Erra sampai di rumahnya,dengan langkah yang tertatih. Tanpa mengucapkan terima kasih ia melenggang pergi. Rama yang melihatnya hanya menghela nafas,bagaimana pun juga ia sadar kalau Erra bersikap seperti itu karena ulahnya.
Dia benar-benar suka mempermainkan perasaan seseorang.
___
Menjelang sore Erra kembali ke rumah Rama,namun dengan terpaksa. Catat! Ia datang dengan terpaksa. Karena laki-laki yang berstatus gurunya itu memintanya untuk memasakkan ia sebuah makanan. Ya dengan sebuah alasan tangan kanannya terasa sakit kembali. Padahal beberapa jam lalu ia mengendarai mobilnya.
Sungguh ajaib.
Huft.
Dengan menggerutu Erra memotong buncis. Ia tiada henti-hentinya mengeluarkan umpatan untuk gurunya itu. Apalagi dengab status kaki keseleonya yang masih ngilu,ah Erra merutuki sifat mudah goyahnya.
"Mas, kenapa mesti aku yang harus membuatkan mas makanan? Oh.. Ternyata anda suka sekali mempermainkan perasaan seseorang."
"Katanya pengen nikah sama saya,tapi disuruh bikin nasgor aja ngeluhnya minta ampun. Apa kata anak-anak kita nantinya?" cibir Rama yang sedang sibuk memperhatikan Erra yang tengah memotong buncis, gadis bersanggul itu tampak merengut.
"Ish.. Udah mau tunangan masih aja gombalin anak orang."
"Iya.. Iya maaf. Gak jadi istri saya juga nanti jadi adik saya,mau?"
"Enggak dua-duanya pak guru. Jadi murid aja ribetnya naudzubillah."
Rama mengulas senyum sembari melirik gadis yang sekarang tengah memasukkan buncis beserta wortel ke wajan.
"Ribet gimana?" tanya Rama dengan bertopang dagu.
"Ya ribetnya punya guru nyebelin kayak mas-mas di depan aku ini lho. Yang hobbynya bikin anak orang sakit hati." ucap Erra,ia berbalik lagi untuk memasukkan sosis dan telur secara bergantian ke wajan.
"Katanya orang nyebelin itu sering dikangenin lho.."
"Oh.. Hoho,yang pasti saya mah tidak."
"Masa sih?"
Rama bangkit dari duduknya, ia melangkahkan kakinya. Mendekat ke arah gadis yang sekarang tengah sibuk dengan penggorengan. Seperti biasa,ia berdiri di belakang gadis itu.
"Iyalah.. Ngapain ngangenin orang nyebelin? Gak ada faedahnya." ujar Erra,ia masih belum menyadari keberadaan Rama yang sudah ada di belakangnya dengan bersidekap.
"Oh.. Gitu,padahal kalo kamu ngangenin orang nyebelin seperti saya. Percayalah, saya akan selalu lebih dulu ngangenin kamu." ujar Rama,membuat gadis itu mematung.
Sadar,Erra membalikkan tubuhnya. Dengan muka garang ia memukul dada Rama beberapa kali lalu mendorongnya. Kini Erra berapi-api.
"Dasar tukang narik ulur! Udah jualan layangan aja sana! Saya mau pulang. Assalamualaikum."
Erra melangkahkan kakinya menjauh,ayolah dia benar-benar merasa sedang dipermainkan. Sementara itu,Rama hanya tersenyum penuh kemenangan.
"Hei, nasi goreng saya bagaimana?"
"Urus aja sendiri. Bilangnya aja dosa, jaga batasan, tahu-tahu buaya. Istighfar mas, malu sama Allah!" dumel Erra sembari bergeleng pelan,Rama terkekeh.
Ah.. Rama jadi ingin mengusili gadis itu.
"Cewek itu emang munafik, lain di mulut lain di hati. Astaghfirullah.." Mendengar itu,Erra menoleh. Kakinya kembali melangkah ke arah Rama.
"Maksud anda?"
"Kamu." Rama tersenyum.
"Apa?"
"Cantik." Masih dengan wajah gantengnya,Rama menatap Erra cukup lama.
"Ternyata kalimat jangan melihat buku dari sampulnya itu memang benar adanya." Cibir Erra,ia beralih pada nasi gorengnya. Tak jadi pergi.
"Hm?"
"Enggak!" Jawab Erra jutek,Rama tersenyum.
"Ra."
"Nayara gak ada disini!"
"Saya gak manggil Nayara,kok."
"Terus?"
"Saya manggil perempuan yang katanya sakit hati karena saya. Saya mau minta maaf karena itu. Saya tidak bermaksud melukai hatinya,tapi apalah daya jika perkataan saya sudah mengenai hatinya." Ucap Rama,Erra yang mendengarnya seketika terdiam. Menunggu Rama melanjutkan perkataannya.
"Sebagai permintaan maaf saya,saya mau nyanyiin lagu buat perempuan itu.." Rama bangkit dari duduknya,bibirnya terbuka. Lalu mulai bersuara dan menyanyikan sebuah lagu dengan merdunya.
Aku tak pernah meminta
Sosok pendamping sempurna
Cukup,dia yang selalu
Sabar menemani dalam kekuranganku
Namun,Tuhan menghadirkan
Kamu wanita terhebat
Kuat tak pernah mengeluh
Bahagiaku selalu bersamamu
Andai ada keajaiban
Ingin ku ukirkan
Namamu di atas bintang-bintang angkasa
Agar semua tahu kau berarti untukku
Selama-lamanya kamu milikku
"Mas.." Ucap Erra,tangannya spontan mematikan kompor. Badannya berbalik,matanya menatap Rama yang berdiri di hadapannya.
"Erra Nevada,murid sekaligus tetangga saya. Maafin saya,ya."
"Aku gak tahu sama sikap Mas Rama,kalau memang Mas hanya menganggapku adik maka perlakukan aku sama seperti Mas memperlakukan adik Mas. Mas tahu,dengan sikap baik yang Mas tujukan itu bisa membuat orang-orang khususnya aku salah mengartikan."
"Maafkan saya."
"Gak papa,Mas udah aku anggap abang aku sendiri. Gak perlu sungkan. Ya udah,nasi gorengnya dimakan dulu takut keburu dingin." Erra tersenyum diakhir ucapannya,lantas ia berbalik. Mengambil piring dan menuangkan nasi goreng buatannya pada Rama.
"Makasih.. Semoga kamu menjadi perempuan sholehah,mendapatkan suami yang mengerti dan menyayangi kamu sepenuh hati,bisa membimbing kamu ke jalan-Nya."
"Aamiin.. Mas Rama juga langgeng ya sama Nayara,mudah-mudahan menjadi pasangan yang saling melengkapi." Ucap Erra diikuti senyum manisnya. Dengan hati terkuka ia mengucapkannya.
"Aamiin.. Makasih,ya."
"Iya,Mas..