4 Anak Laki-lakiku ( PART 1"fiksi" )

Di suatu malam, angin berhembus perlahan meniup dedauan, menimbulkan suara gemerisik di tengah-tengah gelapnya malam.

"ayah..."

Suara kecil memanggilku di balik cahaya lampu kamar yang remang-remang.

"ah. Iya nak??" Jawabku sambil menoleh ke arah anakku yang tiba-tiba saja membangungkan ku pada saat tengah malam.

"bolehkah aku tidur bersamamu?"

Ucapnya sambil mengosok matanya yang sudah mengantuk.

"tentu saja nak, mengapa tidak." Jawabku dengan mata yang masih setengah mengantuk. Anakku berbaring di sebelahku dan akupun memeluknya, dia bilang dia ingin mendengarkan cerita sebelum tidur. Dengan sangat terpaksa akupun bercerita sambil melawan kantuk ku yang amat sangat.

Di sela aku mendongeng untuk anakku tiba tiba aku merasakan sesuatu menyentuh punggungku dengan lembut, seketika aku sadar dan merasakan sesuatu bernafas di belakangku.

.

.

.

"Um...Ayah..bisakah kau berhenti berbicara? Aku tidak bisa tidur."

Aku yang terkejut kala itu seketika menoleh ke belakang punggungku dimana suara itu berasal. Aku melihat anakku yang hampir menangis karna tidak bisa tidur, dan aku sadar sedari awal anakku memang tidur bersamaku.

.

Ketika aku menyadari ada yang salah tetapi semua itu sudah terlambat. Aku merasakan sesuatu yang basah di pelukan ku, sesuatu yang basah, lengket dan sedikit bau amis. Tiba-tiba aku mendengar suara yang menakutkan. Suara bocah kecil yang parau itu berasal dari sesuatu yang aku peluk.

.

.

.

.

"Ayah...bisakah kau lanjutkan ceritanya?"

Anak bermata bulat besar dan berwarna merah menyala dengan senyum yang sangat lebar menyeringai. Wajahnya yang bersimbah darah dan matanya yang mengerikan itu menatapku dengan tatapan mengerikan.

.

.

.

Ke esokan harinya, aku terbangun dari tidurku dalam keadaan mengigil. Aku mencoba mencoba meraih apapun yang bisa ku raih untuk membantuku berdiri. "Ah...tuhan... sakit sekali tulang-tulang ku ini. Sebentar, bagaimana bisa aku berada disini." Seketika aku terbangun dan sudah berada di dalam ruangan gelap yang ternyata itu gudang bawah tanah rumahku. Aku yang kaget segera barjalan dan bergegas ke ruangan utama, tentu saja untuk mencari anakku timmy.

"Tim...sayang. maafkan ayah, sepertinya ayah tidur sambil berjalan" ucap ku sambil berjalan meniti tangga menuju ke ruang utama, tetapi aku sama sekali tidak mendengar timmy membalas panggilan ku.

"Tim??" Aku berjalan menuju ke kamarnya, aku melihat dia sedang berbicara sendiri dan sesekali terdengar dia cekikikan.

"Um..Timmy, kau sedang berbicara dengan siapa?" Tanyaku seraya memasuki kamarnya, terlihat ekspresi anakku yang sedikit kaget karna kedatangan ku. "Tidak ayah...aku tidak berbicara dengan siapapun" ucapnya berbohong, ini kali pertama ia berbohong kepadaku.

"Tim sayang...ayah tahu kamu merindukan ibu, tapi kamu tahu kan kalau berbohong itu tidak baik?"

Ucap ku sambil menatap dan meraih bahunya. Akupun bergegas meninggalkan dia di kamar dan menyiapkan sarapan untuknya.

Mungkin inilah sulitnya menjadi orang tua tunggal, aku sangat paham anak itu tidak akan berbohong jika dia tidak ketakutan. Semenjak kematian istriku 3 tahun silam, ia meninggalkan ku dan Timmy kecil saat usianya masih berumur 2 tahun.

"Ah..mungkin normal untuk anak 5 tahun memiliki khayalan tinggi seperti itu"

fikir ku dalam hati yang masih teringat akan Timmy yang berceloteh sendiri di kamarnya.

# 07.45 AM

"Tim... kemari nak. Ayo sarapan"

kataku sedikit berteriak. Segera aku mendengar langkah kaki kecil berlari di lantai dua. Aku segera kembali ke ruang makan dan betapa kaget nya aku mendapati Timmy sedang duduk menyantap Roti kering dan cream soup dengan lahap.

"Tim? Sejak kapan kamu di situ?"

Tanya ku padanya.

"Sejak ayah memanggil tadi aku langsung berlari dari ruang tv ayah. Aku takut ayah marah kepada timmy lagi."

Ia mengucapkan kata-katanya dengan mata yang berkaca-kaca. Aku segera memeluknya untuk menjelaskan bahwa aku tidak marah.

"Ayah sayang kepadamu timmy..."

ucap ku seraya mencium keningnya.

# 08.00 AM

Aku dan Timmy bersiap-siap pergi ke toko milik keluargaku. Toko itu pemberian dari mendiang ayahku. Walaupun hanya toko kecil tapi cukup menghidupi kami berdua. Aku memasukan Timmy ke dalam mobil dan memasangkan sabuk pengaman untuknya. Saat aku mulai berkendara, aku teringat kejadian di rumah.

"Siapa yang berada di kamar Timmy tadi pagi"

gumam ku dalam hati, aku sedikit bergidik karna kejadian malam sebelumnya seorang anak membangunkan ku dan wajah nya sangat hancur, yang lebih tidak masuk akal bagaimana bisa aku berada di gudang saat terbangun. Saat aku melihat ke arah kaca untuk melihat keadaan Timmy di belakang, aku melihat dia tertawa-tawa kecil seperti ada seseorang membisikan lelucon kepadanya.

"Timmy..kau sedang apa."

Dia terperanjat kaget dan seolah menatap sesuatu di sampingnya lalu mengangguk pelan.

"Aku sedang berbicara dengan kakak."

Ucapnya pelan dan nampak muram,

"tim..tidak baik berbicara dengan sesuatu yang tidak nyata."

Kataku sambil memarkirkan mobil di garasi toko, Timmy mulai menangis

"dia nyata ayah..dia kakak ku. Dia bilang kalau ayah tidak menyayanginya jadi ayah berpura-pura tidak melihatnya"

ucapnya lagi sambil menangis. Aku segera keluar dari mobil dan membawa Timmy masuk ke toko.

"Hallo bibi Merry." Sapaku kepada pelayan toko ku dia tetangga ku yang sudah aku anggap seperti orang tuaku sendiri, dia sudah menjadi pelayan sejak keluargaku masih tinggal di ruko ini yang sekarang sudah alih fungsi menjadi toko seutuhnya.

# 08.30 AM

Aku mencoba menenangkan Timmy yang masih saja menangis semenjak percakapan di mobil tadi. Mungkin karna lelah menangis Timmy tertidur di pangkuan ku, akupun membaringkannya di sofa ruang kerjaku. Sesaat setelah membaringkan Timmy aku mendengar seseorang mengetuk pintukku. "Josh...?" Suara yang tak asing memanggilku, yang tak lain suara bibi Merry. Aku bergegas membuka pintu dan melihat bibi Merry sedang memangku Timmy yang masih sesenggukan.

"Bagaimana bisa kau meninggalkan Timmy di garasi josh?"

Ucap bibi merry.

"Tapi bi. Aku baru saja menidurkan ka di sofa tadi."

Aku mencoba menjelaskan kepada bibi Merry, bibi Merry mengernyitkan dahinya dan coba mengintip ke arah sofa.

"Apa maksudmu? Ini Timmy berada di hadapanmu. Ini tangani dia, dia menangis sendiri di garasi tadi. Kamu sepertinya kelelahan Josh, cobalah untuk istirahat sejenak."

Akupun mengambil Timmy dari pengkuan bibi Merry.

"Ayah...jangan tinggalkan aku. Maafkan Timmy, timmy nakal membuat ayah marah. Tetapi Alex bilang dia kakak ku, dia benar-benar ada ayah. Tadi ayah sendiri membawanya masuk, tetapi ayah meninggalkan ku sendiri."

Kata-kata Timmy membuatku semakin bergidik ketakutan. Saat aku mencoba melihat ke arah Sofa tempat aku meletakan 'Timmy' tadi, seketika aku melihat anak itu. Anak yang kemarin malam menggangguku, dia menyeringai dan merayap ke arahku dengan badan yang terbalik sambil bergumam kata-kata yang tak jelas, tetapi aku mendengar satu kata yang sedikit aku pahami. "Bunuh dia" kalimat itu membuatku lari membawa timmy ke luar bangunan toko. Saat itu aku mulai tersadar jika apa yang di ucapkan Timmy itu ternyata bukan lelucon, makhluk gaib itu mengincar Timmy. Anak semata wayangku,

"tetapi siapa itu alex? Mengapa dia menggangguku dan Timmy?"

Gumamku dalam hati, dengan segala kebingunganku, aku pergi menuju garasi dan seraya pamit kepada bibi Mery "bibi aku dengan Timmy sepertinya harus kembali lagi ke rumah. Aku titip toko ya, jangan lupa menguncinya. Terima kasih bi" akupun bergegas mengemudikan mobilku untuk kembali pulang kerumah.

.

.

.

Pojok Author : hehehe... masih ada kelanjutannya loh. Update 1 minggu 2x

Ada yang bisa tebak alex itu siapa? Coba tulis di kolom komentar ^^

Jangan lupa star nya ya... untuk dukungan nya terima kasih 😁

avataravatar
Next chapter