webnovel

Part 2

"Eeehhh Mahduuyyy." Teriak Yara dengan cukup kencang hingga beberapa orang menoleh ke arahnya.

"Paan." Jawab Mahda.

"Yaelih buru-buru amat lo jalannya kaya orang mau ngambil gaji." Ledek Yara kepada Mahda, pasalnya Mahda benar-benar menghiraukan panggilan Yara dan kembali berjalan dengan seribu langkah.

"Lagian elo lama jalannya kaya putri Solo." Sungut Mahda seadanya karena memang ia sedang terburu-buru sekarang menuju ke ruang paskibra untuk mengambil barang titipan temannya.

"Sans aja kalii jawabnya wkwkwk, bareng kuy. Lo mau ke ruangan kan?" Yara mempercepat langkahnya agar sejajar dengan Mahda dan berjalan beriringan menuju ruang paskib.

***

"Assalamu'alaikum ya ahli kubur." Seru Yara ketika ia dan Mahda masuk ke dalam ruang paskib dan melihat sudah banyak orang di sana.

"Eh bahlul, lu kata ini di kuburan ngucap salamnya kaya gitu." Sungut Rara kesal akibat salam yang di ucapkan Yara kepada mereka yang berada di ruangan paskib.

"Tau lo, ngucap salam seenak jidatnya aja." Timpal Sita.

Mahda dan Aul yang sejak tadi melihat kelakuannya Yara hanya bisa diam dan kembali menggelengkan kepalanya akibat pusing dengan tingkahnya Yara.

"Tau lo, bego sih. Lagian bego di piara, kambing piara bisa gede." Jawab Rara sambil menuju bagian belakang ruang paskib untuk bertukar pakaian dengan seragam latihan.

"Ya maap Ra, ilaaahhh sensi banget si lo kaya mak-mak kos lagi hamil hahaha." Ledek Yara kepada Rara karena ucapannya Rara barusan.

"Lo itu yaaa, ngucap salam bukannya yang bener malah di becandain." Omel Aul kepada Yara yang memang lebih paham soal agama ketimbang Yara dan teman-teman paskib lainnya.

"Tau Ul, omelin aja tuh si Yara kebiasaan emang tuh orang kalo ngomong suka sembarangan. Ruqyah aja sekalian tuh dia, biar semua setan di tubuhnya ilang hahaha." Ledek Sita ke Yara, merasa kesal karena ledekan Sita tersebut, kemudian Yara berlalu sembari cemberut dan segera menyusul Rara ke belakang untuk berganti pakaian.

"Dia baper hahahaha." Mahda tertawa melihat Yara yang baper karena ledekan Sita. Kemudian mereka tertawa melihat Yara yang ngambek sehabis di ledekin oleh Sita, sedangkan Aul hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman-teman angkatan paskibnya yang memang sudah sangat dekat bak keluarga sendiri.

Tak lama, Yara dan Rara selesai berganti pakaian. Mahda, Sita dan Aul bergantian mengganti seragam sekolah mereka dengan seragam latihan. Ya, hari ini memang jadwalnya paskibra untuk latihan wajib. Meskipun mereka sudah kelas 12, mereka tetap wajib paskib sampai masa jabatan mereka habis yaitu sekitar bulan Agustus nanti. Dan itu terhitung masih 1 bulan dari sekarang, jadi mau tidak mau mereka masih harus ikut latihan hingga mereka melakukan serah terima jabatan.

Anggota paskibra angkatannya Yara berjumlah 12 orang yang terdiri dari 11 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Yara sudah bersama-sama dengan mereka selama kurang lebih 2,5 tahun. Jadi, jangan di tanya seberapa dekat Yara dengan teman-teman paskibra angkatannya. Makan 1 piring untuk 12 orang? Sudah sering mereka lakukan. Minum 1 botol untuk 12 orang? Sudah berulang kali juga mereka minum ramai-ramai. Ibaratnya mah, susah senang sudah mereka lalui bersama. Berantem? Mereka juga pasti pernah bertengkar satu sama lain. Tidak mungkin dalam suatu organisasi yang tidak memiliki masalah internal, dan itu pun sudah mereka lalui pula. Namun, apa sehabis bertengkar mereka menjadi saling menjauh? Jawabannya adalah tidak. Dengan pertengkaran yang terjadi diantara mereka baik itu pertengkaran kecil atau besar, mereka tetap bersama. Justru pertengkaran itu lah yang membuat mereka menjadi semakin dekat satu sama lain. Dan dari situ pula, Yara belajar untuk menjadi sosok yang kuat agar tidak di pandang lemah oleh orang lain. Karena dari paskib, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil oleh Yara.

Yara dan yang lainnya bersiap-siap untuk latihan, ketika Yara sedang memakai sepatu. Tiba-tiba gerakannya terhenti dan matanya terpaku kepada dua orang yang baru saja melintas di lapangan voli. Dua orang yang sedang ia hindari, dua orang yang sudah membuatnya sakit hati.

Melihat Yara yang tiba-tiba diam dan hanya memandang satu arah, Sita dan Rara pun mengikuti arah pandangnya Yara.

"Loh Yar, itu bukannya si Vano yaaa? Kok dia jalan sama si Gita sih?" Sita yang merasa heran karena melihat Vano yang terlihat sedang dekat dengan Gita yang merupakan teman dekatnya Yara.

"Bukannya lo sama Vano lagi deket ya Yar?" Rara pun ikut bertanya mengenai hal itu.

Sementara teman-temannya bingung akan hal itu, yang ditanya malah bersikap cuek kepada pertanyaan mereka.

"Yeh si Yara di tanya nya malah diem aja." Timpal Mahda yang melihat keterdiaman Yara.

"Sabodo teuing lah, peduli amat gue sama mereka berdua." Jawab Yara ketus sambil berlalu melewati teman-temannya menuju lapangan bersama beberapa juniornya.

"Hmmmm mencurigakan." Seru Sita.

Latihan berjalan seperti biasanya, Yara dan teman-teman seangkatannya hanya bertugas sebagai pengawas selama latihan sementara junior mereka yang kelas 11 lah yang melatih junior kelas 10 nya. Sedangkan pelatih mereka, ia bertugas sebagai penanggung jawab dan membenarkan apabila ada kekeliruan yang terjadi. Selama latihan Yara banyak sekali diamnya. Tidak seperti Yara biasanya yang terlihat lebih sering marah-marah karena melihat lambannya gerakan junior mereka. Kali ini, ia hanya diam sambil menyaksikan jalannya latihan, tidak ada marah-marah, tidak ada bentakan, tidak ada teriakan, dan tidak ada nada sinis dalam bicaranya selama latihan berlangsung. Hal ini mendatangkan kebahagiaan bagi juniornya karena salah satu senior yang mereka takuti, tiba-tiba menjadi bersikap seolah tidak perduli kepada mereka. Namun kebalikan bagi teman seangkatannya, mereka merasa heran. Tak biasanya Yara diam saja melihat junior kelas 11 sangat lamban dalam menjalani tugas mereka. Yara yang biasanya akan langsung menegur mereka karena kelambanan mereka, tapi tidak untuk kali ini.

"Lo kenapa bebskii? Kok diem aja dari tadi, tumbenan nih nggak mau ngamukin 30." Ph yang merupakan sahabat dekatnya di antara 29 (angkatan paskib Yara) yang lain bertanya kepadanya.

"Lagi nggak mood marah-marah gue bebskii." Jawab Yara sekenanya.

"Kenaps tuuucchhhh?"

"Gatau Pe, lagi pengen ngeliatin aja hari ini hehehe."

"Yar, lo tau kan kalo lo butuh temen curhat atau apapun, lo bisa curhat ke gue."

"Iyaa tau, tapiiii kayanya nggak sekarang deh Pe. Gue janji nanti gue pasti bakal curhat ke lo hehehehe, oke bebskiii."

"Okee, gue tunggu yaaa."

"Siip."

***

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumssalam, baru pulang kamu Yar?" Tanti bertanya kepada putrinya yang baru sampai di rumah 5 menit menjelang maghrib. Tanti pun sama, ia juga baru sampai rumah beberapa saat sebelum Yara sampai.

"Hehehe iyooo bundo, awak kan abis latihan paskib." Yara menjawab sambil melepas sepatu dan berjalan menghampiri ibunya serta mencium punggung tangan ibunya sebagai tanda penghormatan, kemudian ia berjalan ke lemari tas nya dan meletakkan semua alat sekolahnya disana.

"Paskiib terus, sampe kapan kamu masih aktif di paskib Yar? Inget loh kamu udah kelas 12, jangan kebanyakan paskibnya nanti kalo belajarnya terganggu gimana?" Tanti mulai memberikan nasihatnya kepada Yara yang masih saja aktif di kegiana ekskulnya, sementara ia sudah kelas 12.

"Indak bundoo, awak masih harus paskib sampe tujuh belasan nanti. Upacara 17 Agustus nanti itu tugas terakhir Yara, jadi sebelum itu Yara masih harus paskib. Soal pelajaran, inshaa Allah nggak terganggu hehehe. Bundo baru pulang? Bawa makanan nggak? Yara laper bundoooo." Rengek Yara yang memang belum makan sejak istirahat kedua tadi. Ia memutuskan untuk di kelas saja pada jam istirahat karena malas apabila ia harus bertemu dengan Vano nantinya.

"Tuh bundo bawain nasi padang, kamu mandi dulu baru abis itu makan."

"Siiaappp bundo."