya dengan tangan.

Sam nampak marah.Lalu memelototi mereka.

"Aaaawwww."

Mereka lalu berlari menjauh dengan sikap cantiknya sambil cekikikan.

Aku jadi tertawa terpingkal-pingkal Sam membentakku.

"Binar nggak lucu."

Aku terus tertawa tanpa memperdulikannya.