webnovel

Chapter 34 (My Model)

Malamnya itu setelah dari rumah Ariana, Neko pulang membuka pintu, mendadak Ia berhenti masuk karena melihat Roiyan yang ada di dapur.

"Oh, Candy, selamat datang. Dari mana kamu sendirian? Aku mencari mu kemana mana tadi" Roiyan menatap.

". . . Aku dari bertemu seseorang"

"Dengan siapa? Siapa yang mengantar mu?"

"Tuan Kim"

"Ah...." Roiyan langsung melirik ke arah lain, dia seperti benar benar kesal jika Neko menggunakan kedok Kim sebagai orang terdekat nya. "Oh iya Aku baru saja membuatkanmu pancake, apa Kau Mau?" Roiyan mendekat, di meja bahkan sudah ada pancake di meja dapur.

"Tidak, maafkan Aku" Neko membalas dengan menolak nya sambil berjalan melewatinya. Tapi Roiyan menahan tanganya.

"Aku membuatkanmu pancake, mari makan" Kata Roiyan yang langsung menarik Neko. Neko terkejut karena dia juga merasakan lukanya.

"(Sialan.... Tadi saja tidak sakit...)" Sepertinya luka di bagian perut nya itu karena pertarungan dengan tentara bayaran di lorong bawah tanah tempat buku tetesan itu.

Tapi Neko mencoba menahanya dan menyembunyikanya karena Roiyan tidak tahu soal luka itu.

"Baiklah ini Dia, nikmati bersamaku" Roiyan duduk disampingnnya. Neko menatap pancake itu. Mereka duduk di kursi meja makan.

"[Tangan ku pegal, ini sungguh keterlaluan, karena banyak menggunakan tangan ku... Untung nya luka gigitan anjing itu telah hilang...]"

"Ada apa Candy, apa Kau mau Aku suapi" Roiyan memotong pancake itu dan memberikanya pada Neko. "Bilang ahh Candy"

"Itu terlalu besar, itu tidak muat di mulutku" Neko menatap.

"Muat kok, Ayo ah..." Roiyan mengarahkanya lalu Neko membuka mulutnya dan memakanya.

Roiyan terkejut ketika pipi Neko membesar karena makanannya terlalu besar didalam mulutnya.

"Sangat imut.." Roiyan langsung memotretnya membuat Neko terkejut.

"Hei, apa yang Kau lakukan!" Ia menatap kesal.

"Ehehe, Aku hanya mengenang ini Candy manis" Roiyan membalas. Lalu Neko menjadi terdiam membuang muka.

"(Ini bukan waktunya menikmati ini, setelah ini semua, aku harus tetap membaca buku itu...)"

Setelah itu semua habis, Neko menghela napas panjang.

"Wah wah, kau benar benar menghabiskan Pancake nya, terima kasih telah memakan nya, aku senang kamu suka" Kata Roiyan yang menatap nyaman.

Tapi Neko hanya membalas dingin.

"Oh iya, ini pertama kalinya... Aku melihat mata merah mu"

"(Huh?)" Neko terkejut melebarkan matanya.

"(Apa?! Apa aku tidak menggunakan kontak lensa... Ini sialan...) Yeah... Ini mata ku, apakah aku terlihat mengerikan sekarang, kamu boleh memanggil ku begitu"

"Oh Candy, siapa yang bilang kau mengerikan, kau sungguh manis dengan mata cantik mu, aku melihat nya berwarna merah seperti kristal.... Kenapa kau bisa memiliki mata secantik itu..." Roiyan mengangkat tangan nya dan menyilakkan rambut Neko yang menutupi mata sebelah Neko, ketika sudah tersilakkan, tampak wajah Neko benar benar menawan membuat Roiyan menggigit bibirnya sendiri.

"Candy... Kau benar benar cantik..." Roiyan menatap, ia lalu perlahan mendekat akan mencium bibir Neko. Tapi siapa sangka, Neko Menghindari nya dengan memalingkan wajahnya membuat suasana diam.

"Maaf" Neko menatap dingin.

". . ." Roiyan terdiam, dia lalu menurunkan senyum nya dan melepas Neko. "Tidak, aku yang harus nya minta maaf" Tambah nya.

"Yeah...." Neko hanya membalas itu lalu ia turun dari kursi dan berjalan pergi dari sana membuat Roiyan masih terdiam. Ciuman nya telah tertolak begitu saja.

Neko masuk ke dalam kamar nya, dia lalu menghela napas panjang, ia melepas mantel nya dan meletakan nya di gantungan pintu.

Ia hanya memakai celana panjang dan kemeja putih lengan panjang nya.

Lalu ia berjalan ke ranjang dan berlutut, dia mengambil sesuatu dari bawah ranjang dan rupanya kotak kecil putih yang tadi di tunjukan Kim padanya.

Dia masih duduk di bawah lalu membuka kotak itu dan kantung darah itu masih di sana.

Ia menatap kantung darah itu yang masih awet awet saja. "Ha.... Setelah aku meminum nya, aku akan mengetahui siapa pendonor itu... Aku bahkan masih bertanya tanya, satu kantung darah mengandung 500 ml darah dan ini sangat banyak... Aku saja tidak akan meminum sebanyak seperempat nya... " Gumam nya, ia lalu menggeleng.

"Tak peduli, aku hanya ingin darah" Ia membuka mulutnya dan memakan di bagian kantung itu, seketika dua taring nya itu menusuk membuat lubang, dia bisa meminum nya.

Tapi ia terkejut dengan mata terbuka lebar, ia melepas gigitan nya dan seketika darah nya mengalir dari bibirnya secara sedikit.

"Ini..." Ia berwajah tak percaya. Lalu ia mengucapkan. "Matthew...." Dia akhirnya mengerti bahwa itu adalah darah milik Matthew. Tapi bagaimana bisa darah Matthew sampai di sana.

Tiba tiba saja mata Neko berkaca, ia seperti akan menangis, tidak mungkin kan dia mau menangis.

Dia lalu menggeleng dan kembali menggigit kantung itu. "(Sialan kamu Matthew, kau telah membuat ku sakit.... Ini sangat aneh, ketika memakan darah ini... Rasanya memang beda dan aku bisa mengenalinya, kenapa kau tak pernah memberi tahu ku...)"

Tak lama kemudian, Neko mengusap bibirnya dari darah, tak di sangka sangka, dia menghabiskan kantung darah itu. Benar benar sulit di percaya, padahal 500 ml itu tidak sedikit.

"Ha.... Ini membuat ku mengingat nya..." Ia berdiri menatap langit langit, sepertinya dia memang merindukan Matthew.

Lalu mengambil ponsel nya yang ada di meja. Dia menatap kontak Matthew.

"Apakah aku harus yang menghubunginya?" Ia terdiam, lalu menghela napas lagi dan menghubungi Matthew.

Tapi Matthew tidak mengangkat nya membuat nya bingung, ia bahkan menghubunginya lagi dan lagi tapi tetap saja.

"Ha.... Sialan.." Ia kesal sendiri dan meletakan ponsel nya.

Ia melepas celana panjang nya dan melempar nya di kursi. Sekarang ia hanya memakai kemeja putih nya lalu langsung terbaring di ranjang.

Tapi ia membuka matanya terus. "(Kenapa dia tidak mengangkat panggilan ku? Apa yang sebenar nya dia lakukan?)" Ia masih memikirkan hal itu.

Lalu mendadak, ponsel nya berbunyi, ia langsung bangun duduk dan mengambilnya karena pastinya dia mengira itu adalah Matthew.

Itu yang ada di sana hanya ada nomor saja. Ia bingung lalu mengangkat nya asal saja.

"Neko...." Panggil suara itu yang rupanya suara Zuo membuat Neko semakin bingung dengan mengangkat alis nya satu.

"Hei, kau bisa menjawab nya atau kurang mendengar?" Zuo kembali bicara. Dia saat ini ada di balkon atap gedung sambil merokok, berdiri di ujung atap gedung melihat pemandangan kota yang sangat malam.

"Yeah, aku mendengar mu, ada apa?" Neko bertanya, ia duduk di samping ranjang, ia menatap paha nya sendiri yang telanjang karena dia tidak memakai celana.

"Apa kau benar benar tak ingin tahu soal ayah mu?"

". . . Aku mengutamakan masalah yang telah aku terima duluan, ketika masalah ini selesai, aku bisa menangani yang lain"

"Tapi masalah mu sudah selesai, kau sudah dapat buku itu, apa jangan jangan kau belum membaca nya?"

". . . Aku memang belum membaca nya, aku menunggu situasi aman karena bisa saja Cheong mengambilnya..." Kata Neko.

"Oh begitu... Aku sebenarnya menghubungi mu karena ingin memberitahu bahwa, Ariana telah mengadu pada Cheong dan seperti nya sekarang Cheong akan mencari mu tak peduli kau kemana"

"Aku juga tak akan peduli dia mencari ku sampai mana...." Balas Neko langsung.

"Lalu apa kau sudah tahu Tuan Ezekiel bekerja sama dengan Direktur Cheong?" Tanya Zuo.

"Hmp, bagaimana bisa Tuan Ezekiel melakukan kerja sama dengan Direktur gelap yang tak akan pernah melakukan bisnis legal dalam hidup nya"

"Itu memang benar tapi, Direktur Cheong memang sudah banyak membangun kerja sama dengan semua Direktur, termasuk legal maupun ilegal jadi jangan heran jika dia nanti membag sudah terbiasa bekerja sama dengan Tuan Ezekiel, apalagi mereka akan menjadi akrab..." Kata Zuo membuat Neko terdiam dan menghela napas panjang.

"(Aku tidak mengerti apa rencana Cheong ke depan nya....)"

Tapi di sisi lain, Tuan Ezekiel berjalan di sebuah lorong di salah satu gedung di Seoul.

Ia berjalan dengan pengawal nya satu yang mengikutinya, lalu ia berhenti di depan pintu yang bertulis kan kantor Direktur.

Ia lalu mengetuk pintunya dan masuk, sementara pengawal nya itu ada di depan pintu menunggunya dan menjaga sekitar agar tak ada yang mengganggu.

Direktur Ezekiel berhenti berjalan ketika sudah sampai di dalam. "Direktur Cheong" Tatap nya.

Rupanya itu kantor milik Cheong, Cheong sedang berdiri membaca kertas sambil bersender di mejanya, lalu menoleh ketika mengetahui itu Tuan Ezekiel. Dia meletakan kertas itu dan melangkah mendekat.

Mereka melakukan jabat tangan bersama dengan Cheong yang mengatakan sesuatu. "Lama tidak bertemu, Direktur Ezekiel"

"Yeah, terkahir kali kita bertemu, kita hanya membahas bisnis kerja sama bersama" Tambah Tuan Ezekiel.

Tak lama kemudian, mereka terlihat duduk di sofa dan masih ada di kantor Cheong.

"Apakah kau ingin melakukan kerja sama lagi Direktur Cheong?" Tuan Ezekiel menatap.

Cheong terdiam dengan tatapan tipis nya lalu membalas. "Tidak, tapi jika anda ingin melakukan nya, aku hanya akan terserah saja dan menuruti nya, bisnis tetap akan berjalan dengan normal meskipun ini semua hanya harus di turuti"

"Haha, itu benar sekali, bisnis seperti ini juga pastinya harus di nikmati" Tambah Tuan Ezekiel. Sepertinya mereka benar benar dekat, mungkin karena mereka memiliki hubungan sesama kerja sama antara Direktur.

Tapi Direktur Cheong terdiam menatap bawah, ia sepertinya memikirkan sesuatu, yang rupanya adalah Neko.

". . . Pertemuan malam nanti... Aku juga akan menghadiri nya, dengan siapa anda nanti hadir di pertemuan itu?" Cheong menatap.

"Ah, aku akan datang bersama putra ku Roiyan dan Putri ku Clara, dan juga, gadis yang dulunya pernah aku rawat sebagai putri ku sendiri. Amai" Kata Tuan Ezekiel, di saat itu juga Cheong tersenyum kecil.

"Apa Direktur Cheong akan hadir juga? Dengan siapa?" Tuan Ezekiel menatap.

"Ah, aku hanya akan datang sendiri, tentunya aku tidak akan diam di sana, aku akan menemui seseorang, mengajak nya bicara dan kita bisa dekat bersama" Cheong membalas dengan senyum nya.