12 Berprestasi

"Tentu saja... Semakin aktif para siswa-siswi belajar di luar jam pelajaran, akan berguna juga bagi semua pihak." Katanya dengan senyum kebapakan, "Lucas, ini adalah tahun terakhir dirimu menjabat sebagai ketua OSIS. Jika tahun ini kamu melakukan yang terbaik sebagai mana seperti sebelumnya, proposalmu yang lainnya, akan bapak usahakan menurutinya. Jadi kamu perlu bekerja keras lagi tahun ini sampai akhir semester kelulusan tiba."

"Saya akan berusaha keras untuk bertanggungjawab dengan jabatan saya, Kepala sekolah. Anda dapat memercayakan pada saya sepenuhnya." Balas Lucas sangat percaya diri.

Kalau dia gagal tahun ini untuk membuktikan dirinya sebagai siswa terbaik dan siswa teladan di sekolah, kemungkinan besar dia akan dikembalikan ke Surabaya sangat lah besar. Dan dia tidak mau itu... Dia tidak menginginkan hidup di bawah bayang-bayang neneknya yang tak segan mengawasinya dua puluh empat jam pemantauan penuh.

Hermawan hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan diam-diam, "Ada satu hal yang bapak meminta bantuanmu Lucas."

Lucas menaikkan alisnya tak mengerti. Tumben sekali pamannya ini meminta bantuan padanya, "Apa yang bisa saya bantu?"

Hermawan kemudian mengeluarkan sebuah dokumen yang berisi data diri siswa. Yang membuat Lucas perlu melebarkan matanya ialah karena orang yang berada di dalam foto di atas kertas tersebut.

"Namanya Selena, dia merupakan salah satu siswi berbakat tahun ini di kelas 10. Pada tahun sebelumnya, dia berhasil meraih juara Essay Writing Competition tingkat nasional. Dan terakhir kali yang bapak dengar dari wali kelasnya di SMP, kalau siswi ini pernah menjadi juara 3 dalam lomba Essay yang diadakan Universitas Columbia di Australia. Kamu bisa mengeceknya secara daring untuk menemukan nama siswi tersebut, Lucas."

Lucas, tentu saja sangat terkejut dengan informasi yang baru saja dia dengar. Tidak menyangka sama sekali, bahwa gadis yang berhasil membuatnya malu itu merupakan siswi berprestasi. "Lalu maksud anda menunjukkan ini kepada saya, untuk?"

"Rekrut dia untuk menjadi bagian dari OSIS, Lucas. Selain dikarenakan kecerdasan dari siswi tersebut, tulisan tangannya patut untuk dijadikan sebuah koleksi yang dapat dipajang di sebuah galeri nasional."

Lucas mengambilnya, sebuah kertas lainnya yang diserahkan oleh kepala sekolah. Sebuah essay yang berjudul Ibuku Tercinta itu ditulis menggunakan tulisan tangan. Namun yang membedakan dari tulisan tangan pada umumnya ialah, kalau tulisan tangan itu benar-benar indah. Luar biasa indah. Tulisan itu memiliki karakteristik yang anggun, rapi dan tegas secara bersamaan. Seolah-olah tulisan itu merupakan salinan dari sebuah komputer yang sudah di setting dengan tulisan terbaik di dalamnya.

"Kalau begitu saya akan mengusahakan merekrutnya secara pribadi, Pak kepala sekolah." Kata Lucas tidak menolak sama sekali.

Setelah Lucas berhasil mendapatkan tanda tangan dari kepala sekolahnya, pemuda itu berpamitan pergi lalu berjalan menuju ke ruangan OSIS untuk melakukan rapat secara terbuka bersama dengan para anggota OSIS lainnya. Membicarakan tentang kegiatan tahun pelajaran baru tahun ini.

***

"Kamu sudah pilih mau ikut kegiatan ekstrakurikuler yang mana, Selena?"

Pada jam istirahat, Cristine menarik Selena dari dalam kelasnya menuju ke kelas gadis itu. Dan disitulah Selena berada sekarang, duduk di samping Cristine yang sibuk memakan bakso di atas meja.

Selena menyeruput jus jeruknya sebelum kemudian menjawab pertanyaan Erina. Gadis itu datang jauh-jauh dari kelasnya yang berada di ujung dekat kelas sebelas. Hanya untuk bergabung bersama Cristine dan kawannya yang lain. Selia dan Dara kebetulan merupakan teman sekelas Cristine. Kedua gadis itu juga sibuk dengan makanannya yang berada di depan meja Cristine kini.

"PMR?" gumam Selena tak yakin. Karena para siswa diwajibkan memilih satu kegiatan ekstrakurikuler diluar ikut pramuka, Selena memilih ikut klub PMR dikarenakan jadwalnya yang sesuai dengan libur pekerjaannya di toko.

Dan lagi, kegiatan PMR hanya perlu dihadiri setiap seminggu sekali. Jadi itulah alasannya Selena bersedia ikut.

Namun karena pilihannya itulah, Cristine di sebelahnya berubah cemberut. Saat Cristine tahu kemana Selena akan pergi, gadis itu langsung berwajah muram.

Pasalnya, Cristine sudah memilih klubnya sendiri. Klub volly dan juga klub renang. Ia pikir, ia bisa menarik Selena ikut bersamanya, tapi setelah Selena menjelaskan alasannya menolak, Cristine hanya bisa dengan pasrah menerimanya.

"Woah... Benarkah?"

Selena mengangguk.

"Kalau begitu nanti kita harus bergabung di kelompok yang sama."

Selena nampak sedikit terkejut, "Kamu juga ikut kegiatan itu, Erina?"

Erina menyeringai, gigi gingsulnya kelihatan saat dia menarik bibirnya ke atas, "Tentu saja. Maka itu tadi aku bilang, kita harus berada di kelompok yang sama. Aku akan mengenalkan dirimu dengan teman-temanku yang lainnya, Selena."

Mendengar ini membuat Cristine yang sangat pencemburu, mulai mengerucutkan bibir. "Apa aku perlu membatalkan mendaftar di klub renang dan bergabung dengan kalian?"

Atas perkataan Cristine tersebut, Selena yang berada dekat dengan gadis itu lalu memukul bahu sahabatnya dengan keras. "Apa sih yang kamu bicarakan?!" ujar Selena dengan mata dibesar-besarkan. Tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya yang kadang suka seenaknya.

"Kenapa memangnya?!" Kata Cristine tak kalah melotot. "Kalau aku pindah klub dan masuk klub PMR, aku kan bisa terus bersamamu."

Bukannya senang dengan apa yang Cristine ucapkan, Selena malah tak segan melayangkan pukulan keduanya pada sahabatnya tersebut.

"Kalau kamu memaksakan untuk ikut kegiatan yang tidak kamu sukai, percaya padaku, aku akan menendangmu nanti kalau merengek dan mengeluh ini itu?!"

Cristine yang merasa bahwa idenya sangat bagus, tidak mau kalah dengan sindiran Selena. "Siapa yang merengek? Aku bukan orang yang seperti itu?!"

"Kamu masih mau aku ingatkan dengan kejadian dua tahun lalu di masa SMP kita? Siapa memangnya, orang yang sampai menangis gara-gara tak tahan berada di tengah hutan begitu? Siapa memangnya, orang yang tidak sudi tidur bersama dengan orang asing yg jorok itu? Siapa memangnya..."

"Oke, oke, oke itu aku semuanya!" sela Cristine dengan tampang marah pada Selena, "Lagipula klub apa sih yang mengharuskan anggotanya untuk ikut bermain lumpur seperti itu. Tidak ada kerjaan sama sekali!"

"Ris... Masih mau bicara lagi atau tidak?!"

Selena sudah bersiap mengangkat tangannya udah memukul Cristine lagi sebelum gadis itu tiba-tiba berdiri menjauh dari tempat duduknya. "AKU KAN BICARA YANG SEBENARNYA SELENA!" kata Cristine berteriak keras yang membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak.

***

Don't forget support for this novel. Please vote, review and comment if you like this story. Thank you, guys.

avataravatar
Next chapter