35 DILARANG UNTUK MENOLAK PEMBERIAN APAPUN DARIKU

Setelah selesai makan, Yudha benar - benar menemani Gina ke salon. Dia duduk di sofa sambil membaca majalah atau sesekali memainkan ponselnya. Yudha tidak mengeluh meskipun waktu yang Gina habiskan untuk melakukan perawatan cukup lama, dia menunggu dengan sabar dan

terus memperhatikan Gina. Karyawan salon tentu saja menikmati wajah Yudha

sebagai cara mereka mencuci mata. Sekali lagi itu membuat Gian tidak suka

"Ada apa denganku? Kenapa aku merasa kesal setiap kali melihat gadis lain memperhatian Yudha terus menerus? Aku belum lama mengenalnya, dan lagi pernikahan kami tidak didasari rasa cinta

sebelumnya. Apa sekarang aku telah menempatkan dia dihatiku? Ah entahlah. Aku

pusing jika harus memiikirkan itu!" pikir gina sambil menatap Yudha dari kaca dihadapannya

"Nyonya, jika kamu ingin memperhatikan wajah suami mu ini, maka lihatlah dengan benar. Kamu tidak harus curi - curi pandang dariku"

Yudha sedikit melirik pada Gina disela kegiatannya membaca majalah

"Rasa percaya diri anda sungguh terlalu tinggi tuan. Aku tidak memperhatikanmu sama sekali"

Gina mengalihkan pandangannya dari Yudha

"Berhentilah menyangkal nyonya. Kamu tidak perlu malu mengakui kalau kamu juga terpesona padaku"

"Terserah padamu saja. Setelah ini kita akan pergi kemana lagi?" tanya Gina yang telah hampir selesai dengan perawatan tubuhnya

"Setelah ini kita akan pergi ke toko pakaian"

"Jangan bilang kalau kamu akan membelikanku baju baru lagi? Tuan, baju baru yang kamu belikan sebelumnya belum aku pakai semua"

"Tidak masalah, lagi pula jika kita membeli baju barupun itu tidak akan kadaluwarsa sampai kapanpun"

"Memang benar, tapi lemariku sudah penuh dengan baju yang telah kamu kirimkan dari butik"

"Kalau begitu kita juga harus membeli lemari pakaian yang baru juga untukmu"

"Fyuuuh susah sekali jika harus bicara denganmu"

Gina menarik nafas kasar karena tidak tahu harus mengatakan apalagi pada Yudha

"Kalau begitu kamu cukup menuruti semua yang aku katakan tanpa bantahan sama sekali, karena kamu tidak akan bisa menolak apa yang aku berikan padamu"

"Ya ya ya, aku mengaku kalah jika harus terus beradu argumen denganmu. Kamu memang paling handal dalam memutar balikan setiap perkataanku"

"Sudah, berhenti mengeluh! Sekarang kita segera pergi ke toko pakaian"

Pasangan itu kembali bergandengan tangan menuju toko pakaian. Disana terdapat pakaian wanita dan juga pria dengan merk yang cukup terkenal dan tentu saja dengan harga yang mahal. Banyak sosialita yang juga sedang belanja disana dan terus berbisik memperhatikan Yudha

"Tuan, apa kita harus belanja disini? Setelan pakaian disini sangat mahal sekali. Kenapa tidak mencari ditempat lain saja?"

Gina sedikit menarik baju Yudha dan berbicara dengan berbisik padanya

"Nyonya, kamu ini putri dari keluarga Atmaja, tapi bagaimana mungkin harga pakaian di toko ini tergolong sangat mahal menurutmu?"

"Tuan, aku tidak seperti mu yang menghasilkan banyak uang dan bisa membeli semua sesuai dengan keinginanmu sendiri. Aku hanyalah karyawan biasa diperusahaan milik mu"

"Ah, kau benar. Aku lupa akan hal itu. Lupakan, tidak usah dibahas lagi. Sekarang pilihlah baju yang sesuai dengan seleramu"

"Aku tidak tahu harus memilih baju yang mana, semua sangat cantik dan aku suka"

Gina kebingungan setelah melihat - lihat baju didalam butik

"Kalau begitu aku yang akan memilihkannnya untukmu. Kamu tidak boleh menolak apa yang menurutku cantik"

Yudha tersenyum lembut berkata pada Gina, entah apa yang ada dalam pikirannya. Gina pun tidak tahu maksud dari perkataan Yudha. Gina baru sadar setelah Yudha memanggil pelayan toko kehadapannya

"Kenapa dia malah memanggil pelayan toko? bukannya memanggilku untuk mencoba baju yang dipilihkan"

"Tolong bungkus semua pakaian model terbaru dtoko ini. Tapi jangan yang terlalu terbuka ya"

"Appaa??!!!"

Gina dan karyawan itu terdiam dengan mulut menganga karena terkejut

"Baik tuan akan saya ambilkan semuanya"

Pelayan itu tentu saja berbalik dengan riang gembira, lain halnya dengan Gina yang masih terkejut tak percaya

"Tidak perlu memebeli semuanya! Lagi pula tidak mungkin jika aku dapat memakainya semua"

"Aku sudah bilamg kalau kamu dilarang untuk menolak pemberian apapun dariku"

Yudha dan Gina berakhir pulang dengan banyak tas belanjaan yang berisi pakaian Gina dan Yudha

"Terimakasih. Silahkan datang kembali!"

Para karyawan toko bersikap ramah juga melayani Gina dan Yudha dengan sangat baik. Mereka terus memasang senyum ketika pasangan itu meninggalkan toko. Lain halnya dengan Gina, dia terus saja memasang wajah cemberut sebagai bentuk protesnya pada Yudha

"Sampai kapan kamu akan memasang wajah jelek seperti itu?"

Yudha tersenyum mengejek setelah mereka masuk ke dalam mobil dan berkendara menuju rumah mereka

"Kenapa kamu harus membeli begitu banyak baju? Kan baju sebanyak ini sungguh sangat disayangkan. Kita juga tidak mungkin memakai semua pakaian ini dalam waktu dekat"

Gina terus saja mengomeli Yudha sepanjang perjalanan pulang Yudha hanya diam tanpa menanggapi ocehan Gina

"Kita sudah sampai nyonya. Silahkan!"

Yudha membukakan pintiu mobil untuk GIna, tapi wajah kesal masih terlihat di wajah Gina. Dia menyambut uluran tangan Yudha tanpa senyum sama sekali

"Dia marah seperti anak kecil saja!" gumam Yudha sambil menatap Gian yang telah berjalan masuk lebih dulu.

Yudha mengikuti langkah istrinya dari belakang. Dia berjslsn dengan penuh wibawa. Tenang dan berkharisma, itulah Yudha. Gina langsung melangkah masuk menuju kamarnya meninggalkan Yudha yang masih dibelakang

"Apa - apaan dia? Seperti anak kecil saja? Untuk apa juga dia harus membeli baju sebanyak itu, apa hanya karena ingin dilihat hebat oleh para wanita yang terpesona dengan hartanya itu? Menyebalkan sekali!"

"Apa kamu masih marah padaku? Nyonya, ini hanya masalah kecil, bagaimana kamu bisa semarah itu kepadaku?"

Yudha mencoba membujuk Gina yang masih marah hingga sore hari

"Kenapa kamu harus membeli baju sebanyak itu? Apa kamu senang menarik perhatian para wanita itu, huh?"

Gina memalingkan wajah dari Yudha. Yudha terkejut dengan apa yang Gina katakan

"Jadi dia marah bukan karena aku membeli banyak baju? Melainkan karena para wanita disana memperhatikan ku selama kami memilih pakaian?"

avataravatar
Next chapter