webnovel

KENANGAN MAMAH

Selesai makan semua bubar.Aku dibawa Sam ke atas.Kutarik tangannya yang memegangi tanganku.

"Mau ngapain?"

"Apaan sih.Orang cuma disuruh nemenin.Tenang aja, diatas nggak ada kamar kok."

Sepertinya dia tahu apa yang ada di pikiranku.Akhirnya aku menuruti ajakannya.Dia lalu memainkan gitar.

"Nanti, nggak usah terima uang lagi dari Papah.Biar aku yang nafkahin kamu."

Bicaranya mulai lembut.Tatapannya juga mulai bersahabat.

"Hmmm."

Dia menoleh.Menatapku lekat.Dudukku jadi tidak nyaman.

"Ssshhh."

"Kenapa?"

Aku terus merubah posisi dudukku.Masih nyeri di bagian kemaluanku akibat perbuatannya tadi.

"Sakit?"

"Hah?"

Aku menatapnya, dia tersenyum.Aku langsung menunduk.

"Kamu tahu maksudku."

Wajahnya mulai mendekat.Aku lalu mendorongnya.

"Nggak usah di bahas, ish."

Di tersenyum melihatku merengut.

"Nggak usah tebar pesona di depanku.Aku nggak kayak mereka yang kemakan PHP kamu.

"Dih."

Dia lalu kembali memainkan gitarnya sambil terus tersenyum.Dia memandangi leherku.Buru-buru kututup hasil gigitannya dengan rambut.Dia malah tertawa terbahak-bahak.

"Dasar nggak punya perasaan.Orang kesakitan malah kamu tertawa bahagia."

Aku lalu meninggalkannya dan menuju ke kamar untuk tidur.

Langkahku terhenti melihat Papah di teras termenung sendirian.Kudekati dia.

"Papah."

Aku lalu duduk di sampingnya.Papah mengusap kedua matanya.

"Belum tidur Pah?"

"Belum.Papah lagi ingat Mamahnya sam.Dia pasti sedang tersenyum bahagia diatas sana melihat perubahan Sam.Terimakasih ya Binar."

"Bukan Binar yang merubah Sam.Tapi doa Papah."

Papah berlinangan airmata mendengarnya.Kuberikan tisu yang ada di dekatku.Papah langsung menghapus airmatanya.

"Papah mau kopi nggak?Binar buatkan ya."

"Nggak usah.Takut Papah tambah nggak bisa tidur."

"Air putih?"

"Nggak,makasih."

"Pah, Sam bilang Binar nggak boleh terima uang lagi dari Papah.Biar dia yang nafkahin Binar."

"Dia bilang begitu?"

Papah menatapku lekat.

"Iya.Baru saja dia bilang begitu di balkon atas.Binar juga kaget.Mendadak dia berubah seperti itu."

Papah tambah tergugu.Beliau menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Mah, Sam kita sudah berubah.Kamu boleh tersenyum bahagia sekarang."

Papah bicara pada foto di tangannya.Aku jadi ikut menangis.Kupegang pergelangan tangan Papah yang mulai berkeriput.

"Boleh lihat foto Mamahnya sam nggak Pah?"

Papah mengulurkan foto di tangannya padaku.

"Mamah cantik banget Pah.Mirip Sam."

"Yah, Sam mewarisi senyuman Mamahnya.Dia wanita tercantik dan terbaik yang pernah Papah temukan.Dia lembut dan perhatian.Sempurna sekali.Sayang dia terlalu cepat pergi.

"Pah."

Kubiarkan Papah menangis.Kerinduan yang paling menyakitkan adalah rindu pada orang yang sudah tiada.

"Pah, hari Minggu kita nyekar ke makam Mamah yok."

"Ayo, ajak suamimu sekalian."

Papah tersenyum.Dia mengelus rambutku lembut.

"Iya, nanti Binar ajak Mas Langit sama Mbak Rika sekalian."

Papah lalu mengambil Handphonenya.Dan mengetik sesuatu.

"Papah barusan transfer kamu.Tolong belikan bunga buat nyekar Minggu nanti.Sama Sam belikan baju buat ngantor.Dia nggak punya."

"Duh Paaah.Nanti kalau Sam tahu pasti dia marah Binar terima uang lagi dari Papah."

"Papah janji nggak akan transfer lagi setelah ini.Ini kan khusus untuk beli persiapan nyekar Minggu nanti.Sudah ya.Papah ngantuk.Papah ke kamar dulu ya."

Aku mengangguk.Lalu memegangi lengan Papah mengantarnya sampai ke pintu kamarnya.

"Malam Binar."

Papah berkata lembut sambil mengusap rambutku.Wajahnya tersenyum bahagia.

"Malam Pah."

Aku lega melihat senyuman papah.

Aku lalu kekamarku.

"Loh kok gelap?"

Aku masuk kedalam kamarku yang gelap gulita.Kurasakan ada tangan yang menarikku dan terdengar suara pintu yang di kunci.

"Sam."

Dalam remang cahaya, kulihat Sam sudah berdiri dihadapanku.Wajahnya mendekat.Dia mulai agresif mencumbuku.

"Aku janji tidak akan kasar kali ini."

Dia berbisik di telingaku.Nafasnya memburu.

"Sam."

"Binar.Pejamkan mata kamu."

Kupejamkan mata sambil merasakan sentuhan Sam yang lembut.

Aku diam saja.Bingung harus berbuat apa.