"Mau nganterin pacar pulang, Nan?"
Suara berat, yang tak asing di pendengaran Erra seketika membuat tubuhnya mematung.
Derap langkah yang semakin mendekat,seseorang yang Erra pikir mas Rama itu membuat tubuh Erra panas dingin. Apalagi jantungnya yang kini sudah marathon. Berdetak melebihi normal.
"Bukan pacar sih. Dam, kesini ente naik apa?" tanya Adnan pada pria yang diyakini Erra adalah Rama.
"Roda empat,kenapa emang?"
Gak salah lagi.
"Ane mau pinjem."
"Oh.."
"Ente pake motor ane dulu gak papa?"
"Kagak, kagak apa-apa. Nih kuncinya." ucap Rama sembari memberikan kunci mobilnya, Adnan menerima kunci tersebut sembari memberikan kunci motornya pada Rama. "Erra Nevada?"
Boom!
Ternyata pria berewokan itu mengenalinya meski Erra membelakanginya. Erra lantas berbalik dengan susah payah. Ia menatap Rama yang juga tengah menatapnya.
"Ente kenal sama ni anak?" ucap Adnan, Rama mengangguk. Ia tak henti-hentinya menatap Erra. Pria itu, entahlah..
"Ya udah, ane pinjem dulu mobil ente ya, Dam."
"Mas.." Erra memegang lengan kanan Adnan,pria berkemeja putih yang hendak melangkah itu menoleh.
"Kenapa? Gak bakalan apa-apa kok,Adam ini sepupu aku."
"Kita pulangnya naik motor aja ya." ucap Erra,Adnan mengernyit.
"Bukannya tadi kamu bilang gak mau ada orang yang nyari kesempatan dalam kesempitan?"
"Aku,aku,gak jadi aja. Mas gak perlu repot-repot nganterin aku pulang." ucap Erra,matanya tak henti-hentinya melirik ke arah Rama yang tengah menatapnya intens. Oh.. Ada apa dengan pria berewok itu?
"Tapi, kaki kamu kan masih sakit Ra."
"Rasa sakit di kaki aku, gak sebanding sama rasa sakit yang aku rasain di hati,mas." ucap Erra sembari menoleh ke arah Rama.
"Baperan kamu, Ra. Ya udah kalau kamu gak mau saya antar, saya titipin kamu ke Adam saja ya?"
"Eh.. Enggak usah, mas. Aku mau pulang naik taksi aja."
"Udah, kamu pulang bareng Adam saja. Dam,ane titip Erra ya." ucap Adnan sembari menukar kuncinya lagi. Rama yang diberi amanat hanya mengangguk dengan ekspresi datarnya. Erra meringis. Membayangkan apa saja yang akan terjadi pada dirinya.
Setelah Adnan melajukan motornya, Erra pun melangkahkan kakinya. Tak peduli pada Rama yang di amanatkan untuk mengantarnya pulang.
"Erra Nevada!" panggil Rama,Erra menghentikan langkahnya yang tertatih. Tak ada niat untuk berbalik ataupun menyauti panggilan gurunya.
"Ra."
Erra berbalik. Gadis itu menatap Rama yang tengah membukakan pintu mobil untuknya.
"Masuk!"
"Mas lupa,berduaan dengan seorang yang bukan mahrom itu dosa?"
"Masuk!"
"Berduaan di dalam mobil tentu saja yang ketiganya itu adalah syaitan."
"Ra,masuk!" ucap Rama sembari memakai penekanan. Erra masih tak menggubrisnya.
"Itu dosa!"
"Rara masuk atau saya akan menghalalkan kamu secepatnya?"
"Apa?"
Erra mengerjap. Ia tak salah dengar?
Apa Rama benar-benar ingin menghalalkannya?
Benarkah?
Kalau begitu, Erra akan melepaskan Adnan dan memilih Rama.
"Nayara ayo cepat masuk,tunggu apalagi?"
Hell. Erra berbalik, lalu mendapati Nayara yang tengah berdiri mematung entah sejak kapan. Siswi berkerudung lebar itu melangkah, lalu berjalan melewati Erra.
Demi nenek moyang zaman dahulu. Erra benar-benar ingin menghilang dari tempat ini sekarang juga. Cukup sudah penderitaannya.
Nayara masuk ke dalam mobil Rama, selepas itu barulah Rama menghampirinya. Pria itu menatap Erra yang tengah berkaca-kaca. Sungguh Erra sangat-sangat merasa sedang dipermainkan.
"Gak perlu." tolak Erra, gadis itu mundur selangkah.
"Ra.."
"Ra mu itu sudah masuk ke dalam mobil. Jadi, biarkan aku pergi."
"Kamu harus pulang dengan saya."
"Pulang dengan mas Rama? Agar aku jadi kambing congek atau agar aku jadi syaitan diantara kalian berdua?" tanya Erra meluap-luap. Lupakan sajalah. Erra benar-benar kesal pada Rama.
Rama mengusap wajahnya kasar.
"Saya mohon.."
"Yang terakhir kalinya."
"Hmm."
Akhirnya Rama pulang dengan kedua muridnya. Nayara mengerutkan keningnya saat Erra duduk di sampingnya. Nayara melirik sekilas ke arah Rama.
"Erra keseleo,jadi saya ajak dia pulang bareng."
"Oh.. Kamu kok bisa keseleo, Ra? Gimana ceritanya?" tanya Nayara, meski sedikit tak suka ia tetap jua memberanikan diri untuk memulai percakapan dengan Erra.
"Udah takdir."
Nayara mengangguk-anggukan kepalanya mendengar jawaban Erra yang terdengar dingin. Lantas Nayara memilih diam saja,daripada berpura-pura ramah dan mendapatkan respon parah. Lebih baik ia menyibukkan diri.
"Nay, kamu tadi belajar gimana? Lancar?" tanya Rama pada Nayara, Erra yang mendengarnya hanya memutar bola matanya malas.
' Dasar laki-laki buaya, kata-katanya gak bisa dipercaya.'
"Alhamdulillah mas."
"Belajar yang rajin,jangan kebanyakan begadangin hal-hal yang gak penting,makannya juga jangan kelupaan, banyakin minum. Dan juga,jangan lupa doa untuk kelancaran hidup kamu." nasihat Rama,Nayara hanya mengangguk mengerti. Sedari tadi ia hanya menunduk, menikmati suasana canggung yang menghampiri mereka bertiga.
'alah lebay! Sok perhatian.' batin Erra, kenapa ia bisa dihadapkan dengan situasi seperti ini? Andai tadi Erra ikut Adnan, mungkin sekarang hatinya tidak akan tambah sakit lagi.
"Iya mas..."
"Jaga kesehatan ya."
'neraka!'
"Innsyaa Allah.."
Apa kabar Erra?
Ia hanya menyibukkan diri dengan menatap ke jalanan sembari mengumpat dalam hati. Meski telinganya dengan jelas mendengar. Meski matanya selalu saja melirik,tetap saja hatinya terasa sakit
"Mas.. Waktu dulu,aku sempat berfikiran kalau mas itu cuma mempermainkan aku saja,mengingat pesan-pesan yang selalu saja mas balas dengan singkat. Aku..." Nayara tak melanjutkan perkataannya. Rama menoleh sekilas.
"Saya melakukan itu agar kamu lebih fokus dengan sekolah kamu. Agar kamu tidak terlalu fokus pada masalah cinta saja. Saya sengaja menghilang beberapa tahun,agar fikiranmu tidak terfokus pada saya. Remaja sekarang kan terlalu dibutakan oleh cinta."
"Uhuk!"
Kedua pasangan yang berstatus tunangan itu menengokan kepalanya ke arah Erra.
"Aku cuma tersedak." jawab Erra. Rama mengalihkan pandangannya ke jalanan lagi,Nayara menatap Erra sebentar sembari mengembuskan nafas. Lalu gadis berkerudung itu pun mengalihkan pandangannya.
"Mas,nanti kita berhenti dulu ya di depan."
Tepat setelah Nayara bicara,Rama menepikan mobilnya di depan sebuah mini market.
"Sebentar ya,Mas.. Aku mau beli sesuatu dulu." Ucap Nayara,Rama bergeming.
"Kalo gitu saya ikut."
"Eh..?"
"Gak papa,yuk turun." Ajak Rama,Nayara tersenyum. Kehadiran Erra terasa lenyap begitu saja. Rama dan Nayara keluar,meninggalkan Erra yang berdecak sebal.
"Nyesel gue semobil sama pasangan tsundere." Ucap Erra,ia beralih pada ponselnya.
+6289-4562-0514
Ra,ini gue Kaisar.
Nanti malem jalan yuk,gue rindu
moment berdua bareng lo.
Eh.. Salam ya sama,mamih. Nanti malem mantunya datang ke rumah.
Bye.. Babe
"Lah? Kaisar demi apa ngajak jalan gue? Ya ampun.. A-ah.. Kaki gue sakit."
R
ingis Erra tatkala kakinya tak sengaja ia gerakkan.
Puk!
Erra berjengit saat sesuatu menimpa kepalanya. Ia mendongak,lalu beralih pada sebantal roti dan juga susu kotak di sampingnya.
"Makan." Rama berucap sembari masuk ke mobil.
"Apa?"
"Rotinya dimakan." Rama menoleh,terdiam sebentar. "Kaki kamu masih sakit?"
"Yang di dalam gak ditanyain rasa sakitnya,Mas?"
"Maksudnya?"
"Hatiku,mas gak mau nanya?" Erra menatap lekat,Rama masih terdiam tanpa mengalihkan pandangannya.
"Aku pernah baca sebuah hadits,bahwa seorang yang sholeh tidak jadi masuk surga karena ia menyakiti perasaan sesamanya. Apa Mas masih ingin menyakiti perasaanku,meski Mas tahu kalau menyakiti perasaan sesamanya adalah perbuatan dosa?"