webnovel

Devil into Angel

Jovanka Alexandra, seorang gadis yang beranjak dewasa tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi fakultas hukum menjalani hidupnya yang penuh dengan ke normalan dan penuh kebahagiaan. Memiliki paras cantik dan kepribadian yang sangat riang namun pemalas tapi tetap disukai oleh banyak orang. Akan tetapi, semua hal-hal indah dan penuh kebahagiaan dalam hidupnya mendadak harus lenyap karena Jovanka mengalami suatu kejadian buruk yang menimpa dirinya. Dan sejak saat itu, kehidupan Jovanka berubah hanya dalam waktu sekejap. (Terdapat unsur-unsur kalimat 18+) [HIATUS]

Wassap29 · Fantasy
Not enough ratings
11 Chs

His Anger

Dentuman musik yang memenuhi seisi ruangan menyambut kedatangan Jovanka dan Hans. Keduanya memasuki club tersebut dengan langkah santai karena sudah sangat familiar dengan tempat seperti ini, selayaknya masuk ke dalam mall saja. Berlenggang tanpa perasaan risih atau takut, terutama Jovanka yang notabenenya adalah perempuan.

Begitupun juga dengan Hans, meskipun saat ini dirinya terasa bingung dan serba salah sendiri dibuatnya. Hanya saja bukan Hans namanya kalau tidak stay cool. Mungkin pemandangan yang mencolok adalah bagaimana Hans menggenggam tangan Jovanka, orang awam pasti akan merasa mereka adalah psangan romantis. Tetapi jika yang sudah mengenali mereka pasti akan tertawa, pasalnya genggaman tangan Hans cukup erat. Seakan enggan untuk melepaskan sedikitpun tangan gadis tersebut. Jangankan dilepas, longgar sedikit saja tidak.

Seperti yang dilakukan oleh Grace dan teman-temannya saat ini, Grace adalah si tokoh utama pada pesta saat ini. Dirinya dengan teman-temannya duduk di salah satu meja yang paling besar, dikelilingi oleh hadiah-hadiah yang banyak sekali dan tak lupa juga beberapa botol dan gelas yang berserakan di meja tersebut. Grace dan teman-temannya tertawa saat melihat kedatangan Jovanka dan Hans, bahkan mata Grace terus saja menatap ke arah tangan mereka berdua sembari menggelengkan kepalanya.

"Hai Jo! Seneng deh liat lo beneran dateng, Thanks banyak ya! By the way… Kayanya itu bodyguard lo posesif banget deh" Saut Grace diselipi tawa sinis yang tentu saja ditujukan kepada Hans.

Jovanka yang mendengar itu langsung tersenyum, dirinya melirik sejenak ke arah Hans lalu melepaskan genggaman tangan lelaki itu dan mendekat ke arah Grace. "Hai Grace, Ini hadiah buat lo, hopefully lo suka. Once again Happy Birthday!"ucap Jovanka, menghiraukan ucapan Grace barusan yang menyinggung soal Hans.

"Oh my god Jovanka! This is Luxury Brand dan ini favorit gue, thank you so much!" Balas Grace saat Jovanka menyerahkan hadiah untuknya. Mata Grace sangat berbinar saat menerima hadiah dari Jovanka, melihat itu Hans langsung mendelik malas.

"Sama-sama, justru gue yang makasih. Karena lo udah mau undang gue, bahkan sampe ngeluarin effort buat dateng ke rumah gue segala"

"Ya ampun Jo… it's ok! Kita kan bestfriend, jangan lupakan itu. Tapi…. Gue kayanya cuman undang lo aja deh, atau cowok yang disebelah lo ini beneran merangkap jadi bodyguard lo?" ucap Grace yang diakhiri dengan tawa meremehkan.

Lagi-lagi Jovanka tersenyum, "gue yang ajak. Soalnya ya ayah gue kan gapernah kasih gue izin kalo ga pergi sama Hans, gapapa kan? Kalau lo keberatan gue bisa balik. Seengganya gue udah kasih hadiahnya buat lo"

"Oh no no no! Lo gaboleh pulang Jovanka, kita tu udah lama banget ga ketemu. So ya, ga apa-apa kalau begitu. Enjoy the party Jovanka" Jovanka tersenyum sambil menganggukan kepalanya, lalu Jovanka berlalu sembari menarik tangan Hans menjauh dari mejanya Grace dan teman-temannya itu.

Jovanka mendudukan Hans lalu kedua tangannya ditaruh di bahu lelaki itu. Jovanka usap dengan lembut bahu Hans, guna meredakan emosi dari sahabatnya ini. "Udah turun emosinya?" Tanya Jovanka yang masih mengusap bahu Hans.

"Udah biasa ko gue, tenang aja." Bales Hans yang masih ketus, Jovanka tersenyum kemudian memanggil bartender untuk memesan minuman. Setelahnya Jovanka mengambil posisi duduk di sebelah Hans, "thanks ya… makasih lo udah mau tahan emosi lo barusan. Kayanya lo harus gue kasih reward deh"

Hans menatap Jovanka lurus, kemudian dirinya terkekeh mendengar ucapan Jovanka barusan. "Kaya apaan aja dikasih reward"

"Ya abisannya kalau lo ketemu mereka pasti emosi lo selalu meledak-ledak" bales Jovanka diikuti dengan senyuman tipis.

Grace dengan Hans memang bukanlah dua insan yang memiliki hubungan baik. Mereka berdua bahkan lebih dari musuh bebuyutan, mereka berdua selalu saja merendahkan satu sama lainnya. Terlebih lagi Grace.

"gue bisa tahan karena suara musiknya bikin gue ke distrak, jadi gue ga denger-denger amat." Celetuk Hans, Jovanka langsung tertawa mendengar ucapannya Hans. Lagipula masuk di akal juga kalau Hans tidak mendengar dengan baik.

"Tapi Jo, gue beneran bingung sama lo. Lo apa ga sadar kalau dia ngundang lo cuman karena pengen dapet barang mahal? Dari dulu Jo dia kaya begitu, dan lo masih aja nge iyahin ajakan dia"

"Hans… gue terakhir ketemu dia aja waktu SMA, begitu masuk kuliah kan gue udah gapernah kontekan lagi sama dia. Gue sekarang mengiyahkan undangan dia karena emang dia tu effort banget, gue kan udah bilang sama lo barusan." Jovanka memang mengerti betul kalau ada sesuatu yang diinginkan Grace dari dia, tapi Jovanka tidak terlalu ambil pusing. Toh juga uang Jovanka banyak, tidak akan habis-habis. Kalau ayahnya tidak bangkrut.

"Yatapikan-"

"Hans, udahlah… lagipula itu cuman barang, gaada nilainya. Bisa rusak kapan aja, bukan berarti gue ngeremehin. Tapi ya emang gitu.. itu cuman barang, meskipun harganya mahal tetep aja itu cuman barang"

Hans menghela nafasnya panjang, kemudian dirinya menganggukan kepala. Dirinya juga tidak bisa terus ngotot seperti ini, kasian juga sama Jovanka yang tujuannya ingin bersenang-senang.

"Sorry ya.. gue ga maksud jadi trouble maker disini"

"Ga apa-apa, gue ngerti ko" Jovanka tersenyum sambil menepuk-nepuk pipi Hans pelan. Tak lama kemudian bartender barusan datang membawa minuman untuk Jovanka dan Hans.

"Hans…"

"Kenapa"

"Let's make a deal.."

"Apaan?"

"Ini terakhir kalinya gue berhubungan sama Grace, gue juga gamau ngeliat lo kaya gini. Gue nyesek banget tauga, kaya gue gabisa ngertiin lo. So… i promise, selanjutnya gaakan lagi say yes kalau dia ngajak gue atau ngundang gue atau apapun itu"

"Jo, gue gamau-"

"Ini gue yang mau. So… cheers?" Hans tersenyum lalu dirinya mengadukan gelas minuman miliknya dengan milik Jovanka, setelahnya mereka berdua menenggak minuman mereka sedikit- mengingat yang mereka minum bukanlah gelas sloki yang bisa one shot.

"Wanna dance my lady?"

"Jangan grepe gue ya om"

Sementara itu di sisi lain club, Grace menatap tajam ke arah Hans yang sedang berbincang dengan Jovanka. Dirinya merasa kesal dengan Hans karena terus saja menghalangi dirinya untuk dekat dengan Jovanka.

"Udahlah Grace. Lagipula lo udah dapet apa yang lo mau kan? Mau berharap Jovanka gabung sama kita? Susah banget, jangan harap" ucap salah satu temannya Grace.

"Hans emang sial, dia tu kenapasih selalu tau kalau gue tu pengen porotin temennya itu? Apa dia takut harta karunnya gue kures?" Keluh Grace

"Ngapain juga Hans ikut porotin Jovanka? Toh juga dia sama kaya" timpal teman Grace yang lainnya.

"Jadi menurut lo gue ga kaya?"

"Orang tua lo yang kaya, kalau lo emang kere"