webnovel

Maaf

Sudah hampir seminggu dara tak menyalakan data ponsel miliknya.

Suasana di florist yang cukup ramai belakangan ini serta kesibukannya mengerjakan beberapa orderan desain membuat pikirannya teralihkan sejenak.

Disisi lain, jave yang ingin menemuinya, harus menahan diri sementara waktu. Memberikan ruang pada gadis itu untuk berfikir.

Namun keinginannya pada dara tetap sama. Jave tetap ingin dia berhenti mengkonsumsi obat obatan itu. Bagaimanapun dia harus tau dulu apa yang terjadi padanya.

Begitu pula dengan dean yang saat ini sedang duduk termenung di ruang kelasnya sambil menggenggam ponsel. Kepalanya terus dipenuhi pikiran tentang gadis itu. Dia berusaha menahan diri untuk tak menghubunginya.

Setiap karel atau yang lain mengajak nya kekantin atau berkumpul ditempat lain dia terus menolaknya.

Ditengah pikirannya yang masih berkecamuk itu, mella menghampirinya kembali setelah beberapa hari tak mengusiknya.

"Ni orang mau ngapain lagi? Udah bagus gak ada kemaren" gerutunya dalam hati saat gadis itu kini sudah duduk dikursi depannya.

"Hey babe, kemaren bokap gue sakit. Terpaksa deh harus gue jagain. Berapa hari gak ngampus gue kangen banget sama lo"

Gadis itu terus mengoceh tak karuan, membuatnya mulai merasa jengah namun dia tetap berusaha menahan dirinya saat satu tangannya sudah mengepal erat.

Dean beranjak sambil menggendong tasnya. Dia hendak berjalan meninggalkan ruang kelas namun langkahnya terhenti karena mella tiba tiba sengaja berdiri didepannya dan menghalangi jalannya.

"Minggir" tegasnya.

Namun mella tak bergeser sedikitpun. Kesabarannya terus diuji oleh gadis sialan itu.

Tanpa basa basi dean langsung mendorongnya hingga jatuh terduduk di lantai membuatnya meringis kesakitan. Namun apakah dia peduli?

Tentu tidak.

Dia kembali melangkah keluar kelas, meninggalkan gadis itu yang masih duduk dilantai sambil berdecak kesal.

"Weh bro. Lo mau ke mana? Kalo ke cafe kemaren gue ikut ya" Karel yang tiba tiba muncul mengikuti langkah dean yang berjalan cepat menuju parkiran.

Dean terdiam dan berfikir sejenak. Tadinya dia memang ingin kesana. Namun dia lupa kalau sedang memberi jeda untuk menemui gadis itu. Dia pun mengurungkan niatnya kembali.

"Balik gue" jawabnya sambil membuka pintu mobil.

Karel menecebikkan bibirnya saat memandang mobil temannya itu melesat pergi keluar dari halaman kampus.

Padahal karel ingin kesana lagi bersamanya. Bukan karena ingin ditraktir, namun dia benar benar menyukai makanan disana yang sangat cocok dengan lidahnya.

"Siapa ya yang mau gue ajak?" Pikirnya sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Setibanya dirumah, dean melihat ibunya yang sedang menonton di ruang tengah. Dia pun menghampirinya.

Dia lalu menyandarkan kasar punggungnya ke sofa, membuat wanita paruh baya disampingnya yang sedang menikmati cemilan di toples kaca itu, kaget dan menoleh.

"Tumben mama dirumah" ucapnya.

"Kenapa? Kamu gak suka mama dirumah?" jawab wanita paruh baya yang masih tampak awet muda itu dengan santainya.

Dean hanya diam sambil menyandarkan kepalanya dan memejamkan matanya. Rania, wanita itu kembali mengalihkan pandangan pada televisi didepan mereka.

Mendadak, dean kembali menegakkan kepalanya dan kali ini mengubah posisi duduknya menghadap ibunya itu.

"Ma, mama dulu kalo lagi gak mood cara papa ngebujuknya gimana?" tanyanya tiba tiba

Wanita itu menaruh kembali sebutir kacang mente yang hendak dimasukkannya kedalam mulut dan meletakkan toples yang dipegangnya diatas meja.

"Siapa ceweknya bang?" tanyanya serius.

Dean menghela nafasnya kasar. Dia lalu beranjak dan berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.

"Eh bang siapa orangnya?" wanita itu berseru menanyakan kembali hal yang sama.

Setelah dean masuk kedalam kamarnya, Mamanya itu kembali menonton televisi sambil senyum senyum sendiri.

Dia tau putranya itu sedang menyukai seorang gadis. Dan membuatnya penasaran gadis mana yang berhasil membuat mata putranya itu berbinar binar seperti tadi.

Dara yang sedang mengerjakan orderan desain didalam kamarnya, baru teringat yang dia kerjakan saat ini milik teman dean. Dia terpaksa menelepon lelaki itu tanpa menyalakan data.

Ponsel dean terus berdering diatas meja. Namun dia sedang berada didalam kamar adiknya bermain ps untuk menyegarkan pikirannya.

Setelah berulang kali tak diangkat dara berhenti meneleponnya. Dia berfikir lelaki itu sedang sibuk dan akan meneleponnya kembali besok.

[Keesokan harinya]

Dean yang masih tertidur dilantai beralaskan karpet tebal baru menyadari semalaman dia ketiduran di kamar rean. Diliriknya sejenak adiknya itu yang masih tertidur pulas diatas ranjang empuknya, sebelum akhirnya dia keluar dari sana.

Dia bergegas mandi lalu bersiap siap. Kelasnya akan dimulai beberapa menit lagi. Setelah tiba dikampus, dean berjalan cepat menyusuri koridor menuju kelasnya. Dia cemas dosen killer yang akan mrngajar pagi ini lebih dulu tiba daripada dirinya.

Bukan karena takut pada dosen itu, dia cemas jika terlambat akan berpengaruh pada nilai akhirnya. Namun sesampainya didepan pintu masuk, dean merasa lega karena dia lebih dulu sampai. Dia lalu duduk di kursinya.

"Hampir aja lo telat bro. Kalo sampe telat dikit nih, abis nilai lo sama pak Bono" oceh karel yang sejak tadi sudah berada didalam kelas.

Tak berapa lama kemudian, seorang pria paruh baya berusia hampir setengah abad memakai kacamata oval masuk kedalam kelas. Perawakannya sangat tegas dan tampak galak.

Kelas pagi itu pun dimulai.

Siang itu, saat dara baru saja selesai melayani seorang pelanggan, jave masuk dan melirik kearahnya. Namun dia sengaja membuang pandangannya kearah lain.

Jave lalu menghampiri gadis itu yang sibuk menata pot pot kecil diatas rak.

"Kita harus ngomong" tegasnya.

Dara hanya diam seolah tak mendengarnya. Lelaki itu menghela nafas. Berusaha menahan dirinya.

"Dara" panggil jave dengan suara ditekan.

Namun gadis itu masih bungkam membelakanginya. Dia mulai merasa geram padanya dan kini merubah posisinya berdiri didepannya. Saat dara hendak berbalik dengan cepat dia menahan satu tangannya.

Dara menghela nafas kasar dan berusaha menarik tangannya kembali. Namun sia sia. Tenaga lelaki itu lebih kuat.

"Lepasin. Jangan ganggu gue" tegasnya menatap tajam lelaki dihadapannya itu.

Namun lelaki itu enggan menurutinya. Percuma dia melawan, tak akan ada yang menolongnya disana. Hanya ada dia dan jave didalam sana. Sedangkan gian belum kembali dari mengantar pesanan.

"Kita omongin nanti. Gue masih banyak kerjaan jave, Lo balik dulu" dara merendahkan nada bicaranya.

Jave perlahan melepaskan tangan gadis itu. Dia menatapnya lekat sambil maju selangkah mendekatinya.

Saat gadis itu akan mundur, dengan cepat dia merengkuh tubuhnya dan melingkarkan satu tangannya dipinggang ramping nya.

Suasana hening sejenak. Mereka saling menatap cukup lama membuat debar jantung keduanya saling terdengar beradu. Nafas dara tertahan sejenak saat deru nafas lelaki itu berhembus kewajahnya.

Tiba tiba gian datang dan tercekat melihat pemandangan yang kembali membuatnya mengelus da