36 NYONYA, JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN MEREKA

Yudha tak kuasa menahan senyum dan melihat sikap Gina yang saat ini sungguh menggemaskan. Bukan karena istrinya itu marah, melainkan karena ini menandakan kalau Gina mulai merasa cemburu pada Yudha. Entah kenapa Yudha merasa senang dengan sikap yang ditunjukkan sang istri. Apa karena dia sudah menautkan hatinya pada sang istri?

"Nyonya, aku ini suami mu. Meskipun banyak wanita memperhatikan aku, tapi tetap saja mereka tidak dapat bersama denganku. Karena sekarang ini aku telah menjadi milikmu!"

Yudha memeluk Gina dari belakang dengan dagunya dipundak Gina dan berbisik lembut kepadanya. Apa yang Yudha katakan berhasil menarik perhatian Gina padanya. Gina sedikit menoleh pada Yudha

"Maksudmu?"

Gina meminta penjelasan dari apa yang Yudha katakan

"Sebelumnya kita tidak saling mengenal, tapi apa kamu tahu kenapa aku menerima begitu saja ketika kakek dan nenek kita hendak menjodohkan kita?"

Gina menggelengkan kepala perlahan dan tatapan matanya terlihat begitu polos

"Karena sebelum kita bertemu dalam kencan buta yang diatur kakek dan nenek kita, aku sudah pernah melihat mu sekali ketika aku baru saja tiba dinegara ini. Entah kenapa aku merasa kalau kamu itu sungguh mengagumkan. Saat itu aku berharap kalau kita dapat bertemu lagi. Dan ternyata Tuhan kembali mempertemukan kita dalam kencan buta itu. Saat itu aku berjanji pada diriku sendiri kalau aku tidak akan pernah melepaskanmu begitu saja. Bagaimanapun, aku akan mempertahankanmu disampingku"

Suara Yudha terdengar sangat lembut dan hangat hingga menyeruak ke dalam hati Gina. Gina merasa tersentuh dengan apa yang telah Yudha katakan kepadanya. Telah bertahun - tahun hatinya terasa kosong dan hampa setelah hubungannya dan Riko berakhir. Gina tidak pernah berani untuk kembali membuka hatinya untuk pria, namun saat ini,, ketulusan yang dia rasakan dari Yudha, mau tidak mau kembali membuka hati Gina untuk menyimpan rasa pada pria yang sedang memeluknya ini. Terlebih lagi, kini pria yang selalu menenangkan hatinya ini,,, adalah suaminya sendiri.

"Kenapa kamu bisa memiliki rasa pada wanita sepertiku? Aku yakin sebelumnya pasti banyak gadis yang ingin menjadi kekasihmu terlebih menjadi istrimu. Kenapa kamu memilihku? sedangkan pria yang lebih lama mengenalku saja tidak percaya padaku dan mengatakan kalau aku adalah wanita yang jahat. Kenapa justru kamu yang baru mengenalku malah lebih percaya padaku?"

Gina berbalik menatap Yudha dengan mata yang berkaca - kaca. Yudha dengan senyum lembut menjawab pertanyaan Gina

"Nyonya, jangan samakan aku dengan mereka! Mereka tidak pandai menilai orang. Mereka hanya bisa menilai penampilan hanya dari luarnya saja, jadi mereka tidak tahu bagaiamana isi didalamnya. Sedangkan aku ini adalah orang yanag pandai menilai. Sebuah batu hitam yang keras dari luar bisa saja didalamnya merupakan permata. Benturan tempo hari itu tidak membuat otakmu ini berhenti bekerja kan? Sehingga kamu tidak mengerti arti dari kata - kataku?"

Gina yang menitikan air mata seketika berhenti ketika Yudha mengatakan itu

"Tuan, sebenarnya kamu bisa menghibur hati seorang wanita atau tidak sih?" Gina berkata dengan nada yang kesal

"Hahaha nyonya jika aku mengatakan kata - kata manis saat kamu menangis, maka tangisanmu itu tidak akan pernah berhenti. Lagipula aku bukan tipe orang yang selalu menghibur dengan kebohongan hanya untuk menenangkan hati orang lain"

"Haah, terserah padamu saja! Aku lelah, aku mau berendam air hangat setelah itu tidur"

Gina hendak meninggalkan Yudha namun

"Ah!! Apa yang kamu lakukan? Turunkan aku!"

"Bukankah kamu sangat lelah? Aku membantu mu untuk pergi ke kamar mandi"

Yudha mengangkat Gina dengan senyum menggoda. Hari ini mereka telah menyadari perasaan diantara mereka masing - masing. Waktu perkenalan yang singkat tidak jadi masalah atas tumbuhnya rasa sayang diatara mereka

Keesokan harinya Gina bangun dengan suasan hati yang berbunga - bunga karena kini dia dan Yudha telah mengambangkan hubungan diantara mereka berdua

"Kamu sudah bangun sayang?"

Suara Yudha yang sedikit berat tapi seksi membuat Gina menoleh kearahnya. Yudha yang baru selesai mandi terlihat begitu tampan. Rambut yang masih basah dan sedikit meneteskan air diwajah, serta jubah handuk yang sedikit menunjukkan bagian otot dadanya yang bidang membuat Gina menatapnya tanpa berkedip, terlebih kata sayang yang dia ucapkan terdengar bagaikam sihir yang mengambil kesadarannya.HIngga dia tidak menyadari kalau Yudha telah berjalan mendekat ke arahnya dan duduk tepat di hadapannya

"Apa kamu begitu mengagumi ku, hingga kamu tidak mengedipkan mata begitu melihatku? Atau kamu begitu terpesona dengan dadaku, hingga kamu tidak mengedipkan mata melihatnya? Bukankah kamu sudah melihat bagian tubuhku yang lain, yang sangat di inginkan oleh semua wanita?"

"Aku mau pergi mandi. Aahhhh!!"

Wajah Gina berubah menjadi sangat merah sekarang. Dia berusaha meninggalkan Yudha karena dia merasa sangat malu mendegar apa yang Yudha katakan. Namun Yudha kembali menarik tangan Gina yang hendak berlari dari tempat tidurnya, hingga dia terjatuh lagi ke tempat tidur. Lebih tepatnya Yudha menarik Gina hingga dia kini berada di atas tubuh Yudha

"Kenapa wajahmu menjadi sangat merah? Apa kamu merasa malu kepadaku? Bukankah aku juga telah melihat semua bagian tubuhmu? Bahkan melakukan hubungan yang belum pernah kamu lakukan bersama orang lain?"

Yudha menyeringai, dia merasa puas telah menggoda Gina hingga dia merasa gugup

"Kamu apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu sekarang memanggilku dengan sebutan sayang?"

Gina terbata karena merasa gugup. Entah kenapa dia seperti ini?

"Apa salahnya? Lagipula kita suami istri dan kita juga telah mengakui perasaan kita masing - masing. Ku kira tidak masalah dengan sebutan apa aku memanggilmu"

"Baiklah. Sudah hentikan, sekarang aku akan mandi dan kita akan pergi kekantor bersama"

"Hmmm, baiklah cepat mandi sana"

Yudha melepaskan tangannya yang melingkar dipinggang Gina dan membiarkannya berjalan pergi menuju lemari pakaian. Gina mengambilkan pakaian untuk Yudha terlebih dahulu

"Ini pakaianmu"

Gina meletakkannya di samping Yudha, setelah itu barulah dia mengambil pakaian untuknya dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah selesai, Gina keluar dengan pakaian kantor yang tadi diambilnya, Yudha belum mengenakan dasinya, karena dia akan membiarkan Gina yang melakukannya

"Sepertinya persiapan pesta akan selesai hari ini. Karena besok malam pestanya akan digelar" Yudha berkata pada Gina yang kini sedang memakaikan dasinya

"Semoga pestanya berjalan dengan lancar" jawab Gina yang telah selesai memasangkan dasi Yudha.

Setelah mereka selesai bersiap, pasangan ini berjalan ke meja makan bersama dengan sebelah tangan Yudha melingkar dinahu sang istri. Gina membawa 2 tas kerja ditangannya. 1 miliknya dan 1 lagi milik sang suami. Kini Yudha dan Gina tidak segan menunjukkan kemesraan diantara mereka berdua. Bi Ani dan Lina saling memandang dan tersenyum melihat

"Kamu naik mobilku saja. Jadi tidak udah membawa mobil sendiri" kata Yudha sambil menyeruput kopi yang telah disiapkan untuknya.

Gina hanya menganggukkan kepala dan tersenyum

"Biarkan aku yang mengemudi"

Gina mengulurkan sebelah tangannya meminta kunci mobil dari Yudha

"Ya sudah, ini!"

Gina tersenyum dan berjalan ke kursi kemudi. Mereka menyuduri jalanan pagi yang mulai dipadati oleh kendaraan. Gina dan Yudha tiba dikantor setelah menempuh perjalanan sekitar kurang lebih 30 menit dari dari kediaman Yudha. Mereka tidak berjalan bersama karena Gina tidka ingin menjadi bahan pembicaraan semua karyawan di kantor. Gina berjalan masuk lebih dulu. Dia cukup terkejut karena loby kantor di penuhi karyawan yang berkerumun.

"Apa yang terjadi? Kenapa mereka berkumpul disana? Sebenarnya siapa yang datang?"

avataravatar
Next chapter