webnovel

MBAK RIKA

Selesai berbelanja baju, kami membeli bunga untuk nyekar ke Makam Mamah besok hari Minggu.Lalu pulang.Tapi sebelumnya kami sempatkan membeli bakso di abang penjual yang mangkal di taman kota langgananku.

"Beli Bunga memangnya nggak bisa mendadak?"

"Jaga-jaga aja.Kalau layu ya beli lagi.Yang penting kita sudah tahu tempat jualannya dimana."

Aku mengelap makanan di ujung bibir Sam dengan tisu didepanku.Dasar bocah.Makan aja masih belepotan.Sam tersenyum menatapku.

"Sam, Mamah meninggal kapan?"

Sam menghela nafas.

"Waktu aku masih SMA."

"Sakit apa?"

"Kanker otak."

Dia bicara sambil terus menghela nafas.Aku jadi merasa bersalah sudah mengingatkannya.

"Mamah wanita yang sangat lembut.Dia bisa memanjakan Papah, dan dua anaknya sekaligus.Mamah paling tahu apa yang kami mau."

Tanpa ditanya, Sam bercerita sendiri tentang Mamah.

"Aku paling suka saat dia mengikat rambutku lalu bernyanyi bersamaku di atas.Dia selalu bisa membagi waktu antara menemaniku, menemani Papah dan Mas Langit.Tidak ada satupun dari kami yang kekurangan kasih sayangnya."

Dia menghela nafas dalam.Kuulurkan minuman padanya.Dia langsung meminum habis.

Dia masih menghela nafas berulangkali.Seperti sedang mengatur perasaannya.Kupegang tangannya.

"Aku belum sempat membuatnya bangga."

Dia mulai berulangkali mendongakkan kepala.Dia pasti sedang menahan tangisnya agar tidak keluar.

"Ayo pulang."

Dia lalu mengajakku pulang.Setelah membayar, sam memacu motornya dengan kecepatan tinggi.Aku sampai memegangi pinggangnya dengan erat.

Sampai di rumah, dia buru-buru masuk kamar.Kuletakkan belanjaanku disudut kamar lalu mendekatinya.Kulihat dia sedang tergugu menatap foto Mamahnya.

"Sam."

Dia duduk di sudut kasur dan aku berdiri dihadapannya sambil mengusap pundaknya.Dia lalu menangis sambil memelukku.Tangannya dia lingkarkan di pinggangku.Sampai sedalam itu Mamah meninggalkan kenangan indah pada Papah dan anak-anaknya.

Sam lalu menarikku ke kasur dan tidur sambil memelukku.

"Sam."

Dia diam.Dan akhirnya kudengar dengkurannya.Dia pasti tertidur sekarang.

Aku perlahan melepaskan pelukannya lalu keluar.Kudekati Mbak Rika yang sedang membuka majalah di ruang keluarga.

"Mbak, besok diajakin Papah nyekar ke Makam Mamah.Nanti bilang ke Mas Langit ya.Papah mau semua ikut."

"Kamu aja.Mas Langit nggak bakalan dengerin omonganku."

" Kok gitu?tanyain dong mbak kenapa dia begitu."

"Dia mah gitu cuek.Nggak kayak Sam yang selalu perhatiin kamu."

Mbak Rika dengan cueknya bicara sambil terus membuka majalah.

"Pasti ada sebabnya Mbak.Nggak mungkin Mas langit seperti itu tanpa ada awalnya.Mau aku tanyain nggak?"

Mbak Rika langsung terlihat ketakutan.

"Jangan, takut dia marah."

"Loh gimana sih,Kalau ada uneg-uneg ya harus disampaikan Mbak.Jangan diam terus tambah membesar masalahnya.Kalau kalian sama-sama diam,apa yang mau diperbaiki sama-sama nggak tahu.Makin salah paham.Kunci hubungan itu kan komunikasi.Mbak harus tahu apa yang disukai dan nggak disukai Mas Langit.Begitu juga sebaliknya.Kalau nggak ngobrol, gimana kalian saling tahu.Tugas istri itu kan bukan cuma di kasur, sumur dan dapur.Tapi juga membuat suami nyaman di rumah.Dan semua itu kuncinya komunikasi."

Mbak Rika manggut-manggut mendengar ceramahku.

"Terus Mbak harus gimana?"

"Saat pulang kerja, Mbak pijat Mas Langit sambil diajak ngobrol.Tanya, dia mau mbak gimana baru deh Mbak ngomong mau Mbak.Dan ngobrol aja, biar kalian akrab.Mas langit kan capek pulang kerja.Pasti dia butuh teman bicara biar rileks dan keluarin uneg-unegnya selama kerja di kantor.Apalagi kalau sambil dipijat , pasti dia tambah meleleh."

"Gitu ya."

Dia seperti berpikir.

"Iya Mbak.Suami itu bayi berkumis.Kelihatanya aja badannya gede.Didalamnya mah kayak anak kecil.Maunya di manja, diperhatiin, diladenin, ditanyain.Dahlah, ngelebihin bocah pokoknya."

"Perasaan Mbak yang duluan nikah.Kenapa kamu yang lebih tahu?"

"Ibu Binar yang ngajarin."

Mbak Rika menerawang.Dia pasti sedang memimirkan kata-kataku

"Binaaaar."

Suara Sam membahana memanggilku.

"Tuh bayi berkumis kamu mau minta mimik cucu paling dia, hahaha."

Mbak Rika menertawakanku.

"Ish nggak lah.Jijik banget.Siang bolong minta mimik."

"Heh,aku ngomong minta susu beneran.Ish kamu pasti mikir jorok ya?"

"Mbaaak."

Mbak Rika tertawa.Duh malu banget.Aku kok mikirnya gitu sih.

"Binaaar."

"Ya ampun iyaaaa."

Mbak Rika cekikikan melihat aku berlari ke kamar.

"Apa?"

Aku berdiri di depan pintu menanyai Sam yang masih tiduran.

"Masuk.Kunci pintunya."

"Mau ngapain?"

"Cepat."

Dia membentakku.Aku lalu menutup pintu mode slow motion.

"Lama kamu ya."

Dia lalu bangkit.Menarikku lalu mengunci pintunya sendiri.

Dia menarikku tidur dikasur lalu membenamkan wajahnya didadaku.

Duh, tuh kaaan.

"Sam, geli ah."

"Diam."