10 SANG PENYELAMAT

Gina menerima uluran tangan itu dan berdiri dari duduknya. Pria itu tersenyum, kemudian menuntunnya berjalan ke arah mobil dan membantunya memasuki mobil. Dia melepas jas miliknya dan memakaikannya pada Gina.

Hangat sungguh hangat. Tidak hanya merasakan hangat di tubuhnya, tapi Gina juga merasakan hangat di hatinya. Gina menyandarkan kepalanya pada pundak sang pria. Hingga tanpa ia sadari, dia terlelap dalam dekapan sang pria.

Pria itu terus menatap Gina yang terlelap dalam tidurnya, dia menyentuh lembut pipinya.

"Tuan, kita akan membawa bu Gina kemana? Kita tidak tahu dimana tempat tinggalnya" kata sang asisten yang sedang mengemudikan mobil

"Kita bawa dia pulang kerumah" katanya dengan nada bicara yang datar

"Baik tuan"

Mereka melaju dengan kecepatan sedang, menerobos guyuran hujan yang semakin mereda.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, mereka tiba disebuah rumah berlantai 2 yang sangat megah dengan desain bergaya Eropa. Rumah ini memiliki gerbang yang besar dan tinggi, jarak dari gerbang menuju rumah pun terbilang cukup jauh dengan dihiasi taman yang tertata rapih disepanjang jalan menuju rumah. Ada bundaran besar yang memudahkan kita datang kerumah ini, sehingga tidak perlu memarkir mobil untuk berputar arah. Dengan air mancur buatan membentuk sebuah air terjun ditengahnya dan dibawah air mancur adalah sebuah kolam dengan dihiasi berbagai jenis ikan hias.

"Tuan, kita sudah sampai. Apa bu Gina harus dibangunkan?" tanya sang asisten sebelum membukakan pintu mobil.

"Biar aku menggendongnya ke dalam" katanya pada sang asisten.

Dan betapa terkejutnya dia ketika hendak mengangkat Gina, kulitnya terasa panas. Diapun menyentuh dahi Gina untuk memastikan. Benar saja Gina saat ini demam.

"Panggil Dion kemari, agar dia memeriksa keadaan Gina" katanya dengan sedikit kepanikan

"Baik tuan"

Sang asisten membukakan pintu mobil agar tuannya bisa membawa Gina masuk ke dalam kemudian dia menghubungi dokter pribadi keluarga ini.

"Bi Ani! Lina!"

Sang pria membawa Gina kedalam kemudian memanggil pembantu

"Iya tuan" kata kedua pembantu yang berjalan cepat setelah mendengar panggilan sang majikan

"Tolong bantu gadis ini bersih - bersih dan hubungi toko pakaian agar mengirim pakaian ganti untuknya sekarang juga" kata dang pria dengan tegasnya

"Baik tuan, saya akan siapkan air panas dan menghubungi toko pakaian"

Kedua pembantu itu bergegas pergi dari sana. Yang satu menyiapkan air panas dan yang satunya lagi menghubungi toko pakaian.

Gina dibawa menuju sebuah kamar yang terletak di lantai 2 dan dibaringkan di atas tempat tidur besar dengan seprei berwarna putih. Kamar di desain dengan sangat minimalis namun cantik, dinding kamar berwarna cream senada dengan ruangan lain yang hampir semua menggunakan warna cream dan coklat muda.

"Hallo, tante. Dugaan tante benar, saya menemukannya sedang menangis dibawah guyuran hujan deras dipinggir jalan. Saya membawanya pulang kerumah saya dan sekarang dia sedang demam. Tapi saya sudah memanggil dokter kemari" kata sang pria yang sedang melakukan panggilan telepon di dekat jendela kamar yang Gina tempati.

"Terimakasih Yudha, tante tidak tahu harus menghubungi siapa lagi selain kamu. Beruntung dia kemarin memberi tahu tante bahwa dia akan kerumah itu untuk makan malam" kata Mama Gadis kepada Yudha

"Tante, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tante bisa terfikir kalau sesuatu yang buruk akan terjadi saat Gina datang kerumah itu?"

"Ceritanya panjang. Itu memang rumah yang sama dimana Gina dibesarkan sebagai gadis yang baik dan ceria. Tapi semuanya berubah ketika tante memutuskan bercerai dan ayahnya tidak mengizinkan tante membawa Gina pergi. kepribadian Gina semakin lama semakin berubah menjadi pendiam, ditambah lagi dengan kedatangan ibu tiri dan saudara tirinya. Gina semakin pendiam dan acuh tak acuh"

Yudha mendengarkan setiap penjelasan yang ibu Gina sampaikan. Dia menatap Gina dan mengepalkan tangannya mendengar semua kisah tentangnya

"Tante, sekarang tante tidak perlu khawatir. Aku akan menjaganya. Aku secepatnya akan membawa dia pulang bertemu tante dan juga keluargaku. Agar aku bisa melangsungkan pernikahan dengannya" kata Yudha dengan penuh keseriusan

"Apa kamu yakin menjadikan Gina sebagai pendamping hidupmu? Tante tidak mau kalian menikah hanya karena rasa iba atau belas kasihan"

Gadis mulai menitikan air mata mendengar perkataan Yudha

"Aku yakin tante, amat sangat yakin"

"Baiklah, tante akan memberitahukan hal ini pada kakek Gina dan juga kakek nenekmu. Tante titipkan Gina padamu"

"Baik tante. Tante tidak perlu cemas lagi, gina sudah aman bersamaku" kata Yudha kemudian dia menutup teleponnya.

Dia berjalan mendekati Gina yang tertidur namun mengernyitkan dahi. Seakan dia tengah berjuang melawan sakit hati yang tengah dirasakan.

Yudha meraih tangan Gina dan menggenggamnya, dia melihat luka bakar ditangan Gina. Seketika tatapan matanya berubah penuh kemarahan.

"Kamu tidak perlu khawatir. Aku akan membantumu membalaskan rasa sakit hatimu. Semua yang kamu dapatkan akan aku kembalikan tanpa ada yang kurang satupun" kata Yudha dengan tatapan penuh dengan kelicikan.

Tak lama Bi Ani dan Lina datang untuk membantu Gina mengganti pakaian dan membersihkan tubuhnya

"Permisi tuan, kami akan membersihkannya terlebih dahulu agar dia merasa hangat"

"Baiklah"

Yudha keluar dari kamar Gina dan membiarkan pembantu yang mengurusnya. Dia berjalan menuruni tangga menuju ruang kerjanya

"Hendri! Ikutlah keruang kerjaku" kata Yudha ketika melihat Hendri yang baru memasuki rumah, diapun langsung mengikuti Yudha dengan berjalan dibelakangnya

"Ada apa kak? Apakah ada sesuatu yang perlu dikerjakan?" tanya Hendri yang cukup mengerti tuannya

"Aku ingin kamu mulai menyelidiki perusahaan Atmaja, perusahaan Riko juga keluarganya dan keluarga dari Riska ibu tiri Gina. Kumpulkan informasi sebanyak - banyaknya jangan sampai ada yang terlewat"

"Baik Kak, akan segera saya kerjakan" jawab Hendri dengan cepat sebelum meninggalkan ruangan Yudha

"Akan tiba saatnya aku membantumu memulai permainan"

avataravatar
Next chapter