"Paman sedang bingung bagaimana cara mendekati Kak Luci kan?" Hans menebak. Anak itu bahkan masih sakit, tapi dia sempat-sempatnya menggoda Spider.
Spider terlihat malu-malu. Bagaimana bisa seorang ketua klan mafia The Crown dengan kekuatan hebat yang bisa membantai banyak musuh bisa malu-malu kucing di depan seorang anak lelaki berusia dua belas tahun? Dan parahnya ini semua hanya soal cinta belaka?
Kebucinan itu memang nyata, Saudara-saudara.
"Haish, apa maksudmu? Aku ke sini untuk mengunjungimu, bukannya sedang ingin membahas soal Bee," sangkal Spider. Lelaki itu pun mendekat pada Hans dan duduk pada salah satu kursi yang berada di tempat itu.
Kursi tersebut berupa kursi besi yang bisa diangkat dan dibawa kemana-mana. Jadi saat ini Spider duduk merapat pada ranjang di mana Hans sedang berbaring dan memegangi buku dongeng miliknya itu.
"Mulut Paman bisa berbohong, tapi mata Paman tidak." Hans memangku tangannya di atas pangkuannya sendiri. Mata lelah anak itu sekarang melihat lurus pada Spider yang salah tingkah.
"Eh, apakah terlalu kelihatan?"tanya Spider dengan resah. Jika Spider tidak bisa menyembunyikan perasaannya, dan jika nanti itu malah membuat Luci tidak nyaman, bisa berantakan semua rencana Spider untuk mendapatkan Luci.
"Iya, sangat kelihatan. Di dalam mata Paman selalu ada madu meleleh ketika melihat Kak Luci. Paman sangat ingin mendapatkan kakakku kan?" Hans telah dibesarkan oleh ayahnya yang cerdik. Jadi anak itu juga tidak kalah cerdik dari orang tuanya yang sudah meninggal itu.
Spider mengangguk seperti anak kecil. "Iya, aku sangat menginginkan, Bee. Oh iya, Bee itu adalah Luci. Mungkin saja kau tidak tau soal itu."
"Aku tau kok," sela Hans dengan sikap seolah-olah dia adalah orang dewasa sementara Spider masih seorang anak kecil. Mereka bisa bertukar peran dengan sangat cepat.
"Aku akan membantu Paman untuk mendapatkan Kak Luci. Tapi kita harus punya kesepakatan dan kerja sama." Hans melipat tangannya di depan dadanya.
Gesture Hans bahkan terlihat lebih teratur dari pada gersture milik Spider saat ini. Spider bergerak tak karuan karena saking gugupnya.
Kegugupan itu terjadi karena saat ini Spider merasa sedang menemui ayah mertuanya sendiri. Padahal Spider hanya sedang menemui Hans, seorang anak kecil berusia dua belas tahun. Tapi karena pengaruh Hans yang begitu besar kepada Luci telah membuat Spider tidak bisa menganggap remeh soal Hans. Spider harus mampu mengantongi restu dari anak kecil itu dulu.
"Kerja sama apa yang kau inginkan?" tanya Spider. Lelaki itu sudah mempersiapkan opsi atau pilihan dari kemungkinan-kemungkinan yang mungkin saja terjadi. Spider memikirkan tentang kerjasama seperti apa yang diinginkan oleh Hans.
'Apa dia menginginkan uang dariku? Hm, anak zaman sekarang sungguh cerdik,' batin Spider sembari mengusap dagunya yang ditumbuhi oleh bulu-bulu halus.
"Jika aku bisa membantu Paman mendapatkan Kak Luci, maka aku meminta Paman untuk berjanji padaku." Hans berkata dengan lantang, walaupun sekarang kondisinya masih belum stabil. Anak itu masih terus melakukan rangkaian terapi demi menyembuhkan penyakitnya yang kronis.
"Janji apa yang kau inginkan?" Spider mengambil ancang-ancang. Lelaki itu menguatkan diri untuk mendengar setiap jawaban yang nantinya akan diminta oleh Hans.
'Jika dia menginginkan 1 miliyar rupiah, sepertinya aku masih bisa memberikannya pada anak ini. Yang terpenting Luci harus menjadi milikku,' mantab Spider di dalam hatinya sendiri.
"Aku ingin Paman berjanji padaku jika nanti aku bisa membuat Kak Luci menjadi milik Paman, Paman harus menjaga Kak Luci dengan baik. Jangan pernah sakiti dia sedikitpun!" Hans menggoyangkan jemari telunjuk kecilnya di depan hidung mancung Spider.
"Hanya itu? Tanpa kau minta pun aku akan menjaganya dengan baik. Tidak hanya menjaganya saja, tapi aku juga akan menjaga anak-anak kami." Spider memandang jauh ke depan dan mulai berfantasi tentang kehidupan rumah tangganya dengan Luci suatu hari nanti.
Hans memutar bola matanya dengan bosan. 'Wajahnya saja yang garang, tapi dia suka berhalusinasi,' ejek Hans pada Spider di dalam hatinya sendiri.
"Baik, baik, aku percaya pada Paman soal itu. Tapi aku masih punya satu perjanjian lagi." Hans mengacungkan telunjuknya kembali. "Aku ingin Paman menjauhkan Kak Luci dariku. Aku ingin Paman membuat Kak Luci berhenti mengurusiku." Semakin Hans bicara maka suaranya akan semakin lirih.
Suaranya seperti sebuah radio yang dinyalakan dengan volume maksimal, lalu tiba-tiba karena ada sesuatu volume radio itu semakin dikecilkan dan dikecilkan, sampai yang terdengar hanya kemereseknya saja.
Spider mengerutkan keningnya. Lelaki itu mengawasi Hans yang saat ini menunduk dan mengusap buku dongeng yang berada di tangannya.
Spider tau keluh kesah Hans saat anak itu bertemu dengan Luci. Hans meminta Luci untuk berhenti mengurusinya. Hans juga meminta Luci untuk berhenti berkorban untuknya. Hans berkata bahwa dia lelah disebut sebagai beban. Spider tidak menyangka bahwa Hans serius soal itu. Spider pikir itu hanya kemarahan sesaat.
"Itu mungkin permintaan yang sulit. Jika aku berusaha untuk membantu agar Bee menjauhimu, tapi Bee nanti malah menjauhiku bagaimana? Aku sudah tidak mau berpisah lagi dengannya." Spider memandang nanar pada Hans.
"Justru karena Paman tidak ingin berpisah dengan Kak Luci, maka Paman harus menjauhkan kami berdua."
"Kenapa begitu?" Spider mengernyit.
Hans terdiam sebentar. Matanya yang layu dengan wajah pucat itu memandangi wajah Spider.
'Aku tidak tau akan hidup sampai kapan. Tapi aku tidak mau jika sampai mati aku harus membuat Kak Luci kesusahan,' batin Hans.
"Aku adalah adik tiri dari almarhum pacarnya Kak Luci. Jika Kak Luci masih melihatku maka dia tidak akan bisa melupakan almarhum pacarnya. Aku berani menjamin itu." Hans hampir menangis saat mengatakannya.
Anak itu tiba-tiba saja mengingat Daniel dan juga kehangatannya. Daniel adalah orang yang lembut dan hebat. Dia adalah pahlawan bagi Hans. Setelah kematian ayah Hans, Daniel telah menggantikan sosok ayah bagi Hans secara tidak langsung.
Jika Hans menganggap Daniel sebagai kakak sekaligus ayahnya, maka anak itu menganggap Luci juga sebagai kakak dan ibunya. Hans pernah kehilangan ibu karena suatu kematian. Dan kali ini ibu ketiga Hans – yakni Luci – tidak akan Hans biarkan berada di dalam kesedihan.
Apalagi ketika melihat ibu keduanya, Tante Arum, menggunakan Hans sebagai salah satu alat untuk menyiksa Luci.
"Jika Paman memang ingin mendapatkan Kak Luci, Paman harus bisa membuatnya melupakan almarhum kakakku dulu. Dengan begitu hatinya akan mudah dimasuki." Sebulir air mata menetes dari mata Hans. Anak lelaki berusia dua belas tahun itu harus terjebak di dalam dendam ibu tirinya sendiri. Bukankah itu sangat miris?
"Apa kau yakin soal keinginanmu sendiri, Anak Kecil" tanya Spider. Lelaki itu pernah mengalami masa kelam saat kecil. Dan sepertinya hidup sebagai anak kecil dan harus terjebak di dalam ambisi orang dewasa bukanlah hal yang menyenangkan. Spider tau benar soal itu.
Apalagi Spider pernah hampir mati beberapa kali di tangan orang dewasa. Tidak berbeda jauh dengan Hans kan yang saat ini sakit tapi justru ditelantarkan oleh ibu tirinya sendiri?
"Aku yakin soal keputusanku." Hans membuang muka karena tidak mau menunjukkan pada Spider bahwa saat ini dia sedang menangis. Anak-anak memang memiliki ego yang tinggi.
"Begini saja, aku akan melindungi kalian berdua. Kau mungkin memandang rendah padaku karena kau pikir aku hanya seorang lelaki berwajah dingin yang tidak memiliki apa-apa.
"Tapi sayangnya kau salah. Faktanya aku ini seseorang yang memiliki lima benua. Dan aku bisa melindungimu di salah satu benua bahkan di kelima benua itu.
"Jika kau mau kulindungi, maka tugasmu hanya satu yaitu membuat Bee dan aku bersatu menuju pernikahan." Spider berkata dengan mata menggelora kepada Hans.
***
Halo Reader, author bikin grup baru di FB lho. Silakan gabung untuk yang minat. Kalian bisa sharing di sana kalau mau. Nama grupnya Suny Edelia