webnovel

Part 3

Kalau ingin tau bagaimana rasanya menyembunyikan rasa sakit, tanyakan pada orang yang terlihat bahagia.

***

Dalam hidup ini kita harus bisa membedakan mana teman mana lawan. Dan kita juga harus bisa membedakan mana teman yang benar-benar teman kita, dengan teman yang diam-diam mengkhianati kita. Dan itu adalah prinsip yang di pegang oleh Yara. Ia memang memiliki banyak teman di sekolah maupun di luar sekolah, tapi tidak semua dari mereka yang benar-benar menganggap Yara sebagai temannya. Beberapa dari mereka mungkin memang benar-benar berteman dengannya, tidak menusuknya dari belakang. Beberapa juga ada yang bermuka dua di depan Yara, dan beberapa juga ada yang diam-diam mengkhianati Yara. Contohnya seperti kasus Gita, mereka sudah berteman selama hampir 2 tahun namun kini ia dikhianati oleh teman dekatnya sendiri. Ia dan Vano memang tengah dekat beberapa bulan terakhir, mereka sering pergi bersama, berkunjung ke rumah Vano dan bermain bersama adiknya Vano, dan Vano pun selalu bersikap manis serta memberikan perlakuan istimewa juga perhatian khusus kepada Yara. Namun beberapa hari belakangan ini sikapnya Vano berubah tanpa sebab, tiba-tiba saja Vano bersikap acuh kepada Yara. Berbagai pesan masuk juga telepon dari Yara pun di hiraukannya, bertemu di sekolah pun Vano terkesan tidak kenal dengan Yara. Hal itu menimbulkan tanda tanya besar bagi Yara, ia selalu bertanya-tanya apa salah dirinya hingga Vano bersikap seperti ini tiba-tiba. Namun, semua pertanyaan itu pun kini terjawab sudah. Vano tengah mendekati teman dekatnya sendiri, dan itu membuatnya sakit hati. Tapi bukan Yara namanya kalau tiba-tiba besok pagi datang ke sekolah dengan mata sembab, kantung mata yang menghitam serta hidung memerah akibat menangisi Vano semalaman penuh. Oh itu sangat jauh dari kata Yara, maka seperti biasanya. Bila Vano bisa bersikap acuh kepadanya, kenapa ia tidak.

***

"Ayaaahhh...bundooo... Yara berangkat sekolah dulu yaaa, Assalamu'alaikum." Pamit Yara kepada kedua orang tuanya sambil mencium punggung tangan ayah dan ibu nya sebagai rasa hormat.

"Wa'alaikumssalam." Jawab ayah dan ibu Yara.

Yara berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, karena jarak rumah Yara dengan sekolahnya tidak lah jauh. Sekitar 10 menit berjalan kaki, maka ia sudah sampai di gerbang depan sekolahnya. Pada saat ia tiba di gerbang sekolahnya, ia melihat Gita baru saja turun dari mobilnya dan berjalan menghampiri Yara.

"Yar." Gita memanggil Yara, namun Yara tetap berjalan seolah tidak mendengar panggilan Gita barusan.

"Yara tunggu.." melihat Yara yang menghiraukan panggilan darinya, Gita pun segera berlari menyusul Yara dan mensejajarkan langkahnya dengan langkah kaki Yara.

Namun Yara tetap saja tidak memperdulikan kehadiran Gita di sampingnya, ia terus berjalan dan menatap lurus ke depan. Kesal karena terus di hiraukan oleh Yara, Gita mencekal pergelangan lengan Yara hingga mau tidak mau gadis itu berhenti berjalan.

"Gue mau ngomong sama lo." Ujar Gita

Namun Yara hanya diam tidak menanggapi ucapan temannya itu, hatinya masih begitu sakit akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh teman dekatnya sendiri.

"Lo marah sama gue?"

"Pake nanya lagi lo bodoh, jelas-jelas gue marah sama lo gara-gara lo deket sama Vano." Ucap Yara di dalam hatinya.

"Oke gue tau lo marah sama gue karena Vano, tapi seriusan deh Yar. Gue sama Vano itu nggak ada apa-apa. Kemaren itu gue balik sama dia karena dia mau nemenin gue nyari kado buat Mike, lagian kan gue tau lo lagi deket sama dia. Dan gue juga nggak bakalan mungkin punya perasaan sama dia, please jangan salah paham sama gue Yar." Jelas Gita kepada Yara.

"Udah? Ngomongnya udah? Kalo udah gue pengen pergi, pengen masuk kelas." Jawab Yara dengan nada jutek.

Melihat keterdiaman Gita, maka Yara memutuskan untuk melanjutkan jalannya tanpa menoleh sedikit pun kearah Gita tadi. Dalam hatinya ia mengumpat karena masih kesal terhadap Gita.

"Apanya yang nggak bakal punya perasaan, jelas-jelas kemaren gue liat lo sama Vano deket banget pas di depan masjid. Dasar bodoh!" Maki Yara dalam hatinya.

Seperti biasanya, suasana kelas XII IPS C memang selalu ramai akibat dari guyonan-guyonan yang dibuat oleh teman laki-laki di kelasnya itu. Di tambah lagi dengan kehadiran Daffa di kelasnya membuat suasana kelas semakin ramai karena lawakannya. Dan seperti biasa pula, Yara tetap terlihat ceria walau sebenarnya ia merasakan sakit akibat Vano.

"Eh Yar, emang bener yaa kalo Vano sekarang lagi ngedeketin Gita?"

"Iya apa Yar? Bukannya lo yaa yang lagi deket sama Vano? Kenapa sekarang jadi si Gita deh?"

"Gita bukannya temen deket lo Yar? Kok dia gitu sih ke lo?"

Itu lah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari teman-teman sekelasnya Yara akibat kabar mengenai kedekatan Vano dengan Gita sekarang.

"Gatau, dan gue gamau tau. Nggak ngurus juga gue masalah itu, jadi yaa gue sih bodo amat. Mau dia deket sama gue kek, sama temen gue, sama sepupu gue atau bahkan sama anak presiden sekalipun juga gue bodo amat. Emang dia siapa gue dah sampe harus gue peduliin segala." Jawab Yara acuh terhadap pertanyaan-pertanyaan tadi.

Ting

Tiba-tiba hp Yara berdering tanda sebuah chat masuk melalui aplikasi Line.

My Robot💩💩

(Besok gue jemput lo jam 08.45 dan jangan telat. Telat semenit, lo berangkat sendiri. Gue jemput di tempat biasa.)_08.40

"Aisshhh dia ini, dasar tukang perintah. Kaku banget si idupnya kek robot beneran." Protes Yara setelah membaca chat dari Radit.

"Line dari siapa Yar?" Tanya Sesil penasaran karena Yara yang ngedumel sendiri setelah membaca chat tersebut.

"Ini loh Sil, si Radit ribet banget. Lo tau kan kalo setiap sabtu gue ngelatih paskib di smp bareng dia, dan tadi tuh dia ngechat gue bilang mau jemput gue 15 menit sebelum latihan di mulai daannn gue nggak boleh telat. Kalo gue telat, gue di suruh berangkat sendiri. Ribet banget kan dia ituuu, kesel banget gue jadinya." Yara menceritakan kekesalannya kepada Sesil karena Radit.

Aul yang mendengar protesan Yara, membalikkan badannya agar ia bisa menghadap Yara. Ya, Aul duduk sebangku dengan Risa di meja bagian depan. Sedangkan Yara dan Sesil duduk di meja belakangnya Aul, sehingga protesan Yara tersebut dapat di dengar dengan jelas oleh Aul dan juga Risa.

"Lo itu bukannya bersyukur si Radit mau jemput lo, eh malah lo ngedumel sendiri."

"Ih gue bukannya nggak bersyukur Auulll, gue cuma kesel aja sama si Radit."

"Kenapa lo kesel sama Radit, dia kan udah berbaik hati mau jemput lo. Dengan begitu kan, lo jadi bisa irit ongkos." Tanya Aul yang heran dengan Yara, bukannya bersyukur karena Radit ingin menjemputnya, eeh dia malah marah-marah.

"Ya gue kesel lah, emang nggak bisa apa dia bilang baik-baik ke gue kalo dia mau jemput gue."

"Menurut gue apa yang Radit chat ke lo itu udah termasuk baik loh Yar." Timpal Sesil akibat protesan Yara.

"Baik dari mana nya. Yang ada dia itu ngancem gue Sesiilll. Lo liat dong, dia bilang kalo sampe gue telat semenit gue bakal di tinggal sama dia. Dia pikir dia siapa bisa ngatur-ngatur hidup gue seenak jidatnya aja." Yara melipat kedua lengannya di depan dada menandakan ia benar-benar kesal terhadap Radit.

"Nggak bisa apa dia bilang baik-baik tanpa ngancem begitu. Susah emangnya cuma bilang *besok lo gue jemput, jadi jangan telat*. Kenapa pula pake harus ngancem segala, dia pikir besok gue bakalan ngaret. Nyebelin banget sih si Radit itu, tukang ngatur, maunya menang sendiri, kaku banget idupnya kaya kanebo kering."

"Yaraaa.....Yaraaa..." Aul dan Sesil hanya bisa menggelengkan kepalanya karena kekeras kepalaan Yara.

"Trus kenapa nama kontaknya Radit di line lo berubah jadi My Robot pake emot poop segala lagi?" Sesil bertanya kepada Yara gara-gara ia tadi tak sengaja melihat list chat Yara dan melihat nama kontak nya Radit berbeda dengan yang aslinya.

"Oh itu..."

Flashback on

"Ayo cepet larinya, lama banget sih lo. Baru 2 puteran aja udah ngeluh, lemah dasar." Teriak Radit kepada Yara sambil berlari mundur agar ia bisa berhadapan dengan Yara yang berada cukup jauh di belakangnya.

Saat itu Yara dan Radit memang sedang berolahraga di minggu pagi di gelanggang olahraga dekat rumah mereka. Olahraga yang di maksud kan Radit berbeda dengan olahraga yang di maksud Yara. Olahraga yang di maksud Radit adalah menyiksa Yara dengan berlari 10 putaran GOR tersebut dalam waktu 25 menit dan melihat gadis itu kelelahan akibat perbuatannya. Sedangkan olahraga yang Yara maksud adalah seperti olahraga ringan, bukan seperti ini.

"Gue cape Radit, lo tuh kalo mau bunuh gue ya langsung aja. Nggak usah pake nyiksa gue dulu kaya gini, cape tauuu." Sungut Yara kesal karena Radit tetap memaksanya berlari tadi, dua putaran saja sudah mau mampus rasanya, apalagi sepuluh putaran.

Yara memang lemah dalam bidang olahraga terutama lari, untuk itu Radit mengajaknya berlatih kemampuan lari agar gadis itu setidaknya ahli dalam satu bidang olahraga.

Lelah memaksakan kakinya untuk tetap berlari, akhirnya Yara pasrah dan duduk di arena berlari tersebut. Melihat itu, Radit segera menghampiri Yara.

Gadis itu, lemah sekali dia dalam bidang olahraga. Radit membatin

"Ayo bangun, kita istirahat dulu 10 menit abis itu baru lanjut lagi." Radit mengulurkan tangannya untuk membantu Yara berdiri.

"Lo gila kali ya? Gue udah mau mampus begini dan lo cuma ngasih gue 10 menit buat istirahat sebelom lanjut lari lagi?!" Protes Yara kepada Radit.

"Gue nggak gila, lo kali yang gila. Baru gitu aja udah mau mampus segala wkwkwk." Ledek Radit hingga membuat muka Yara merah karena menahan kesal.

"Heh gue itu cewe, fisik gue nggak sekuat elo. Jelas lah lo lebih kuat ketimbang gue, lo kan cowo. Dasar bodoh."

"Gue kan robot, jelaslah gue kuat. Nggak kaya lo, lemah." Ledek Radit yang semakin membuat Yara kesal.

"Pantes idup lo gitu-gitu aja, pantes lo kaku banget jadi orang, orang lo robot haha. Dasar robot gajelas, sebel banget gue sama lo."

"Bodo amat hahahaha."

Melihat Radit yang menertawakannya, Yara pun segera berdiri dan meninggalkan Radit yang masih tertawa akibat candaannya yang garing menurut Yara.

Robot gila nggak jelas dasar lo. Yara membatin

Flashback off

"Jadi gitu ceritanya kenapa gue bisa namain si Radit robot di kontak line gue." Jelas Yara kepada Sesil dan Aul yang sedari tadi diam mendengarkan cerita Yara.

"Oalah begitu.." Jawab Aul dan Sesil serempak.