webnovel

Chapter 35 (My Model)

Malam berikutnya Terlihat mobil berhenti di depan gerbang dan Roiyan keluar. Di sana sudah ada Tuan Ezekiel dan Clara yang menunggu.

"Kakak, kau yang akan mengendarai?" Clara menatap.

"Ya.... Ngomong ngomong, dimana Amai?" Roiyan melihat sekitar.

"Dia bilang, dia sedang bersiap siap" Balas Clara.

Lalu Roiyan terkejut melihat di belakang Tuan Ezekiel dan Clara, Neko berjalan keluar dari rumah dengan gaun ketat yang cantik berwarna merah.

Mereka ikut menoleh dan tentunya sangatlah terkejut. "Apa itu Amai?" Mereka masih tak percaya.

Rambut Neko terurai sangat panjang dan bergelombang, sangat cantik dengan wajahnya tapi sayang nya, dia memakai kontak lensa hitam dan tidak menunjukan mata merah nya.

Tapi di saat itu juga, ada mobil lain datang, mobil itu berhenti di belakang mobil Roiyan tadi.

Lalu keluar Kim dari bangku supir. Ia berjalan mendekat dengan senyuman kecil pada mereka.

Di saat itu, Neko sudah sampai mendekat ke mereka.

"Amai, kamu benar benar akan ikut kami bukan untuk pergi ke acara nya?" Tuan Ezekiel menatap.

"Ya, karena Tuan Besar sudah meminta" Neko membalas, tapi mereka terdiam ketika Neko memegang tangan Kim yang terulur untuk nya tadi.

"Amai, kau akan berangkat bersama kami kan?" Riyan menatap.

Neko terdiam sebentar, lalu ia dan Kim saling memandang. Hingga Kim yang berbicara. "Mohon maafkan aku, dia ingin bersama ku" Kata Kim. Kalimat nya seperti menggambarkan bahwa dia adalah seorang kakak untuk Neko.

". . . Tapi, untuk apa memakai dua mobil, kita bisa pergi bersama" Roiyan menatap, ia mengulur tangan ke Neko yang terdiam. "Amai, bangku nya masih ada"

". . . Maafkan aku, jika aku ikut kalian, aku tak ada waktu dengan nya" Neko mendekat erat lengan Kim membuat mereka semua terkejut. Lalu ia pergi di antar Kim.

Di jalan, Neko duduk di bangku dekat supir dan Kim yang mengemudi.

"Itu tadi.... Jangan bicara apapun pada siapapun" Neko menatap dingin, sudah di duga dari awal dia hanya pura pura.

"Ya, aku mengerti Nona Akai, tapi sikap mu tadi benar benar aku sukai... Meskipun itu hanya pura pura" Balas Kim.

"Cih... Aku harap aku cepat pergi dari mereka" Neko berguman kesal sendiri.

Sesampainya di tempat, mereka memarkirkan mobil secara bersamaan.

Lalu mereka turun dari mobil, Roiyan sendiri yang mengendarai mobilnya.

Kim membuka pintu untuk Neko. Saat itu juga Tuan Ezekiel berjalan kearahnya dan berkata sesuatu.

"Jangan ikut kami kedalam"

Mendengar itu, Kim terdiam.

"Ada apa?" Neko menatap.

"E.. Nona, sepertinya Aku tidak di izinkan masuk" Kim berbisik.

"Kalau begitu tetaplah disini, Cheong masih belum Aku temukan jadi jika kau melihatnya kemari hubungi Aku" Kata Neko. Lalu Kim mengangguk.

"Candy, ayo masuk" Roiyan mengulur tangan.

". . . Maafkan aku, aku bisa berjalan sendiri"

"Ini tak apa, kita harus bersama masuk nya" Tambah Roiyan, lalu Neko terpaksa menerima tangan nya. Semua orang yang ada di kapal pesiar tersebut memandangi keluarga itu.

"Hei apa itu tunangan Tuan Roiyan, benar benar sangat manis—kulitnya putih. Mungkin itu benar—beruntung sekali menikah dengan Tuan Roiyan" Mereka mulai bergosip.

Neko yang mendengar itu menjadi kesal menekan giginya. "(Sialan... Aku akan membunuh mereka... Aku tak mau di kenal dengan gosip yang seperti itu)" Lalu Neko melepas tangan Roiyan.

"Ada apa candy?" Roiyan menatap bingung.

"Mereka menatap kita, Aku tidak mau jadi bahan tontonan"

"Kenapa? Mereka itu mengagumi kita, dan menganggap kita sepasang kekasih" Roiyan mendekatkan wajahnya.

Neko mencoba mundur menghindar.

"Candy, sampai kapan kau akan menghindari ini, bersama ku apa salah nya, kita bisa menikah dan menjadi sepasang kekasih yang bahagia bukan... Dengan begitu kita bisa menyelesaikan masalah kita masing masing" Tatap Roiyan, dia semakin dekat, apalagi Roiyan melakukan nya di depan orang orang seperti itu.

"(Sialan.... Aku tak mau menolak nya dengan kasar, semua orang pasti akan bergosip)" Neko tak tahu harus apa, tapi Dibalik itu, Neko tak sengaja melihat dari luar kapal ada Cheong menatapnya dan tersenyum licik.

Tepatnya di pagar kapal itu, karena Roiyan dan Neko ada di dalam. Cheong sedang berdiri menatap nya dari sela lubang jendela di kapal itu.

"[Cheong]" Neko terkejut. "Aku.. Harus kekamar mandi" Ia menatap, hal itu tentunya membuat Roiyan berhenti mendekat.

"Aku akan mengantarmu..." Kata Roiyan.

"Tidak bisa, katakan pada Tuan Besar Aku akan menyusul" Neko berlari meninggalkannya membuat Roiyan terdiam.

Neko berlari ke pagar kapal dan menghubungi Kim. Kim menerima telepon itu.

Sambil menunggu panggilan terhubung, Neko melihat sekitar mencoba mencari Cheong, di sana juga tidak ada orang, siapa yang mau di luar sana yang begitu dingin.

Hingga panggilan itu terhubung. "Nona Akai? Apa ada sesuatu?"

"Kemarilah sekarang, Aku melihat Che..amh" Neko belum selesai bicara ia sudah di sekap oleh seseorang dari belakang dengan tangan besar nya dan hanya terlihat memakai sarung tangan hitam.

Kim yang mendengar itu menjadi bingung karena suaranya tidak ada.

"[Apa yang terjadi..] Nona Akai, apa Kau memintaku kesana..." Ia berbicara namun tak ada suara karena ponsel Neko jatuh ke laut.

Sepertinya orang yang menahan Neko tadi membuang ponsel nya apalagi Kim belum dengar dan tidak jelas dengan perkataan Neko tadi.

Karena merasa aneh, Kim menjadi masuk kekapal.

--

"Emng...Hah" Neko terpojok di ruangan kamar oleh Cheong sendiri. Rupanya itu Cheong, dia benar benar menangkap Neko kali ini.

Cheong memojok Neko dengan menutup mulut Neko, lalu menekan lehernya membuat Neko benar benar tak bisa kemana mana.

"(Sialan.... Dia benar benar menangkap ku, harus nya aku tahu dia ada di sini) Kau sialan!" Neko menatap kesal.

Cheong hanya tersenyum kecil, tapi tatapan nya tetap menunjukkan bahwa ia juga kesal akan Neko.

"Kenapa? Kau pikir aku tidak bisa masuk ke pertemuan ini, apa kau tahu inti dari pertemuan ini. Pertemuan ini bukan sekedar pertemuan antara pebisnis biasa... Apakah kau tidak mengerti soal hal ini" Cheong menatap dekat.

"Apa maksud mu itu...." Neko melirik kesal.

"Mereka melakukan pertemuan ini hanya untuk menutupi perlakuan mereka. Dua orang pihak direktur sedang melakukan bisnis ilegal dan pastinya mereka melakukan nya dengan kodak menghadiri pertemuan ini" Kata Cheong.

Tapi Neko hanya terdiam. "Salah satunya yang ingin tidak aku tahu adalah kau kemari!" Tatap nya.

"Kita bertemu lagi huh, Kau mulai memakai pakaian yang manis, seharusnya Aku memotretmu dan menunjukan semua ini pada orang orang, mereka pasti akan menertawaimu. Seorang gadis harimau ini telah menjadi betina yang begitu menarik...." Cheong memegang pinggang Neko.

Di saat itu Neko terkejut dan meremas tangan Cheong dengan kukunya, tangan Cheong itu sedang mencekik nya memojok di tembok.

Cheong merasakan kuku Neko benar benar meremas tajam membuat nya terluka di tangan nya.

"Kenapa harus gemetar begini? Bukankah kau sudah di sentuh oleh orang lain... Dia berani melihat tubuh telanjang mu yang bahkan belum pernah aku lihat" Cheong menatap begitu tajam.

Sepertinya dia membicarakan Matthew.

"Jika bukan karena sebuah darah yang membuat ku harus dan menuruti sesuatu, aku tak akan seperti itu.... Ini hanya soal memperlihatkan tubuh ku sebagai model, aku tak melakukan hal yang lain nya" Neko menatap.

"Benarkah begitu? Kau yakin kau tidak melakukan lebih? Dan kau bilang model? Kau sudah cukup menjadi model untuk ku, aku memberikan mu apapun dan menjadikan mu sebagai model yang bagus, tapi kenapa kau malah memberikan lebih pada lelaki yang sama sekali tidak penting dia siapa"

"Matthew... Matthew sangat penting! Dia adalah seorang putra kedua dari yakuza Jyoun!"

"Jyoun? Kupikir itu sudah hilang dari distrik, bagaimanapun juga, marga itu tak akan pernah kembali lagi ke distrik... Mana balas budi mu yang telah aku berikan kehidupan padamu, aku membuat mu suka padaku, dan aku menganggap mu begitu dekat" Cheong menatap.

". . . Kau meminta ku untuk apa? Aku sudah cukup menjadi di pihak mu, dan ini belum ada kata cukup untuk aku menjadi musuh mu"

". . . Kau memilih orang yang salah, aku hanya ingin kau di berikan sesuatu yang membuat mu merasa lebih baik, menjadi milik lelaki yang kau sebut bermarga itu, dia tidak baik untuk mu" Cheong menatap. Kini Neko menatap sebuah ke khawatiran pada diri Cheong membuat Neko sendiri terdiam.

". . . Jangan mengatur lagi, aku sudah tidak bersama mu, dan soal balas budi itu, aku akan melakukannya tanpa kamu harus mengganggu ku" Kata Neko sambil membuang wajah.

". . . Aku tidak mau membahas itu, Ngomong omong soal buku itu bisa kau berikan padaku?" Cheong mendekat.

"Tidak untuk pria sepertimu Cheong, Aku sudah membuangnya" Neko langsung membalas nya dengan sangat berani.

"Hm...Hm buku itu berisi kata kata titisan kau mengerti itu dan yang bisa membukanya hanya seseorang yaitu Kau" Kata Cheong sambil menunjukan buku titisan yang rupanya dibawa oleh Dia.

"Ba-bagaimana bisa!?" Neko terkejut.

"Aku masuk ke ruanganmu saat kalian semua pergi, sepertinya buku ini terkunci, bisa Kau berikan darahmu itu hm.." Cheong menatap sangat dekat.

"Kau...!!" Neko menatap kesal.

"Terkejut sekarang, ini harus nya membuat mu sadar bahwa kapan pun, dimanapun, aku selalu mengetahui keberadaan mu, aku selalu mengetahui dengan siapa kamu, dan apa yang kau punya dan kau simpan dimanapun. Kau tetap tidak akan bisa lari dari ku sebelum kau benar benar menemukan seseorang yang cocok untuk menyelematkan mu"

"Aku tak butuh di selamatkan..."

"Kau mungkin berpikir aku yang menyelamatkan mu, tapi di sini, aku yang menjadi penjahat dan pahlawan yang sesungguhnya ada pada orang pertama yang membuat mu begini"

". . . Apa maksud mu?"

"Sebelum kau bertemu Direktur Ezekiel, kau mungkin melihat seseorang untuk pertama kalinya, orang itu yang membuat mu harus pergi menjadi gelandangan dan di temukan oleh direktur Ezekiel"