8 MAKAN MALAM YANG MENYEDIHKAN I

MAKAN MALAM YANG MENYEDIHKAN I

Keesokan harinya Gina berangkat kerja seperti biasa. Namun. hari ini wajahnya terlihat lesu

"Mba Gina, apa mba baik - baik saja? Mba Gina tidak terlihat seperti biasanya" tanya Risti ketika melihat Gina yang termenung di meja kerjanya

"Aku baik - baik saja"

Gina tersenyum tipis kepada Risti. Semalam dia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena teringat akan masa lalunya yang begitu pahit.

Hari ini Gina terus saja termenung memikirkan makan malamnya. Apakah hari ini akan berakhir baik atau buruk? Apakah ayahnya benar - benar sudah menerima dia kembali atau tidak? Pikiran itu terus memenuhi otak Gina.

Hingga tak terasa waktu bergulir begitu cepat. Tiba saatnya dia pulang dan pergi kerumah lamanya untuk menemui papa yang 3 tahun lalu telah mengusirnya pergi dari rumah. Gina pulang ke apartemen terlebih dahulu untuk bersiap. Karena wajahnya terlihat pucat, jadi dia memutuskan untuk sedikit berias.

Gina berjalan meninggalkan apartemennya dan menunggu taksi yang lewat. Dia memutuskan untuk tidak membawa mobil karena merasa kondisinya sedang tidak baik. Sepanjang jalan Gina merasa begitu gugup. Dia senang bercampur takut. Senang jika memang ayahnya telah memutuskan untuk menerimanya kembali dan dia merasa takut jika memang ini adalah jebakan yang dibuat Siska juga ibunya untuknya. Tapi dia tidak akan menemukan jawabannya jika dia tidak pergi sendiri

Jalanan sore hari dipadati mobil yang hilir mudik setelah aktifitas kerja disiang hari. Mungkin mereka berkendara untuk pulang kerumah atau menikmati waktu sore setelah bekerja. Lampu jalan mulai menerangi mobil yang berlalu lalang. Gina menatap kosong keluar jendela dimana mobil berlalu silih berganti. Hingga tanpa disadarinya taksi yang dia tumpangi telah berhenti disebuah rumah besar berlantai 2 milik keluarga Atmaja

"Nona, kita sudah sampai!"

Suara supir taksi menyandarkannya dari lamunan. Gina membayar ongkos taksi dan keluar dari mobil

"Terimakasih" kata Gina ketika hendak keluar dari mobil

Dia berdiri cukup lama menatap bangunan megah dihadapannya. Semua kenangan masa lalunya mulai terbayang diotaknya. Bagaikan sebuah alat pemutar Vidio, otaknya menampilkan semuanya dengan sangat jelas.

Dag dig dug dag dig dug

Jantungnya berdetak dengan sangat kencang, mengiringi langkah kakinya menuju rumah yang hampir 3 tahun dia tinggalkan. Derai air mata ikut membasahi pipinya

"Gina, kamu harus kuat. Aku yakin papa mengundang mu karena dia ingin menerima mu kembali . Dia pasti masih menyayangimu. Tidak mungkin seorang papa akan terus membenci putri kandungnya sendiri" Gina menyemangati dirinya sendiri begitu dia berdiri dihadapan pintu

Setelah menghapus air matanya dan menarik napas panjang Gina menekan bel rumah

Ting nong ting nong ting nong

Ceklek

Tak berapa lama dibukalah pintu rumah dan terlihatlah Siska yang berdiri di balik pintu

"Gina akhirnya kamu mau pulang kerumah ini. Ayo, masuklah" kata Siska dengan begitu antusias..

Gina masuk ke dalam dan terlihat Riko dan Riska yang sedang duduk di ruang tamu, memandangnya dengan tatapan yang merendahkan sedangkan sang ayah tidak terlihat disana

"Dimana papa?" kata Gina dengan nada yang dingin

"Papa masih berada dikamarnya, sebentar lagi papa pasti turun kok"

Siska mendekatkan mulutnya ke telinga Gina dan mulai berbisik

"Kamu pikir, papa sudah memaafkan mu? Aku mengundang mu datang kemari, karena aku ingin melihat bagaimana reaksi papa sekarang jika dia melihatmu. Apakah kebenciannya padamu masih sama seperti dulu, atau tidak?" bisik Siska dengan senyum liciknya, Gina yang terkejut langsung menoleh pada Siska dan menatapnya dengan tatapan yang penuh kebencian

"Apa maksudmu?" kata Gina dengan mengernyitkan dahi

"Benar, aku yang mengundangmu karena aku ingin kamu melihat perhatian dan kasih sayang papa serta Riko padaku. Mereka sama sekali tidak menyesal atau merasa bersalah terhadapmu! Jadi aku ingin kamu sadar, meskipun 3 tahun itu waktu yang cukup lama, tapi rasa kecewa mereka padamu tidak pernah berkurang sama sekali"

Tak lama Papa Budi terlihat menuruni tangga, dia menatap tajam pada Gina

"Itu papa! Papa lihatlah Gina sudah ada disini. Dia sangat merindukan papa"

Siska begitu antusias, kedua tangannya diletakkan pada pundak Gina seakan ingin menunjukkan pada papanya kalau dia saudara yang baik. Tanpa diketahui, tangan Siska mencengkeram pundak Gina dengan sangat kuat, hingga Gina meringis kesakitan.

Gina yang merasakan sakit pada pundaknya karena kuku Siska yang tertancap, akhirnya berbalik dengan cepat untuk melepas genggaman tangan Siska pada pundaknya

"Gina! Apa yang kamu lakukan? Siska sudah bersikap baik padamu. Tapi kamu menghempaskan tangannya seperti itu"

"Sudahlah Riko aku tidak kenapa -kenapa" kata Siska dengan wajah yang sudah kembali pada mode polos

"Cih, perempuan ular sepertimu memang cocok dengan pria tak tahu diri. Pasangan yang memalukan"balas Gina dengan tersenyum mencibir

"Sudahlah! Ayo kita ke meja makan" kata papa Budi dengan nada yang dingin berusaha tidak peduli.

Mereka pun berjalan menuju ruang makan.

Meja makan disana berbentuk persegi panjang. Papa Budi duduk di kursi kepala, disebelah kanannya Riska, dan sebelah kirinya Riko , kemudian Siska barulah Gina disebelah Siska.

Beraneka ragam makanan yang tersaji di meja makan. Mulai dari udang goreng, sapi panggang, sayuran yang ditumis hingga sup. Karena Gina alergi seafood, jadi dia mengambil daging sapi yang dipanggang dan sayuran yang di tumis.

"Gina cobalah sup ini. Ini enak sekali. Hati - hati masih panas"

"Ahhh!" pekik Gina yang langsung berdiri setelah sup yang masih panas itu tumpah mengenai tangan dan juga baju Gina

"Maaf Gina, aku tidak sengaja"

Siska ikut berdiri dan mencoba membersihkannya dengan tisu yang ada di atas meja

"Lepaskan!"

"Aku benar - benar minta maaf, biar aku bersihkan"

"Sudah ku bilang lepaskan!"

"Ahh!"

Gina menghempaskan tangan Siska dengan keras sehingga hampir terjatuh dan ditahan oleh Riko

"Gina. apa yang kamu lakukan? Siska sudah meminta maaf dan mencoba membersihkannya. Tapi kamu malah bersikap seperti itu?" teriak Riska yang mencoba memprovokasi

"Aku sudah bilang padanya untuk melepasnya karena aku bisa melakukannya sendiri" jawab Gina acuh tak acuh sambil menggenggam tangannya yang tersiram

"Kamu sama sekali tidsk menyesalinya? Minta maaf pada Siska!" kata Riska yang semakin emosi

"Aku sudah memperingatinya sebelumnya. Dia saja yang tidak mendengarkan ku"

" Pa lihatlah anak mu ini. Apa pantas dia bersikap seperti itu? Bukannya minta maaf, tapi dia tidak merasa bersalah sama sekali" keluh Riska kepada papa Budi

"Sudah kukatakan sebelumnya tidak perlu mengundang dia untuk makan malam disini. Sekarang lihatlah, dia malah membuat keributan!" kata papa Budi yang mulai tersulut emosi

"Sini kamu! Kamu masih belum jera dengan hanya di usir dari sini. Kamu harus ku beri pelajaran agar tidak lagi berani menyakiti Siska lagi!" Budi menarik paksa Gina

"Lepaskan! Lepaskan aku!"

avataravatar
Next chapter