"Kok diam? Kenapa?" sambung Bu Yeni penuh penekanan.
Sabrina memberanikan diri menjawab pertanyaan calon mertuanya. "Ada kesalahan dengan adik saya," jawab Sabrina singkat. Ia tak bermaksud berbohong karena pada kenyataannya Cantika memang salah paham padanya. Ia sadar bahwa penjara adalah bukan hukuman yang harus ia terima.
Bu Yeni mengernyitkan dahi. "Salah paham macam apa yang membuatmu pergi dari rumah?" lanjunya dengan deretan pertanyaan yang baru.
Mungkin ini bukan makan malam yang seperti biasanya, bisa digambarkan ini seperti dalam situasi sidang yang mencerca berbagai pertanyaan dan Sabrina sebagai terdakwanya.
Degup jantung Sabrina terasa kencang, sorotan mata Bu Yeni bagai hakim di tengah perkara dan Sabrina dapat merasakan kegelisahannya.
Gadis cantik berambut lurus itu hanya tersenyum tanpa kembali menjawab pertanyaan Bu Yeni. Mulutnya kaku tak bisa mengurai kata-kata kebohongan.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com