webnovel

Bab 18 Bimbang!

Ayu menyenderkan tubuhnya ke kursi sambil melipatkan tangan di dada. Terlihat malas mendengar suara anak-anak yang sangat ribut dan heboh. Mentang-mentang belum ada guru yang masuk. Mereka asik membuat kegaduhan dan itu sangat mengganggu pendengaran Ayu.

Gadis itu lebih suka dengan suasana yang tenang, damai, dan tidak seheboh ini. Dia terus berdoa dalam hati meminta agar pak Edin guru matematika yang udah berumur setengah abad itu cepat datang. Supaya anak kelas XII-A berhenti melakukan kericuhan yang membuat kepala Ayu terasa mumet.

Berbeda dengan keempat sahabatnya yang lagi ngegosip. Ayu malah lagi diem aja kayak patung duduk. Dia emang kurang suka berkomunikasi terlalu banyak, itung-itung menghemat energi. Tau sendiri anak Introvert kalo udah ketemu manusia terasa terkuras semua energinya. Dan Ayu ingin cepat-cepat menghilang saja mendengar teriakkan dan suara kebisingan anak kelas.

Dino masuk kedalam kelas membawa tumpukan kertas putih. Dia memang tadi pergi ke ruang guru ingin menjemput pak Edin yang tak kunjung datang. Cowok itu senyum lebar sebentar menaruh kertas putih yang menjadi nilai ulangan matematika Minggu kemarin.

Dino menghadap ke semua anak kelas yang lagi menatapnya, heran. Habis dari tadi cowok itu senyum mulu. Dan itu membuat firasat Ayu tidak enak. Habisnya kek Dino tuh baru mendapatkan jutaan rejeki nomplok.

"Guys, hari ini pak Edin sakit dia gak masuk. Jadinya kelas kita FREE!!" Teriak Dino selaku ketua kelas.

"ALHAMDULILLAH!!!!" Teriak seisi kelas bahagia.

Ayu menutup wajah menggunakan kedua tangan, matilah riwayatnya. Dia akan menghabiskan waktu didalam kelas dengan anak-anak yang pasti kek kesurupan reog mendengar Pak Edin gak masuk. Bukannya Ayu seneng kayak anak kelas lainnya. Dia malah kek berasa tertekan oleh jam kos.

"Gila Lo semua pak Edin sakit! Kok bilang Alhamdulillah." Cekikikan Rara dengan teman-teman kelasnya yang kadangkala suka bertingkah sengklek.

"Iya gimana habis aki-aki itu rajin banget masuk. Mending tuh manusia purbakala gak galak pas ngajar." Sahut anak kelas.

"Kewalat Lo pada! Gitu-gitu juga guru kita." Timpal yang lainnya.

Tetap saja, sorakan demi sorakan terdengar dari setiap penjuru kelas XII-A. Kayak nonton pertandingan sepak bola. Tumben banget kelas unggulan bisa merasakan jam kos. Dan itu membuat semua anak kelas bahagia dunia akhirat. Karena jam kos adalah yang paling diinginkan setiap murid.

Setidaknya mereka bisa merasakan istirahat sejenak. Tidak terlalu memikirkan pelajaran yang ngebuat otak mubeng. Kelas XII-A emang akan jadi sangat diam dan disiplin jika ada guru. Tapi kalo udah gak ada guru jangan ditanya. Udah kayak kapal pecah.

Apalagi pak Edin adalah guru matematika yang sangat ditakuti oleh seantero sekolah. Karena kekejaman yang suka sekali ngasih soal kayak menjajah otak. Dan galaknya mengalahkan ombak samudra. Salah satu guru killer yang ditakuti anak-anak Nusa Bangsa.

"Wuahhhh anjiiir!!! Akhirnya jam kos juga setelah sekian abad menunggu!!" Teriak Reva heboh sambil pukulin meja.

"Iya, berasa mimpi atuh kelas kita gak ada guru gini!!" Cetus Alvi bahagia dia.

"Sinting deh kalian mulai." Cetus Agatha yang masih punya kewarasan sedikit.

"Huhuhuhu Nancy momoland kembaran gue!!!" Heboh Rara ikutan mukulin meja kayak Reva.

Ya Tuhan..... Pekik Ayu dalam hati. Kepalanya udah berasa pengen terbang dari sarangnya mendengar kegaduhan anak kelas.

"Sis, mau ikutan gak kutek kuku." Cetus Puja memperlihatkan benda kecil berwarna yang dia bawa.

Menghentikan aksi gendang-gendangan yang dilakukan Reva dan Rara. Spontan keempat manusia itu melihat Puja yang lagi senyum lebar sama mereka. Memperlihatkan kutek berwarna merah merona itu.

"Dimana-mana anak cowok itu pada maen bola bukan malah main kutek!" Ledek Rara.

Reva dan Alvi terkekeh. Lagian ada-ada aja Puja masa cowok pake segala kutek kuku.

"Dari pada situ, sukanya mainin cowok." Cibir Puja.

"Dari pada Lo cowok tapi kok doyan medi pedi."

"Dari pada Ara sukanya mainin perasaan orang!"

Agatha cuma bisa memutarkan bola mata malas. Malas bet rasanya melihat kedua manusia itu yang malah duel mulut. Dia memilih menelungkup kan wajahnya di lipatan tangan. Daripada mendengar keributan Puja sama Rara.

"Jir, mulai berani Lo sama gue yah sekarang bencong!" Kesal Rara bangun dari duduknya. Dia melangkah ke arah Puja.

"Ampun Ara, Puja yang manis minta maaf." Cetus Puja keburu lari kebelakang.

"Dasar cowok tulang lunak!"

Puja masa bodo mending dia fokus kutek kukunya daripada ladenin mulut nyinyir Rara. Cowok itu lagi gak mau berdebat. Puja memang cowok tapi tingkahnya lebih mirip kayak cewek. Itu kenapa dia sangat akrab sama gerombolan cewek most wanted sekolah. Terkadang Puja sering jadi bahan iri anak cowok. Karena Puja cowok paling dekat sama gerombolan Ayu.

Puja itu emang cowok cuma agak feminim aja tingkahnya. Nama asli dia juga Pujan Saputra di panggil Puja sama anak sekelas. Soalnya emang bagusan dipanggil Puja daripada Pujan. Puja itu teman sebangku Agatha. Sedangkan Reva dan Alvi duduk berduaan di kursi depan. Ayu dan Rara dijajaran kedua.

"Puja sayang, ini hasil ujian kamu." Ujar Dino menghampiri. Dia emang lagi keliling kelas memberikan kertas hasil ulangan.

"Taruh aja cintaku di atas meja." Sahut Puja di pojok sana sambil mengedipkan sebelah mata kepada Dino.

"Aku taruh sini yah, sayangku."

Dino menaruh lembaran kertas itu di atas meja Puja yang ada Rara lagi duduk. Dia juga membagikan lembaran kertas hasil ulangan cewek-cewek cantik itu satu persatu.

"Dinoyo, gue curiga Lo sama si Puja pacaran. Lo berdua gay ya?" Reva memicingkan mata menatap Dino penuh kecurigaan tingkat kabupaten.

"Habis gak ada cewek yang mau ama gue Rev, ya udah lah pedang sama pedang juga gapapa." Cetus Dino.

"Ihhh!!!" Alvi cekikikan mendengar rintihan hati ketua kelasnya.

"Tata kan ada dinosaurus! Kebetulan dia jomblo tuh kasihan ngenes bet idupnya."

Tok!!!

Dengan tega sekali Agatha menakol kepala Rara pake hape. Lagian pake segala jodohin dia sama Dino. Amit-amit deh Agatha mending dia jones daripada harus sama ketua kelas XII-A kayak Dino.

"Boleh sih kalo Tata mau. Iya kan tha?" Genit Dino pake senyum segala bikin Agatha bergidik jijik liatnya.

Agatha lebih baik mengacuhkan Dino dan tidak perduli sama cowok centil dan genit macem begitu. Dia emang jutek kalo sama orang yang gak deket.

"Lagian Aa Dino ganteng tau teh Tata." Cetus Alvi dari depan.

"Tuh denger tha! Lo jomblo gue jomblo cocok udah." Senyum Dino.

"Apa sih Lo!" Jutek Agatha sama Dino. Dia beralih melihat Alvi.

"Lo juga diem deh seleb gak laku." Cibir Agatha pada Alvi membuat seleb sosmed memanyunkan bibirnya ke depan.

"Tapi kalo Agatha gak mau sama Lo Dinosaurus, Ayu kan ada. Iya nggak Ay?" Rara mencolek Ayu yang duduk didepan. Soalnya dia lagi duduk di bangku Puja belakang Ayu.

"Eh jangan kalo Ayuy udah ada pawangnya sekarang. Si Doraemon nanti bisa gantung Si Dinoyo." Cengengesan Reva sambil godain sahabatnya yang datar pisan itu.

"Nah iya betul! Bisa-bisa nanti Aa Dino digergaji paru-parunya sama teteh Dara." Alvi ikutan gabung menggoda Ayu.

Sahabatnya pada cekikikan melihat muka tanpa ekspresi dari manusia kutub itu. Malahan dia lagi natap dingin kearah Reva dan Alvi yang duduk didepannya.

"Emang beneran kalo Dara suka sama Ayu?" Tanya Dino kepo. Soalnya dia masih gak percaya aja gituh. Masa cewek suka cewek?

"Bukannya selama ini Dara itu suka sama Aldi kan?" Ujar Dino lagi bertanya sama Ayu cs.

"Urusan buat Lo apa?" Dingin Ayu melihat Dino yang lagi berdiri disampingnya.

Glek!!

Dengan susah payah Dino menelan saliva melihat tatapan dingin dan datar milik gadis yang sudah di cap sebagai siswi terkaya disekolah. Buat Dino merinding sekujur tubuh pas di tatap oleh sultan Nusa Bangsa.

Dino cuma bisa geleng kepala sambil senyum. Setelah itu buru-buru pergi. Gak tau deh nyeremin aja diliatin Ayu.

"Jangan dingin banget jadi manusia nanti gak laku." Cetus Rara kepada Ayu.

"Tenang Dara tahan banting kok." Sahut Agatha kalo udah godain Ayu. Gak tau kenapa suka banget bawaannya.

"Mau diem nggak? Kalo gak mungkin kursi ini bisa buat kalian diem."

See?

Nona London kalo digodain pasti ketusnya bukan kepalang. Gak tau kenapa godain Ayu malah bikin mereka seneng aja bawaannya. Habis orang dingin, jutek, gak ada ekspresi alias kek triplek mukanya. Gemoy kalo di godain apalagi kalo dibikin darah tinggi.

"Eh Ayuy! Benar gak sih soal gosip katanya Lo ngata-ngatain Dara di koridor?" Tanya Reva penasaran sama gosip yang lagi menghebohkan Nusa Bangsa.

"Nah iya baru Mumun mau bilang itu! Teh Ayuy gak kasihan sama teh Dara? Katanya teh Dara hampir nangis gara-gara omongan teteh yang pedes bet mengalahkan cabe setan." Ucap Alvi melihat Ayu. Dia emang dari tadi duduk udah pindah posisi menghadap Ayu.

Begitupun sama Reva, ya kali mereka ngobrol tapi saling membelakangi.

"Emang kapan gosipnya?" Tanya Agatha yang gak tau apa-apa.

"Gue juga kagak denger." Sahut Rara.

"Lo pada gak liat akun gosip Nusa Bangsa? Udah pada rame. Manaan ya kanjeng ratu kita katanya habis ngebelain cewek culun yang dibully sama Sella in the lampir. Terus habis itu malah ngata-ngatain Dara." Ucap Reva.

"Kok gituh? Emangnya kenapa?" Penasaran Agatha yang emang dia gak terlalu ikutin akun gosip itu.

"Gak tau sih gue kan gak ada di TPU!" Kata Reva mengangkat kedua bahunya.

"Anying! TKP geblek!" Jengkel Rara.

"Eh beda?" Tanya Reva dengan muka ogebnya.

"Idih teh Rere kebanyakan makan racun tikus sih." Cengengesan Alvi.

Ayu cuman menatap datar sahabatnya yang lagi pada ngerumpi soal masalah dia dan Dara. Dia malah terlihat acuh dan masa bodo. Masih menyilangkan tangan di dada sambil menyenderkan tubuhnya ke kursi. Memperhatikan sahabatnya yang pagi ngegosip sampe ngebusa tuh mulut.

"Ayuy emang Lo ngomong apa sama Dara?" Tanya Rara dari belakang tapi di bodo amatin sama Ayu dan gak dijawab sama manusia dingin itu.

"Biasa paling dia mengeluarkan sumpah serapah yang bikin anak orang depresot." Cetus Reva yang emang udah tau bagaimana sosok sahabatnya kalo udah berucap pasti gak pake hati.

"Sampe mau nangis teh Dara gara-gara denger omongan teh Ayuy yang gak berperikemanusiaan!" Timpal Alvi.

"Lebay." Ayu memutarkan bola mata mendengar kealayan Alvi.

"Tapi Lo gak boleh gituh Ayuy! Astagfirullah kalo punya mulut jangan pedes-pedes napa mengalahkan Nikita Mirzani nanti Lo." Cetus Rara.

"Dan satu lagi! Jangan terlalu benci sama Dara nanti aja suka baru tau rasa." Celetuk Agatha.

"Lo gak kasian apa sama Dara? Dia udah tersakiti sama Aldi masa Lo mau nyakitin dia lagi." Ucap Reva sama Ayu yang dari tadi kayak patung duduk, diem wae.

"Sumpah telinga gue pengeng banget dengerin Lo pada ngomongin tuh bocil." Kesal Ayu memutarkan bola matanya malas.

"Yakin? Nanti kalo Dara diambil orang Lo nangis lagi." Celetuk Rara.

"Gak ada sejarahnya di hidup gue nangis gara-gara cinta." Cetus Ayu males banget dia rasanya dengerin sahabatnya yang membahas tentang Dara.

"Tapi kalo dilihat-lihat Dara serius sih kayaknya sama Lo, Ay." Ucap Agatha ngeliat banget dari tatapan Dara yang begitu memuja Ayu.

"Gak perduli!"

"Cius?" Goda Reva membuat Ayu muak.

"Teh...."

"Muminah! Sebelum kesabaran gue habis mending tutup mulut Lo." Dingin Ayu.

Alvi yang barusan mau ngomong langsung kicep alias mingkem. Gak jadi ngomong pas melihat tatapan menusuk dari Nona Albert. Dan itu membuat sahabatnya cekikikan pas Alvi gak jadi mengeluarkan suara akibat melihat tatapan dingin nan datar dari Ayu.

Lagian Alvi tau Ayu lagi pusing mikirin perasaannya sendiri. Cinta itu memang terkadang membuat pusing sendiri dan malas banget Ayu memikirkan percintaan. Tapi kenapa pikiran dia terus saja tertuju kesana.... Ke hatinya. Sekarang Ayu sedang bimbang sendiri dengan perasaannya terhadap Dara yang akhir-akhir seringkali menghangat. Nyaman saat Dara memeluknya. Mulut dia selalu mengatakan tidak. Tapi seluruh tubuh Ayu malah tidak bisa menolak. Contohnya saja seperti di taman bermain waktu itu.

Mulutnya seringkali mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan Dara. Tapi tidak sama tubuhnya yang malah secara alamiah bergerak sendiri. Seperti mengiyakan dan tidak menolak. Ayu malah jadi mengingat kejadian pada saat itu. Malam bersama Dara saat mereka berdua jalan-jalan karena rules dari Dara. Tapi siapa sangka itu malah membuat Ayu semakin mengenal sosok Dara.

Kenapa Ayu jadi takut kehilangan Dara. Dia takut Dara akan pergi jauh dan meninggalkannya. Padahal mereka baru saja kenal. Ayu juga baru mengenal Dara. Tapi kenapa dia takut Dara pergi meninggalkannya.

Apa Ayu akan rela jika Dara pergi? Karena dia sudah mengusir Dara dari dalam hidupnya. Apa Dara akan pergi dan meninggalkan Ayu? Setelah kata-kata kasarnya kepada Dara saat pagi tadi. Itu sama saja menyuruh Dara untuk pergi selama-lamanya. Dan bagaimana pada saat Dara pergi Ayu malah merasa kehilangan.

Perasaan yang selama ini Ayu benci dan tidak akan pernah ada yang bisa mengusik apalagi mengetuk hatinya. Tapi kini seorang gadis childish mulai masuk dan mengusiknya. Dia mengambil hati Ayu tanpa Ayu inginkan kehadirannya. Dan sedikit demi sedikit bocil kekanakan itu mulai bersemayam kedalam hatinya. Ayu benci perasaan ini! Perasaan yang meruntuhkan tembok pertahanan dirinya untuk tidak mencintai Dara. Tapi nyatanya dia malah jatuh cinta kepada Dara si bocil yang paling amit-amit tingkah dan kelakuannya. Bikin kepala Ayu seringkali pusing tujuh keliling mendengar mulut cemprengnya. Tapi ada sikap Dara yang Ayu sukai.

Yaitu.....

Perhatiannya..... Keperduliannya.... Sosok yang selalu ada dan menghantui setiap harinya. Sebentar lagi pasti Ayu tidak akan merasakan kebisingan dan kebawelan Dara. Apalagi kecerewetannya yang bikin gendang telinga Ayu dangdutan asoy. Sikapnya yang gak pernah bisa diem. Ada aja kelakuan dan tingkah laku kekanakannya. Super aktif dan ekspresif. Selalu tersenyum kapan pun dan dimanapun. Sosok yang selalu bahagia dan memberikan vibes positif bagi semua orang. Itulah Pelangi Aldara Silvana.

Apa Ayu akan kehilangan Dara sosok yang selama ini selalu menguntit dan mengikutinya kemanapun. Sudah seperti hantu Dara memang selalu menghantui Ayu. Bahkan sekarang pun dia lancang sekali datang ke pikirannya. Menghantui Ayu lewat bayangan dan momen yang pernah mereka lakukan. Pertemuan di ruang musik. Tong sampah. Kotak bekal. Perkataan manis yang selalu Dara lontarkan. Isi suratnya. First date kemarin. Tatapan teduh dan sendunya. Pelukan yang menghangatkan. Suara cempreng dan kaleng rombengnya yang gak pernah bisa mingkem.

Ayu....

Jujur!

Takut Dara pergi dan meninggalkannya. Tidak akan ada orang yang mengganggunya lagi. Tidak akan ada si bocil Dora yang menghiasi hari-harinya. Mungkin Ayu terbiasa dengan kesendirian tapi setelah kehadiran Dara. Dia terbiasa akan kehadirannya. Sekarang baru dia sadari! Ternyata kehadiran Dara selain menjengkelkan adalah sebuah pelangi setelah badai yang melandanya. Hidup yang selalu datar dan abu-abu. Kini mulai berwarna dan dihiasi oleh senyuman Dara yang teramat menyebalkan. Mungkin menyebalkan tapi pasti Ayu akan merindukan senyuman yang baginya begitu menjijikkan.

Akan kah Ayu kehilangan itu semua? Kehilangan kesempatan kebahagiaan yang sudah Tuhan hadirkan dan kirimkan Dara kedalam kehidupannya yang kelabu. Ada sebuah perasaan jauh di lubuk hatinya Ayu tidak merelakan kepergian Dara. Ayu tidak ingin kehilangan Dara. Bisakah Tuhan memberikan kesempatan kedua baginya? Untuk kali ini dan saat ini Ayu akan menjaga pemberiannya. Tidak akan menyakiti dan mematahkan perasaan Dara lagi. Tapi dia akan mencoba menerima dan menjaga. Mengakui dengan sebenar-benarnya perasaan dia terhadap Dara.

Bahwa.....

Ayu mulai sedikit demi sedikit mencintai Dara. Padahal belum 3 bulan tapi Ayu sudah kalah oleh perjanjian mereka berdua. Baru hanya beberapa Minggu mengenal Dara. Dia sudah memiliki perasaan terhadap bocil itu.

Ayu memang terlalu pengecut untuk mengakui bahwa dia mulai takut kehilangan Dara. Dan hatinya mulai tersentuh oleh cinta yang Dara berikan untuknya. Tapi bagaimana dengan sang Mommy? Apa dia akan merelakan jika anaknya jatuh cinta dan mencintai sosok perempuan. Ayu tau pasti sang Mommy akan sangat kecewa sama persis seperti saat ibunya tau Ayu jatuh cinta kepada Bintang, adik sepupunya.

*Flashback on*

Ayu mengucek mata setelah bangun dari tidur lelapnya. Sebentar melihat jam weker yang ada diatas nakas. Ternyata ini masih jam 12 malam. Itu artinya dia tidur dari sore. Kemungkinan setelah mengurusi Bintang. Dia langsung tidur melihat gadis kecil itu yang juga terlelap tidur.

Ayu berjalan keluar kamar, dia ingin melihat adik sepupunya. Apa gadis itu tidur atau malahan terbangun. Karena setelah kejadian kematian kedua orang tuanya, Bintang seperti mayat. Tidak pernah melakukan apapun. Kegiatan yang super lincah dan aktifnya seketika hilang setelah kehilangan kedua orang yang sangat dicintai dan disayanginya. Bahkan tubuhnya sangat kurus akibat dirinya jarang makan. Harus banget kalo makan disuapin atau disuruh. Terkadang sama sekali dia gak makan. Ayu tau! Gak semudah itu untuk menerima kenyataan pahit yang telah menimpanya.

Ayu membuka pintu kamar dan tersenyum mendapati adiknya yang terlelap tidur. Dia berjalan masuk kedalam kamar Bintang, ingin minum. Tenggorokan dia terasa kering setelah cukup lama tidur. Sebenarnya fasilitas dia dikamar juga lengkap. Karena diberikan oleh sang kakek. Namun harus banget dia memastikan bahwa Bintang baik-baik saja. Barulah dia merasa tenang melihat adik sepupu yang sangat dia sayangi itu tidak melakukan apapun yang membahayakan nyawanya.

Karena pernah waktu itu Bintang mencoba bunuh diri. Bahkan Albeno menyuruh Bintang untuk sebentar dirawat di rumah sakit jiwa akibat kejadian kelam yang menimpanya. Bintang jadi depresi dan sering melakukan hal-hal buruk terhadap dirinya sendiri. Tentu Ayu tidak mengiyakan! Karena mana tega dia melihat Bintang yang dirawat di rumah sakit jiwa. Walaupun Ayu tau keadaan Bintang semakin memburuk akibat kejadian itu.

Ayu mengusap tirai rambut panjang hitam sambil mencium keningnya. Sayang banget Ayu sama Bintang. Rasa sayangnya kepada Bintang bukan hanya sekedar sebagai saudara sepupu tapi sebagai seseorang. Iya, seseorang spesial dan istimewa untuk dia. Ayu tidak ingin jika sampai Bintang kenapa-kenapa. Walaupun dia tidak sempat menolong Bintang dan malahan dia telat menolong. Tapi yang Ayu heran adalah kenapa Bintang tidak melawan? Padahal dia bisa beladiri. Atau mungkin karena dia terlalu syok akibat pembunuhan kedua orang tuanya didepan mata dia. Jadi Bintang gak punya kekuatan untuk melawan penjahat itu.

Apapun yang terjadi! Yang penting Bintangnya baik-baik saja. Siapa sangka ternyata Alice Elisa Albert jatuh cinta kepada adik sepupunya yang selama ini selalu dia jaga dan dia rawat. Perasaan yang selama ini mati-matian Ayu tolak dan lupakan. Nyatanya malah seperti Boomerang yang memerangi perasaannya. Ayu masih mengusap kepala Bintang menggunakan tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya memegang gelas.

"Maafin aku Bi, aku dengan sangat lancang jatuh cinta sama kamu." Lirih Ayu sambil menatap nanar kearah Bintang.

"Aku gak pernah tau kalo ini bakalan terjadi sama aku. Mencintai adik sepupunya sendiri. Yang sedarah, sekeluarga bahkan darah daging kita sama bukan? Dari keturunan Albert. Tapi lancang sekali kakak sepupu kamu ini mencintai kamu. Maafin aku, Bi. Aku bener-bener gak tau perasaan ini bakalan datang menghampiri aku. Tapi kamu tenang aja, aku gak bakalan minta kamu buat bertanggung jawab kok atas perasaan aku sama kamu. Malahan aku hanya ingin memastikan bahwa kamu bahagia dan baik-baik saja itu sudah lebih dari cukup buat aku. Sampai kamu menemukan sosok seseorang yang kamu cintai." Ucap Ayu tersenyum seolah-olah Bintang melihat dan mendengarnya.

Ayu ingin sekali saat suatu nanti Bintang menemukan seseorang yang dicintainya. Ayu ada di sisi Bintang dan mengantarkan Bintang ke pelaminan sebagai pengantar pengantin. Ayu terkekeh sepertinya itu terlalu jauh. Padahal mereka masih SMP dan Bintang adalah adik kelasnya. Jelas sebelum Bintang menikah pasti Ayu lebih dulu yang menikah.

"Apapun yang terjadi kedepannya, aku bakalan dengan setia mencintai dan menyayangi kamu, Bi. Aku janji! Aku bakalan terus menjaga perasaan ini untuk kamu. Karena kamu adalah cinta pertama dan akan selalu menetap di hati aku. Walaupun suatu saat nanti aku mencintai seseorang. Kamu tetap menjadi hal terindah dalam hati aku."

"Alice...."

Sontak Ayu menoleh kearah pintu dimana Mommynya sudah berdiri di ambang pintu yang gak dia tutup barusan. Astaga! Ayu langsung berdiri dan menatap pada Mommynya. Kenapa barusan Ayu gak tutup pintu. Matilah dia sekarang! Apa Mommy mendengar semuanya? Pikir Ayu.

Prang!

Ayu tanpa sengaja menjatuhkan gelas yang sedang dia pegang. Padahal dia belum meminumnya. Buru-buru saja Ayu ingin membereskan tapi langkah sang Mommy memasuki kamar membuat dia jadi serba salah. Ayu cuman bisa berdiri dan menatap Mommynya yang berjalan kearah dia yang entah mau bersikap kayak gimana. Ayu dibuat mati kutu sama tatapan Kandita yang begitu tajam menatapnya.

Bintang juga ikutan mengerjapkan mata mendengar suara pecahan gelas tersebut. Dia melihat kakak sepupunya dan tantenya yang sedang berdiri saling menatap satu sama lain. Saat Bintang akan bangun Kandita lebih dulu menghentikan. Dia duduk ditepi ranjang sambil mengelus tirai rambutnya.

"Tidur lagi aja, sayang. Mommy ada disini sama kamu."

Bintang tersenyum dan memeluk perut Kandita yang sudah seperti Mommy keduanya. Sedangkan Ayu lagi gemetaran menahan getaran tubuhnya. Takut jika sang Mommy mendengar semua yang dia bicarakan kepada Bintang. Kenapa Ayu lupa menutup pintu dan bodoh banget dia tuh. Ayu terus saja merutuki dirinya sendiri dalam hati.

Kandita terus saja mengelusi kepala Bintang agar tidur kembali. Setelah merasakan Bintang mulai tertidur dan mendengkur lembut. Kandita melihat anaknya yang sedang berdiri ditempatnya, sama sekali Ayu tidak bergeming. Sungguh dia ketakutan saat ini. Apalagi tatapan Mommynya begitu datar dan dingin menatapnya.

"Mommy ingin bicara sama kamu!" Ucap Kandita memindahkan terlebih dulu kepala Bintang diatas pangkuannya dengan hati-hati keatas bantal.

"Kita bicara di luar." Ujar Kandita setelah itu berjalan keluar.

Ayu menggigit bibir bawahnya, dia melihat Bintang yang kembali tertidur pulas. Apa ini akhir dimana rahasia Ayu yang terpendam selama ini tentang perasaannya kepada Bintang. Akan terbongkar? Ayu belum siap jika harus jauh apalagi sampai Mommynya menyuruh Ayu untuk berjaga jarak dari Bintang.

Ayu berjalan keluar kamar dengan perasaan was-was. Dia terus berdoa semoga aja ibunya tidak mendengar apapun yang dia katakan kepada Bintang. Sebelum menutup pintu kamar Ayu sebentar menghela nafas dan melihat Bintang yang sudah kembali ke alam mimpi.

Semoga ini bukan akhir dimana aku harus jauh dari kamu, Bi. Batin Ayu.

Ayu menutup pintu perlahan jangan sampai menimbulkan bunyi. Dia tidak ingin jika sampai Bintang kembali terbangun. Setelah menutup pintu matanya beralih melihat Mommynya yang sudah menatap datar. Detik itu Ayu langsung menundukkan kepala melihat tatapan datar dan dingin dari ibunya.

"Apa itu tadi Alice? Kamu jatuh cinta dengan sosok adik sepupu kamu sendiri?" Tanya Kandita membuat muka Ayu langsung pucat pasi mendengarnya.

"Mommy...."

"Mommy tidak ingin mendengarkan basa-basi dari kamu! Jelaskan sejelas-jelasnya jika memang itu benar kamu memiliki perasaan kepada Bintang. Sejak kapan Alice Elisa?" Dingin Kandita menginterogasi anaknya yang ternyata secara diam-diam dia menaruh hati pada sosok adik sepupunya.

"Baiklah, Alice jujur! Alice memang memiliki perasaan kepada Bintang. Alice jatuh cinta kepada Bintang. Entah sejak kapan rasa itu timbul Alice tidak tau dengan pastinya. Tapi yang pasti sekarang Alice mencintai Bintang."

"Apa kamu tidak memikirkan resiko nanti Alice?"

"Mommy, Alice memang mencintai Bintang! Tapi tidak ada niat sedikitpun untuk Alice semakin jauh dengan perasaan ini."

"Bohong! Mana mungkin seseorang yang mencintai tidak ingin memiliki orang yang dicintainya."

Ayu langsung terdiam dan tertegun mendengar perkataan Mommynya. Langsung tidak bisa berkata-kata lagi seorang Alice Elisa Albert. Benar! Memang benar apa yang dikatakan Mommynya. Mungkin untuk saat ini dia tidak ada sedikitpun rasa untuk memiliki Bintang. Tapi dia gak tau kalo semakin lama dan semakin mereka merambat dewasa. Apa Ayu akan bisa menahan perasaan cintanya kepada Bintang? Ayu tidak yakin bisa. Karena perasaan ini sangat memeranginya. Sekarang pun Ayu tidak bisa jauh-jauh dari Bintang. Dan tidak boleh ada orang yang mendekati Bintang selain dirinya. Terkadang dia suka cemburu kalo liat Bintang terlalu dekat sama Alika. Apa itu namanya kalo Ayu tidak posesif terhadap Bintang.

"Maafkan Alice Mommy...." Lirih Ayu melihat wajah sang Mommy yang nampak sangat kecewa sekali mengetahui bahwa ternyata sosok putrinya memiliki perasaan cinta terhadap Bintang.

Seorang ibu mana yang merelakan anaknya menyukai bahkan mencintai sosok perempuan yang sama persis sepertinya. Pasti Mommy Ayu juga tidak mengikhlaskan itu. Tapi bagaimana? Ayu saja tidak tau bahwa dia akan jatuh cinta kepada Bintang.

Mungkin karena kebersamaan dia dan Bintang membuat dirinya bisa merasakan nyaman serta kehangatan terhadap adik sepupunya. Apalagi tingkah laku Bintang yang terkadang mirip anak laki-laki. Seolah-olah suka memperlakukan Ayu layaknya pasangan membuat Ayu merasa nyaman jika bersamanya. Ayu tau ini salah tidak sepatutnya dia memiliki cinta terhadap Bintang sebagai adik sepupunya. Namun Ayu tidak pernah tau dan menyangka bahwa kebersamaan mereka akan menimbulkan cinta di hatinya.

Ayu kembali menunduk melihat lantai-lantai dibawahnya. Dibandingkan harus melihat wajah sang Mommy yang tersirat sekali kekecewaan dari tatapannya. Ayu tau ini salah dan sangat menjijikkan. Ini menjijikkan dan kenapa Ayu malah terjerumus kedalam hal menjijikkan itu. Ayu saja terkadang membenci dirinya sendiri. Kenapa dia harus memiliki perasaan semacam ini terhadap Bintang. Selain adik sepupunya Bintang juga notabenenya seorang perempuan yang sama dengannya. Sama saja mengatakan Ayu seorang penyuka sesama jenis.

Namun perhatian, keperdulian dan sikap Bintang itu yang membuat seorang Alice Elisa Albert BAPER terhadap adik sepupunya sendiri.

"Mommy ingin memberitahu kamu sesuatu."

"Soal apa?" Tanya Ayu mulai berani melihat kearah wajah Mommynya.

Kandita sebentar menghela nafas berat sebelum menjawab pertanyaan dari anaknya.

"Bintang akan dirawat di rumah sakit jiwa."

"Tapi Mommy kenapa?" Kaget Ayu padahal mereka sudah sepakat untuk tidak mengirim Bintang ke tempat itu.

"Tidak ada pilihan! Karena keadaan Bintang semakin buruk. Dia seringkali bermimpi dan terkadang hilang kewarasan. Kita tidak pernah bisa mengawasi Bintang selama 24 jam. Keluarga takut disaat Bintang sendirian dia melakukan hal nekat sama seperti waktu itu. Mungkin jika di rumah sakit ada yang bisa memperhatikannya dan memberikan obat serta kesembuhan untuk Bintang."

"Alice bisa menjaga Bintang, Mommy! Lagi pula di rumah kita banyak para pelayan dan penjaga. Kenapa harus ke rumah sakit jiwa. Itu sama saja mengatakan bahwa Bintang gila, Mommy!" Marah Ayu.

"Memang itu yang kamu inginkan! Kamu ingin terus menerus berdekatan dan berduaan dengan Bintang. Seperti yang diinginkan perasaan kamu. Begitu Alice Elisa?!!"

"Mommy----"

"Alice kamu mencintai Bintang! Sadar akan hal itu. Jangan ikuti ego kamu yang mencintai Bintang dan ingin terus bersama Bintang. Kalian itu saudara sepupu! Sekeluarga! Marga kalian sama Albert! Dan jika Grandfa tau kamu memiliki perasaan terhadap Bintang. Apa yang akan dikatakan Grandfa nanti. Kamu bisa kena hukuman karena itu Alice Elisa!" Ucap Kandita menyela perkataan anaknya.

Ayu langsung diam tak berkutik. Karena semua yang dikatakan Mommynya benar. Ayu bisa mati ditangan kakeknya yang teramat otoriter itu.

"Lupakan perasaan itu!" Ucap Kandita.

"Mommy ini salah Alice bukan Bintang! Kenapa harus Bintang yang menjauh dari Alice." Suara Ayu terdengar bergetar dan menahan tangis. Berat sekali rasanya mengetahui bahwa Bintang akan di rawat di rumah sakit jiwa. Itu berarti Ayu akan jauh dari Bintangnya.

"Kamu sadar dengan apa yang kamu katakan dan lakukan sekarang Alice. Itu sangat mencerminkan bahwa kamu benar-benar tidak ingin kehilangan Bintang."

"Mommy....." Ayu tidak tau harus mengatakan apa. Karena memang dia tidak bisa jauh dari Bintang. Selama ini hanya Bintang yang dia punya. Yang selalu menemaninya kemanapun. Keseharian Ayu selalu di temani oleh Bintang. Sekarang jika dia pergi siapa yang akan menemani dan bersamanya. Ketika dalam keadaan terpuruk, kesepian dalam situasi duka maupun suka Bintang selalu ada untuknya dan bersamanya. Hanya Bintang sosok yang Ayu miliki didalam hidupnya. Yang selalu ada di sisinya. Ayu tidak bisa kehilangan Bintang. Karena itu sama saja dia kehilangan kebahagiaannya.

"Lantas jika Bintang pergi Alice dengan siapa?" Lirih Ayu menatap Mommynya yang ada didepan dia.

"Selama ini Alice selalu bersama Bintang. Dari kecil sampai detik ini. Apa Mommy tega memisahkan kami berdua?" Tanya Ayu.

Kandita membuang nafas dan memang benar. Kebersamaan dari kedua gadis kecil itu memang lengket sekali. Jika Bintang pergi lantas siapa yang akan menemani Alice. Karena selama ini Alice tidak pernah memiliki teman dekat dan sahabat. Pergaulannya selalu dibatasi oleh kakeknya. Kandita tau memang berat menjadi anaknya. Karena apa-apa selalu di atur dibawah peraturan dan tekanan ayah Kandita. Dan sebagai ibu. Kandita tidak bisa berbuat apa-apa karena dia terlalu takut melawan sikap tempramental ayahnya.

"Ada Shamira, Scarlett dan Alika bukan? Bukankah kalian berempat bersahabat?"

"Tapi Alice tidak terlalu dekat dengan mereka Mommy. Alice tidak pandai berbaur dengan orang lain. Alice takut mereka jahat."

Kandita memeluk tubuh mungil anaknya kedalam dekapannya. Mengusap dan mengelus rambut coklat dari putrinya.

"Dengarkan Mommy! Mulai saat ini kamu harus terbiasa hidup tanpa Bintang. Karena kalian tidak akan pernah bisa selalu bersama bukan? Bintang dan Alice suatu saat nanti akan dewasa. Dan disaat itu Alice sudah harus terbiasa hidup tanpa Bintang. Kalian akan hidup di jalan masing-masing."

"Apa Alice tidak boleh bersama dengan Bintang sampai kapanpun? Apakah tidak boleh kita berjalan bersama-sama?" Tanya Ayu didalam pelukan Mommynya.

"Tidak Al! Jalan kalian tidak sama. Suatu saat nanti Alice akan mengerti bahwa cinta Alice kepada Bintang itu tidak benar."

"Jadi Alice salah mencintai Bintang?"

"Bukan salah! Tapi....." Kandita menangkup wajah putrinya.

"Cinta gak pernah salah, gak ada yang pernah menyalahkan cinta. Tapi kebanyakan orang bukan menyerah karena cinta. Melainkan kenyataan yang membuat mereka memutuskan untuk berhenti. Bukan berhenti mencintai. Tapi berhenti mengharapkan orang yang dicintainya untuk bersama sampai akhir."

Ayu menghela nafas mendengar perkataan Mommynya. Dia gak sanggup hidup tanpa Bintang disampingnya. Lantas bagaimana hari-harinya nanti jika tidak ada Feliciano Bintang Albert di sisinya? Ayu tidak yakin dia bisa melewati kesehariannya tanpa Bintang yang menemani.

"Lupakan cinta itu! Kamu sayang Mommy kan? Mommy tidak ingin kamu berjalan di jalan yang salah."

"Tapi kenapa harus menjauh dari Bintang? Al gak sanggup Mommy."

Kandita kembali memeluk tubuh Ayu kedalam pelukannya.

"Bukan itu Al! Tapi keadaan Bintang memang semakin hari semakin tidak stabil. Ini sudah keputusan final dari kakek dan juga granny's Bintang. Kita tidak bisa menolaknya lagi."

"Apa Mommy tega melihat Bintang yang dirawat di rumah sakit jiwa?"

"Mommy tidak tega, Al! Dan tidak akan pernah merelakan. Tapi harus bagaimana? Kita tidak bisa melawan keinginan Grandfa. Keadaan Bintang yang semakin memburuk membuat Grandfa tidak ingin jika sampai itu menjadi penyebab tercorengnya nama baik Albert."

"Kenapa Grandfa selalu mementingkan nama baik? Apa dia tidak tau bagaimana menderitanya Bintang saat ini. Bukan kesembuhan yang Bintang butuhkan dan bukan pula obat dari rumah sakit jiwa. Karena Bintang itu tidak gila!!! Dia hanya butuh kita semua sebagai keluarga untuk mendukung dan mensupport. Karena itu yang Bintang butuhkan. Alice akan bicara pada Grandfa. Dia tidak boleh mengirim Bintang ke rumah sakit jiwa." Ayu ingin bergegas pergi tapi tangannya ditahan oleh Kandita.

"Percuma tidak akan kamu dapatkan apa-apa! Kamu tau kan sekeras apa kakek kamu?"

Ayu hanya bisa menghela nafas panjang. Memang benar! Percuma saja membantah yang ada hanya tamparan dan makian yang akan dia dapatkan jika sampe menolak keinginan dari kakeknya. Akankah Ayu menerima keputusan bahwa dia akan membiarkan Bintang dirawat di rumah sakit jiwa. Karena bagaimanapun dia tidak bisa melawan yang menjadi perintah Albeno sang kakek.

"Kamu masih bisa menemui Bintang. Tapi satu hal Al! Lupakan perasaan itu jangan sampe perasaan itu bisa menjadi Boomerang buat kamu."

"Alice akan melupakan perasaan ini. Tapi Alice gak bisa janji kalo rasa cinta Alice akan terlupakan semuanya. Tapi Alice janji sama Mommy. Kalo Alice tidak akan pernah memiliki perasaan lebih dari kata cinta untuk Bintang. Apalagi sampai memiliki perasaan ingin menikah dan bersama Bintang. Karena Alice tau, kita berdua sepupu. Cukup melihat Bintang bahagia dan menemukan kebahagiaannya dengan seseorang yang dicintainya nanti. Alice akan merasakan kebahagiaan itu." Ucap Ayu memeluk sang Mommy.

Kandita mengelus tirai rambut panjang kecoklatan yang dimiliki oleh putrinya. Karena dia tau, bagaimanapun Alice itu dewasa jadi gak mungkin Alice sampe bodoh memiliki perasaan ingin hidup bersama Bintang. Bagaimanapun cinta Alice kepada Bintang itu salah. Karena mereka adalah keluarga dan saudara sepupu. Apalagi keduanya sama-sama perempuan. Kandita tidak ingin jika sampai anaknya salah memilih jalan kehidupannya. Apalagi jika sampai Alice ternyata seorang penyuka sesama jenis. Nauzubillahi! Itu jangan sampai terjadi. Kandita tidak ingin jika sampai anaknya mengalami kejadian seperti itu.

*Flashback off*

Ayu menghela nafas mengingat kejadian waktu itu. Dan apa sekarang sang Mommy akan kecewa untuk yang kedua kalinya. Jika mengetahui bahwa putri bontotnya jatuh cinta kepada perempuan lagi. Ternyata memang benar! Rasa cinta itu seperti Boomerang yang memerangi perasaan Ayu. Terkadang terluka, sedih dan bahagia secara bersamaan. Tapi apa yang perlu dia perbuat? Ayu benar-benar bingung dan takut dengan perasaan yang dia punya. Ayu harus bagaimana Tuhan? Kenapa cinta ini begitu rumit.

Hening

Itu hanya berlaku untuk gerombolan Ayu yang mengheningkan cipta. Sedangkan anak kelas udah kayak kesurupan massal.

Ayu cs mulai sibuk sama kegiatan masing-masing. Reva sibuk dengan pemikirannya yang lagi mikirin seseorang. Rara yang sibuk lagi gangguin Puja kutek kuku. Sedangkan Alvi lagi sibuk menyalin contekan dari buku yang dia pinjam dari nyai Ageng.

Agatha dia lagi ngeliatin Ayu yang anteng duduk. Sedikit senyum dia melihat sultan Nusa Bangsa yang begitu irit bicara. Pendiam, gak banyak omong. Dingin banget, gak banyak ekspresi. Penuh teka-teki dan misterius. Terkadang tingkah Ayu sulit untuk diterka.

Ayu memang pandai dalam segala hal. Dia pandai dalam hal akademik atau Non akademik. Dan itu membuat Agatha kagum dengan salah satu sahabatnya. Apalagi Ayu itu walaupun terlihat datar. Tapi dia baik buktinya saat Alvi pinjem contekan kepada dia. Dikasih sama tuh cewek ice dengan suka rela. Walaupun terlihat gak perduli sebenernya Ayu itu perduli.

Agatha benar-benar heran dengan Ayu yang jago banget menutupi kepribadiannya. Sampe orang tidak bisa membaca dan mengenali dia dengan sangat baik. Karena sikap Ayu sulit untuk ditebak.

Dara pasti beruntung banget kalo bisa dapetin Lo, Ay. Batin Agatha memandangi Ayu dari samping.

Ayu mengusap telinganya yang terasa cenat-cenut mendengar teriakkan dan kehebohan anak-anak kelas. Mana segala pake lari-larian dikelas, bertengkar sana sini. Apalagi anak cowok yang gak bisa diem di bangku malah jalan-jalan sambil godain anak cewek. Banyak suara game online disana disini. Dan itu ngebuat Ayu jengkel setengah mati.

Mentang-mentang jam kos ngebuat anak kelas pada bahagia banget. Dan sangat dimanfaatkan sekali. Lihat saja anak cewek yang banyak banget tingkahnya. Pake segala catok rambut padahal ini sekolah. Lagian ada aja yang bawa catokan, astaga!

Ada juga yang lagi main kutek kayak Puja. Cewek-cewek pada bergosip ria dan mengghibah apapun yang menjadi bahan obrolan gosip mereka. Belum lagi yang paling menyebalkan adalah pasangan yang berbucin ria dikelas. Ngebuat kaum jomblo ngenes liatnya.

Berbeda dengan kelakuan anak kelas XII-A yang kayak ronggeng monyet. Reva malah lagi senyum-senyum sendiri. Gak tau apa yang ngebuat Reva bahagia banget sampe kayak orang gak waras pake segala ngelamun sambil senyum. Sedangkan disebelahnya Alvi sedang sibuk menyalin tugas. Kan Pak Edin gak masuk. Jadinya dimanfaatkan sama Alvi.

Ayu lagi bingung dan bimbang sama perasaannya terhadap Dara. Sedangkan Reva lagi menikmati banget momen pas di toilet sama Mira. Berbeda dari Ayu yang uring-uringan Reva malah kayak kesem-sem sama bibir Mira. Menikmati dan melumat bibir tebal itu. Kenapa rasanya Reva menginginkannya lagi.

Entah Reva bermimpi apa semalam bisa-bisanya dia berciuman sama tuh cewek singa. Apa itu bisa disebut ciuman? Sedangkan hanya Reva yang melakukannya. Itu pun karena memaksa. Mungkin jika tidak memaksa Reva tidak akan pernah mencium bibir Mira. Dia juga gak nyangka bisa-bisanya sangat berani sekali Reva mencium bibir gadis itu. Sangat berani!

Entah punya dorongan darimana yang pasti Reva gelap mata pada saat itu. Dia emosi, kesal bercampur jadi satu. Habis Mira juga sih doyan bet mancing amarah Reva. Kan jadinya dia khilaf, tapi ada senengnya sih. Reva jadi bisa rasain bibir ranum seksi milik Mira, begitu kenyal dan terasa sekali lembab.

Manis!!!

Reva jadi membayangkan adegan dia dan Mira yang berciuman di toilet. Gak nyangka Reva bakalan berciuman sama tuh cewek. Dan mimpi apa dia bisa menyentuh bibir Mira? Entahlah itu mimpi buruk atau apa. Tapi yang pasti ada rasa bahagia yang gak bisa Reva rasakan saat dia bersama cowok.

"Si Rere kenapa, Ara?" Tanya Agatha yang aneh lihat Reva senyum-senyum sendiri.

Rara yang lagi gangguin Puja beralih melihat Reva yang lagi senyum-senyum macem orgil.

"Bahagia banget kayaknya tuh bocah putus dari si Arga." Cekikikan Rara baru kali ini liat Reva ngelamun sambil senyum-senyum. Kemasukan setan baru tau.

"Emang gak waras orang putus patah hati kan? Dia malah kek Dajjal."

Rara cekikikan merangkul pundak Agatha sambil mendekatkan wajahnya ke muka Agatha yang lagi menelungkup di lipatan tangan.

"Makanya tha, Lo rasain deh pacaran. Nanti Lo tau gimana bahagianya pacaran."

"Ishh.... Minggir Lo! Apaan sih pake deket-deket segala. Bau jigong mulut Lo!" Kesal Agatha mendorong kepala Rara.

Ayu melihat kedua bocah itu yang lagi ribut dibelakangnya. Dia cuma muterin bola mata, malas. Malas bet dia mendengar keributan kedua sahabatnya.

"Sehari aja jangan di isi sama keributan. Bisa gak?" Tanya Ayu kesel ngeliatnya.

Rara memajukan wajahnya ke muka Ayu yang lagi menghadap dia dan Agatha. Dia menopang dagu sambil tersenyum.

"Sehari aja Lo jangan muncul ke pikiran gue. Bisa nggak?" Goda Rara menaik turunkan alisnya.

"Sok kecantikan Lo!" Sebal Ayu balik menghadap ke depan.

"Teh Ayu hatur nuhun." Ucap Alvi memberikan buku yang dia pinjam dari Ayu.

"Hem..." Gumam Ayu mengambil bukunya.

"Teh Ayu kenapa kok bete gituh? Oh jangan-jangan teh Ayu lagi nyesel kan, gara-gara nolak teh Dara untuk yang kedua kalinya." Cetus Alvi yang masih aja mulut embernya yang penuh gosip itu membahas kejadian tadi pagi pas Ayu berkata kasar kepada Dara. Bahkan itu udah jadi trending topik mancanegara di Nusa Bangsa.

"Apaan sih Lo! Sok tau banget lagi!" Kesal Ayu soalnya Alvi udah main meramal gituh aja.

"Iya kan siapa tau." Ucap Alvi sekarang beralih melihat Reva yang lagi melamun sambil tersenyum.

"Ini lagi teh Rere kayak orang sinting."

"Bukan cuma sinting dia mah Mun, tapi emang udah gak punya otak!" Sahut Agatha.

"Apa-apa sayang kok ngamuk aja liat gue." Cetus Reva menghadap ke sahabatnya. Masih dengan senyuman dibibir.

"Dih sok bet cantik lu bangke!" Umpat Rara ngeliat Reva nyengir mulu.

Mungkin buat cowok-cowok bakalan klepek-klepek liat senyuman Reva. Tapi itu tidak berlaku buat sahabatnya yang keliatan enek liat senyuman playgirl lalat itu.

"Iya gue cantik kalo gue gak cantik gak mungkin cowok-cowok banyak yang ngantri buat jadi pacar gue." Songong Reva buat sahabatnya pada natap males.

"Lo tau Re, kenapa cowok-cowok mau sama Lo?" Tanya Ayu.

"Iya karena gue itu cantiknya bukan kadar manusia. Melainkan udah mirip sama Dewi. Makanya cowok-cowok pada mau sama gue." Pede Reva yang membuat sahabatnya bergidik jijik.

"Bukan! Tapi karena Lo itu murah."

"HAHAHA!!!" Tawa Rara sambil gebukin meja.

"Mampus sia kena mental!" Cekikikan Alvi.

"Lagian sok kecantikan banget sih Lo, Re!" Cengengesan Agatha.

Reva cemberut tapi bodo amat sih! Mau murah kek, mau apa kek. Yang penting Reva pacaran sama cowok gak di apa-apain. Paling cuma pegangan tangan, kalo khilaf suka nyosor bibir.

"Eh guys, karena gue lagi Bagja dunia akhirat. Jadi gue mau traktir kalian makan di kantin." Ucap Reva membuat sahabatnya berbinar mendengar kata traktir. Terkecuali Ayu, dia masih memasang muka datar.

"Seriusan teh Rere?" Tanya Alvi antusias.

"Traktir aja Lo cepet." Jengkel Reva mendelik sama tuh perwujudan pocong Mumun.

"Iya siapa yang gak doyan traktiran, iya nggak mentemen?" Tanya Alvi kepada sahabatnya.

"Yoi!!!" Sorak Agatha dan Rara.

"Tapi yang murah-murah aja ya bestie, soalnya Lo tau ongkos makan gue pas-pasan." Cengengesan Reva.

"Iya Re, Lo traktir aja udah Bagja bet gue." Cetus Agatha.

"Ya udah yuk, kita ngantin." Reva berdiri bangkit dari duduknya di ikuti ketiga sahabatnya.

"Gila kalian ya? Mau cari mampus!" Cetus Ayu spontan keempat orang itu melihat nyai ratu yang masih setia duduk di kursinya.

"Ayok kanjeng ratu kok Lo malah diem aja." Ucap Reva yang melihat Ayu gak bergeming sama sekali.

"Iya lagian Lo pada gak punya otak! Ini masih KBM mau kena masalah kalian?" Ujar Ayu.

"Iya juga ya." Beo Agatha sambil ngangguk-ngangguk kayak burung kenari.

Ayu cuman mendelik sama keempat manusia itu. Dasar sahabatnya pada ogeb!

"Ah lagian ini jam kos, gak kenapa-kenapa kok." Ucap Reva.

"Iya, daripada gue dikelas mulu gabut. Mending di kantin siapa tau ada cogan, sekalian cuci mata." Cetus Rara.

"Cogan mulu isinya." Cibir Alvi.

"Iya daripada Lo endors Mulu, mending ada yang ngendors." Ledek Rara kepada Alvi membuat artis dunia maya memonyongkan bibirnya lima centi ke depan. Heran kenapa selalu Alvi yang bahan ledekan mereka semua:)

"Udah cepetan! Keburu bel pergantian jam pelajaran." Ajak Reva menggandeng tangan Ayu yang dari tadi diem aja.

"Gue gak mau!"

"Terus Lo mau sendirian disini, Ay? Yakin betah anak-anak kan pada heboh bet. Nanti yang ada jantung Lo serangan." Cetus Rara.

"Serangan jantung bego!" Kesal Ayu lama-lama kayaknya otak dia bakalan konslet berkawan sama keempat bocah itu.

"Nah iya! Lo gak mau kan kalo spot jantung? Mending ikut kita ngantin."

"Gak mau kena masalah gue."

"Gampang, ntar ada si mumun ini yang jadi tumbal." Sahut Reva.

"Heh!!!" Kesal Alvi, enak saja.

"Udah ayok ah buruan! Mumpung jam kos. Lagian sekali-kali kita itu menikmati jam kos." Agatha gandeng tangan Ayu, menariknya.

"Tapi nanti kalo ketahuan BK gimana?" Tanya Ayu udah berdiri dia. Gara-gara ditarik sama Reva dan juga Agatha begitupun dengan Rara yang menariknya.

"Ssttt,,,, calm down baby." Cetus Reva menaruh jari telunjuknya dibibir Ayu.

Ayu mendengus kesal mendengar perkataan Reva. Tubuhnya masih diseret oleh sahabatnya keluar kelas.

"Heh! Mau kemana kalian?" Tanya Dino yang melihat gerombolan cewek-cewek cantik itu keluar kelas.

"Toilet dulu bentar." Jawab Reva, jelas saja berbohong.

Mereka buru-buru pergi keluar kelas dari pada nanti ketua kelas makin ribet nanya-nanya.

"Heren, kenapa cewek kalo ke toilet selalu berjamaah?" Tanya Eza yang duduk disebelah Dino.

"Gue kan cowok bukan cewek! Mana tau." Jutek Dino.

"Yeh, cowok kok jutek." Cibir Eza.