webnovel

MENEPATI JANJI

Adam mendapati putrinya Naera Rose mamasuki ruangan, kemudian berkata bahwa dialah yang akan bertanggung jawab atas pengobatan Adam. Dalam hati lelaki itu menolak, karena ia tahu bahwa uang pemberian Naera adalah harta haram. Namun, Adam tak mampu berbuat apa-apa. Bagaimana tidak? Untuk bernapas saja dia sulit, apalagi sampai melarang Naera keluar ruangan dan tidak usah sok cari perhatian.

Ada hati yang bertanya-tanya di sana. Niola sempat melihat seorang pria yang berada di balik pintu. Putri tirinya datang bersama sosok yang tak dikenalnya itu, lalu menawarkan sebuah bala bantuan.

"Apa semua ini ada hubungannya dengan laki-laki di sana?" batin Niola.

Niola sebenarnya hendak bertanya, tapi mengingat keadaan sang suami yang sudah terlanjur parah membuat ia mengurungkan niatnya. Di satu sisi, Niola juga merasa bersyukur akibat kedatangan Naera yang tepat waktu.

Sudahlah, tak perlu menunggu lebih lama lagi. Naera pun berlari ke luar ruangan, tapi sebelum itu dia berkata pada dokter, "Tolong urus orang ini dan aku akan ke meja administrasi sekarang,"

Melihat mangsanya lari, maka William yang menanti sejak tadi pun ikut ngacir mengikuti Naera Rose. Hal yang terpenting adalah Naera sudah berani menemui ayahnya dan memberikan bantuan, pertanda bahwa Naera juga menerima ajakannya untuk saling berbagi manfaat.

***

Tiga jam berlalu. Naera duduk seorang diri di bangku yang terdapat di koridor rumah sakit, sedangkan di pojok kanan seorang lelaki bertubuh jenjang curi-curi pandang pada Naera Rose. Kini dia tidak memiliki daya untuk menyapa wanita itu, mengingat gejolak emosinya yang tidak terkontrol.

Naera sendiri belum berani menemui Adam, meskipun dia sangat penasaran terhadap kondisi Ayahnya tersebut. Naera hanya ingin Adam beristirahat dengan tenang. Bisa jadi pria itu marah besar dan berujung fatal apabila melihat batang hidung Naera. Untuk sementara waktu, biarlah Adam terbebas dari bayang-bayang putrinya hingga ia kembali pulih.

Beberapa detik berikutnya, Naera membenakan kerah baju serta tatanan rambutnya. Tidak tahu akan ke mana, yang penting Naera sudah melaksanakan tugasnya sebagai seorang anak untuk membantu Adam. Sialnya, Naera tidak tahu jika William dan dirinya sejak tadi berada di bangku yang sama, sehingga lelaki itu dengan mudah memantau pergerakan Naera.

"Tunggu!" teriak William.

Saat itu juga Naera mempercepat langkahnya. Dia tidak boleh bertemu dengan William lagi. Baginya, William hanya pembawa sial. Hidupnya kian tak terarah semenjak kehadiran lelaki itu.

William mengambil kesempatan untuk mengejar Naera di tengah keramaian koridor rumah sakit. Setelah berhasil mencekal lengan Naera, William menyeretnya ke parkiran rumah sakit, tepat di sebelah mobilnya.

"Jangan berusaha untuk kabur dariku, Nona!" William tersenyum miring.

"Sial! Dari mana manusia ini berasal?" Naera bermonolog. Dia berpikir jika William sudah pergi entah ke mana.

Kini Naera telah terjebak dengan ucapannya sendiri. Adam merupakan sosok terpenting dalam hidupnya. Setelah kehilangan sang Ibu, maka pada siapa lagi Naera harus mengabdi jika bukan dengan lelaki tersebut. Oleh karena itu, Naera tak sampai hati melihat Ayahnya kejang-kejang dan ia melupakan sumpahnya sendiri untuk tidak membuat kesepakatan dengan William.

"Tidak bisakah kau enyah dari hadapanku? Aku risih dengan kehadiranmu, William," ucap Naera.

"Bukankah kau telah membiayai seluruh administrasi rumah sakit Ayahmu?"

"Ya. Aku membayarnya dengan uangku sendiri," balas Naera dengan sombong. Karena memang hartanyalah yang ia pakai tadi.

"Oho! Kau membiarkan Ayahmu berobat dengan uang kotor? Anak cerdas!"

Ruangan terbuka itu mendadak panas, padahal angin berhembus dari segala penjuru. Naera dibuat berpikir dua kali dengan perkataan William.

"Biarlah itu menjadi tanggunganku, William. Sekarang pergilah dari sini!" Jawab Naera dipenuhi nada angkuh.

"Lalu, apakah masih ada uang yang tersisa setelah kau memberikan seluruh kepunyaanmu pada pihak rumah sakit? Kurasa isi tasmu kosong,"

William melirik ke arah benda yang disandang oleh Naera Rose. Walaupun tas itu terkunci, tapi William sempat melihatnya kosong ketika di meja administrasi tadi.

"Malam ini aku bisa mendapatkan uang yang lebih daripada itu." Naera menganggarkan pekerjaannya.

William menghela napas panjang sambil menarik kedua sudut bibirnya membentuk huruf U. "Naera Rose. Lihatlah! Betapa malang hidupmu. Kau diusir oleh Adam karena pekerjaan kotormu itu dan sekarang kau malah membiayainya dengan uang hasil kerjamu. Kau menolak tawaran menggiurkan dari seorang CEO terkenal dan kaya raya di Negara ini. Lalu, kau kira dengan seluruh kesombonganmu itu akan berbuah manis? Adam pasti mati akibat uang haram yang sudah masuk ke tubuhnya,"

William tak berpikir panjang untuk mengeluarkan unek-uneknya. Ia memicingkan mata guna menilik paras Naera yang seketika berubah bak tomat matang.

Keteguhan Naera untuk menjauhi William sontak rubuh. Nyaris saja air matanya menetes, tapi buru-buru Naera mengangkat wajah serta memencet hidungnya agar cairan asing itu tidak sampai jatuh. Naera tak boleh terlihat lemah di hadapan lawannya. Namun jujur saja, ucapan Willian benar-benar membuat Naera merasa bersalah terhadap Ayahnya sendiri. Ia menginginkan kesembuhan Adam melalui jalan yang tidak baik, tapi jika Naera tidak menjadi kupu-kupu malam dapat dipastikan bahwa Adam akan mati detik itu juga akibat kekurangan biaya.

Naera mengira dirinya telah melakukan yang terbaik. Dia menyangka sudah melindungi Adam dari rasa sakit yang mendera, tapi Naera baru tahu jika dia hanyalah anak yang tak tahu balas budi.

William dapat menangkap dari sorot mata Naera, bahwa wanita itu tersadar dan merasa bersalah. Tentu saja William merasa puas. Tidak sia-sia ia menanti Naera hingga berjam-jam lamanya di rumah sakit.

"Sudahlah! Kau itu memiliki Ayah yang hebat, Naera. Sangat memalukan kalau kau terus menerus menjadi perempuan sewaan. Sebaiknya kau cukup memilih satu lelaki saja." Perkataan William seolah menunjukkan bahwa dialah lelaki itu.

"Adam akan bangga apabila anaknya kembali seperti gadis polos yang ia kenal dahulu," kata William lagi.

Menjadi wanita murahan dengan menjajakan dirinya pada setiap pria atau bercinta dengan satu orang pria saja dan mendapat keuntungan setiap bulan. Naera sempat membisu selama beberapa saat, sebelum pada akhirnya ia memutuskan sesuatu.

"Baik! Kuterima tawaranmu," titahnya gugup.

William tak perlu menunjukkan bagaimana girangnya ia kala ini. William cukup tersimpul, lalu menarik lengan Naera Rose untuk dibawa masuk ke mobil.

"Tapi ingatlah, William Morgan! Aku melakukan semua ini semata-mata hanya karena Ayahku." Naera memberikan peringatan pada lawan bicaranya.

***

Gelap menyapa bumi. Kini, William dan Naera sudah berada di atas ranjang yang sama. Tidak ada pilihan lain kecuali menjadi budak William dan diberi keuntungan berupa 10% dari penghasilan seluruh sahamnya setiap bulan. Nantinya, Naera akan mengakui bahwa William adalah suaminya di depan Adam dan Niola. Dengan begitu, Adam akan menganggapnya menjadi anak dan sudi menerima pemberiannya kembali.

Untuk memulai semuanya, pertama-tama William menatap intens wajah Naera Rose. Sosok yang dulu menghinanya itu memang memiliki wajah yang teramat rupawan. Kemudian William mulai menyentuh satu per satu anggota tubuh Naera. Perempuan itu menggelinjang hebat, lalu suhu tubuh perlahan-lahan berubah panas.

***

Bersambung