webnovel

Devil into Angel

Jovanka Alexandra, seorang gadis yang beranjak dewasa tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi fakultas hukum menjalani hidupnya yang penuh dengan ke normalan dan penuh kebahagiaan. Memiliki paras cantik dan kepribadian yang sangat riang namun pemalas tapi tetap disukai oleh banyak orang. Akan tetapi, semua hal-hal indah dan penuh kebahagiaan dalam hidupnya mendadak harus lenyap karena Jovanka mengalami suatu kejadian buruk yang menimpa dirinya. Dan sejak saat itu, kehidupan Jovanka berubah hanya dalam waktu sekejap. (Terdapat unsur-unsur kalimat 18+) [HIATUS]

Wassap29 · Fantasy
Not enough ratings
11 Chs

His Anger (2)

Sepasang sahabat yang sedang menggerakan tubuhnya dengan lihai dan lincah di atas lantai dansa membuat mereka berdua seakan lupa sedang berada di mana.

Tidak memperdulikan sekitar yang sedang berbisik tentang mereka karena bertingkah seenaknya menurut mereka di pesta orang. Tapi masa bodoh dengan itu, Jovanka dan Hans hanya ingin bersenang-senang.

Bahkan Jovanka sampai menghiraukan sapaan dari yang lain, sementara Hans sudah melupakan kekesalannya tentang pemilik pesta dan orang-orang yang datang ke pesta ini.

"Jo, ga cape?" Tanya Hans dengan suara yang cukup keras meskipun mulutnya sudah dekat dengan telinga Jovanka.

Perempuan itu menjawab dengan menggelengkan kepala sambil tersenyum, dirinya terlalu nyaman untuk berjoget riang menikmati alunan musik yang sangat tidak ramah untuk kaum lansia. Kalau ayah Jovanka bilangnya itu "musik berisik"

Hans tersenyum melihat Jovanka yang menikmati momen-momen dirinya saat ini, jarang-jarang Hans bisa merasakan hal seperti ini. Karena ya Jovanka terlalu sibuk mengurusi urusan orang lain- well, lebih tepatnya orang lain yang sengaja menyeret Jovanka untuk selalu ikut campur hanya untuk mendapatkan perhatian gadis itu.

"Jo, gue ke toilet duluya" saut Hans lagi.

"Kalo gue ga ada, gue balik ke bar ya" Hans hanya menganggukan kepalanya kemudian berlalu menuju toilet.

Selesainya Hans melakukan urusannya, dia langsung saja keluar dan menyusul Jovanka kembali. Hanya saja dirinya tiba-tiba di hadang oleh empat orang pria yang tentu saja Hans kenal baik siapa mereka, namun balik lagi… dia tidak menyukai mereka.

"Bisa permisi? Gue mau lewat" ucap Hans datar.

"Long time no see Hans, masih aja jadi kacungnya Jovanka?" Ujar salah satu pria itu sambil menatap Hans sinis diikuti dengan seringaiannya juga.

"Gue bukan kacung dia, gue cuman sahabat dia doang"

"Wey~ mau kemana lo? Santai dulu lah, ngobrol-ngobrol dulu kita" saut dari mereka lagi saat Hans hendak pergo namun mereka dengan sigap menahan Hans.

"Lo itu kenapa sih Hans? Se gasukanya banget sama kita, lo lupa kalau kita pernah temenan juga dulu?"

"Sebelum lo semua mau perkosa Jovanka" mereka langsung tertawa mendengar ucapan Hans, mereka sudah mengira kalau Hans akan mengucapkan kalimat barusan. "Ih, lo inget aja sih Hans.. memorable banget ya buat lo"

Hans tidak menjawab ucapan mereka, dirinya sebisa mungkin harus menahan amarahnya. Dia tidak mau membuat pesta orang kacau, bisa-bisa Hans semakin dibenci. Dan lagi Hans juga tidak mau membuat Jovanka malu karena ulahnya, alhasil Hans menahan amarahnya lewat kepalan tangannya yang sudah mengepal cukup kuat.

"Hans, kenapa diem aja? Ayo dong cerita, selama ini kita gapernah tau alesan lo ga suka kita sentuh-sentuh cewek lo itu"

"Dia bukan cewek gue, dia sahabat gue" bales Hans setenang mungkin.

"Dih, lo percaya kalau hubungan kalian itu bakal terus sahabatan? Atau jangan-jangan selama ini lo udah sering pegang-pegang dia lagi, makanya lo gamau jatah lo direbut orang lain. Sehari berapa ronde Hans?"

Sementara itu dilain sisi, Jovanka sudah kembali ke meja bar, dirinya kembali menegak minuman miliknya. Namun kali ini hanya segelas kola yang dia minum, karena Jovanka berjanji kepada ayahnya untuk tetap sadar sampai di rumah.

Selepas Jovanka menenggak minumannya, tiba-tiba saja ada salah satu dari sekian tamu yang diundang menghampiri dirinya. "Hai Jo!" Sapa Bella- salah satu teman sekelas Jovanka dan Hans yang bisa dibilang tidak memiliki perlakuan menyebalkan.

"Hai Bel, apa kabar?" Sapa Jovanka balik sembari mengajak Bella untuk berpelukan.

"Baik, lo sendiri gimana?"

"Baik ko, baik banget. Hans juga baik" bales Jovanka.

"Lo awet banget ya sama Hans, kirain gue hubungan kalian ga sedeket itu" ujar Bella seraya duduk di samping Jovanka.

"Hans tu segalanya buat gue Bel, lo tau itu. Dulu dia ngejagain gue banget kan.. jadi ya gue gamungkin lepasin orang kaya dia"

Bella tersenyum, tangannya terulur untuk mengambil gelas minuman yang baru saja datang untuknya.

"Iya sih, keliatan banget kalau kalian berdua saling membutuhkan. Gue seneng liat kalian, vibenya tu positif banget.."

"Tapi Jo…" lanjut Bella lagi, "kenapa?"

"Lo salah banget bawa Hans ke sini" sontak Jovanka menolehkan kepalanya menatap Bella. "Semua orang di sini benci banget sama Hans kalau lo lupa" Bella kembali berucap, Jovanka tersenyum tipis kemudian menganggukan kepalanya. "Gue tau itu, tapi gue juga pengen banget buktiin sama mereka semua kalau Hans tu ga seburuk yang mereka pikir. Gue ga ngerti, dari dulu Hans gasuka gue deket sama mereka. Begitupun sebaliknya, gue tanya alesannya cuman karena mereka manfaatin gue dan Hans yang terlalu overprotektif. Gajelas banget kan Bel?" Ujar Jovanka.

"Ya alesannya emang karena itu. Cuman karena itu, beruntung banget Hans bisa tahan emosinya. Gue tu daritadi perhatiin gerak gerik Hans, dia tu kayanya udah pengen nonjok orang aja kayanya.."

"Tapi masa sih Bel, cuman gara-gara itu?"

"Jo, buka mata lo. Hans over protektif sama lo itu gara-gara mereka semua, lo orang paling kaya seantero sekolah dulu. Lo bisa dapetin apapun yang lo mau dan mereka mau kecipratan dari lo. Se simpel itu Jo.. dan Hans gamau kalau lo dikelilingin orang yang toxic"

"Iya juga sih. Tapi anehnya-" ucapan Jovanka tiba-tiba saja terhenti, karena mendadak suasana jadi ramai. Bahkan musik pun jadi berhenti, setelahnya Jovanka dan Bella bisa mendengar dengan baik apa yang terjadi saat ini.

"MAJU LO SINI BANGSAT!"

Sadar siapa pemilik suara tersebut, Jovanka langsung saja beranjak dari duduknya disusul oleh Bella.

"HANS, STOP!"

Mereka berdua saat ink sama-sama diam di dalam mobil, tapi mobil Hans sudah tidak lagi terparkir di club. Melainkan di depan rumah Jovanka, sudah 15 menit setelah mereka berdua sampai. Tapi keduanya sama-sama tidak ada yang mau mengeluarkan sepatah kata, selama perjalanan pulang juga mereka diam.

Bukan, mereka bukan berantem. Tapi Jovanka hanya ingin memberikan waktu bagi Hans untuk meredakan emosinya setelah kejadian tadi di club.

Ya, Hans berkelahi dengan orang-orang yang hendak melakukan hal buruk kepada Jovanka dulu. Hans sudah tidak bisa lagi menahan emosinya karena ucapan mereka yang merendahkan Jovanka, alhasil satu pukulan melayang ke wajah mereka.

Tentu saja wajah Hans juga tidak baik-baik saja, ada beberapa luka lebam di wajah Hans akibat pukulan dari mereka. Beruntung keadaan tidak terlalu keos, setelah Jovanka menyuruh Hans berhenti pria itu langsung menurutinya.

Kemudian Grace datang dan tentu saja Grace menyalahkan Hans yang membuat pestanya jadi kacau, Grace bahkan mengatai Hans dengan kata-kata kasar. Selepas itu Jovanka langsung menarik Hans pergi dan pulang.

"Hans…" panggil Jovanka hati-hati, sementara itu Hans hanya menolehkan kepalanya menatap Jovanka.

"Diobatin dulu ya?" Hans menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. Tak lama setelahnya, Hans meraih tangan Jovanka lalu digenggamnya lembut oleh Hans, "maafin gue ya Jo, gue gabisa kontrol emosi gue. Maafin gue udah bikin malu lo" ucap Hans meminta maaf kepada Jovanka.

"Ngapain lo minta maaf? Itu bukan salah lo, justru gue makasih karena lo udah belain gue, ngejagain gue dan lindungin gue dari dulu sampe sekarang" balas Jovanka sambil tersenyum lembut.

Hans merentangkan kedua tangannya, tanpa berpikir lama Jovanka masuk ke dalam pelukan pria itu dan dibalasnya pelukan Hans erat.

"Gapapa lo marah Hans, lo boleh marah"