13 Pelajaran Baru

Sudah beberapa hari lebih sejak kejadian memalukan dirinya dan seniornya itu terjadi. Selena menunggu hal buruk apa yang akan dia alami karena kecerobohannya waktu itu.

Namun setelah terakhir kali dia bertemu remaja pria itu di depan ruang kesehatan dan perkataan seniornya itu yang sudah memaafkan kesalahannya, ia memiliki asumsi jika seniornya itu tidak akan menimbulkan masalah apapun terhadapnya.

Karena senior itu tidak datang membalas dendam padanya, Selena akhirnya bisa tenang. Dia melempar jauh ke belakang kepalanya masalah tersebut dan fokus pada sekolah barunya sekarang.

Tahun ajaran baru SMA sudah di mulai, dan Selena juga sudah mendapatkan seragam baru, tinggal menunggu buku LKS yang belum dia dapat, setelah itu dia akan berusaha keras untuk mempertahankan nilainya dan mendapatkan beasiswa dari sekolah lagi.

Kakak kelas yang menyebabkan cedera pada tangannya di lapangan waktu itu sering membuat masalah dengannya baru-baru ini, tapi Selena memilih mengabaikan senior wanita itu yang saat ini gencar mem-bully dirinya.

Masa bodoh dengan wanita kurang perhatian itu, fokusnya saat ini adalah belajar, belajar dan terus belajar sampai dia lulus dengan nilai memuaskan.

Selena bertekad.

Sayangnya, tekad itu akan goyah seiring dia melihat jelas kehidupan didepannya yang akan dia temui.

Tapi itu nanti, saat ini biarkan Selena berbahagia dengan mimpi yang dia rancang.

*****

Bel tanda jam istirahat terdengar berbunyi nyaring ke seluruh kelas.

"Baiklah. Sampai disini pelajaran hari ini. Jangan lupa kerjakan pekerjaan rumah kalian. Sampai jumpa minggu depan murid-murid." ucap guru itu sambil membereskan tas kerjanya.

Sebelum guru itu pergi, ia melirik pada Selena yang duduk di kursi depan nomor dua dekat jendela, ucapnya, "Selena. Tolong kumpulkan catatan teman sekelas dan bawa ke ruangan Ibu."

Selena langsung berdiri dan mengangguk mengerti saat wali kelasnya itu menyuruh dia.

Selena adalah bendahara kelas saat ini. Tugas mengumpulkan catatan dan tugas biasanya menjadi tugas ketua kelas. Sialnya, saat dia membantu wali kelasnya itu dengan buku-buku ditangannya di tempat parkir beberapa hari yang lalu, membuat wali kelasnya menunjuk dia sebagai pesuruh. Entah itu berkah atau musibah, Selena tidak bangga sama sekali.

Dengan wajah tertekuk dia membawa tumpukan buku ditangannya, tangannya yang masih nyeri sedikit kesusahan membawa buku-buku itu. Meski tahu dia sedang dalam kesulitan, tak ada seorangpun yang mau membantunya. Teman-temannya terlalu sibuk dengan urusan masing-masing.

Kelas 10 berada di lantai atas, dan ruang guru berada di lantai bawah. Selena harus menuruni tangga dua tingkat untuk sampai ke sana. Itu melelahkan, dia capek, serius.

Selena berjalan sendirian dengan buku-buku di tangan, melewati kelas 11. Dia sebisa mungkin mengecilkan tubuhnya menjadi tidak terlihat, inginnya seperti itu, tapi mustahil. Karena orang-orang yang dia temui tidak buta.

Apalagi saat dia melewati kelas 11-2. Selena berjalan agak cepat. Dia tidak mau berurusan dengan begundal menyebalkan itu yang selalu membuatnya jengkel.

"Buru-buru amat sih."

Doanya tidak terkabul. Kesal!!

Selena hanya melirik pria di depannya yang kakinya sudah terulur menghalangi. Dia bergeser ke samping, melewati kaki panjang pria itu. Tidak berhasil. Lengannya ditangkap, Selena cemberut tidak suka, dia melotot galak pada orang yang kini menyeringai ke arahnya.

Andre yang di tatap dengan mata bulat yang dibesar-besarkan itu tergelak tertahan. Tidak tahu saja Andre yang melihat wajah Selena yang seperti itu, ingin menarik pipi lemak bayinya sampai bengkak.

"Minggir!" kata Selena geram.

"Tidak mau." Jawab Andre cepat, tangannya menyilang di dada dan seringai licik masih bertahan di bibirnya.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Selena cepat. Kelihatan sekali kalau dia tidak suka berlama-lama bersama Andre.

Andre tidak peduli dengan raut tak sabar dari gadis cantik itu, dengan seringai di bibir ia bicara, "Tidak ada, hanya ingin melihatmu."

"Andre, kamu tidak lihat aku sedang sibuk? kalau kamu tidak ada perlu denganku, biarkan aku lewat." ujar Selena jengkel.

"Baik, silakan lewat, dengan syarat, bagaimana kalau akhir pekan ini kita jalan?"

"Tidak."

"Sepertinya kamu tidak buru-buru. Aku bisa menahanmu sampai jam istirahat selesai, dengan begitu..."

"Argghhh... Baiklah, baiklah. Terserah kamu saja. Jadi sekarang minggir!" kata Selena setuju dengan enggan.

Pria di depannya ini merupakan kakak kelas dan juga sahabatnya. Andre adalah anak sulung dari sahabat sang mama, karena betapa dekatnya ibunya dan ibu Andre, membuat dia memiliki hubungan kerabat jauh dengan pria ini.

Mereka sudah saling kenal sejak kecil, pertemuan pertama mereka bisa dibilang meninggalkan kesan mendalam di benak Selena sampai sekarang.

Saat Selena ingat kejadian memalukan waktu masa kecilnya dulu, dia berharap buku ditangannya bisa dia pukul kan ke kepala Andre. Itu kenangan memalukan, sangat memalukan buatnya.

Selama Andre berada di dekatnya dengan cengiran nakal di bibirnya, hal yang terlintas dalam pikiran Selena selalu memukul orang ini.

Selena tidak tahan diejek terus menerus karena kejadian masa lalunya. Dia ingin melupakan kejadian memalukan itu tapi Andre selalu mengingatkannya dengan sengaja.

Melihat cengiran bodoh di depannya, semakin membuat Selena kesal.

"Dasar pemaksa!" umpat Selena sambil menendang keras kaki Andre, lalu kemudian dia pun berlari dengan marah.

Andre tergelak dan suara tawanya masih terdengar oleh Selena.

"Lihat saja, kalau Selena dilirik pria lain, mampus kamu!" cibir Indra yang muncul di belakang Andre.

avataravatar
Next chapter