23 Perubahan Status

Hari ini adalah hari wisuda untuk Farani.

Jam 7 pagi, Farani sudah siap untuk ke sekolah, menghadiri acara wisudanya. Ayah dan Bunda juga sudah siap. Seperti biasa, yang ketinggalan hanya Fareza. Abang Farani itu selalu saja lelet dalam bersiap-siap, apalagi alasannya kalau bukan bangun telat.

"Abang nanti nyusul aja ya?" teriakan Farani menggema.

"Oke." balas Fareza dengan teriakan juga.

Selama tiga tahun bersekolah, ini adalah hari yang sangat dinanti. Setelah wisuda ini, semua murid kelas XII akan berganti status dari siswa menjadi mahasiswa untuk mereka yang melanjutkan kuliah. SMA Beethoven sudah ramai. Orangtua murid dan sanak saudara membuat halaman depan sekolah ramai oleh manusia.

Di aula juga tak kalah ramai. Para siswi yang biasanya terlihat biasa saat di sekolah, hari ini tamping dengan full make up untuk wisuda ini. Dan para siswa yang biasanya hanya mengenakan kemeja, sebagain besar mengenakan setelan jas yang rapi. Tampknya hanya Farani yang tampil biasa saja.

"Dek, paling enggak pake lipstik gih. Biar ada warnanya." rayu Bunda, sedikit tidak percaya diri saat melihat teman-teman Farani heboh dengan dandan.

"Bunda nggak pede anaknya polosan gini? Adek nggak mau menor ah."

"Dek kok polosan?"

Baru saja Farani menutup mulut, ada suara yang sepertinya perlu mendapat ceramah karena sudah berani berkomentar tentang pemapilan Farani. Siapa lagi kalo bukan Raffi.

"Gue mau jadi beda." sambil memanyunkan mulutnya, Farani menjawab dengan percaya diri.

Raffi datang ditemana Mama dan Papa. Papa mengambil jatah cutinya selama beberapa hari demi menemani sang putra. Mama, seperti biasa terlihat cantik dengan dandanan yang soft. Tak mau kalah, Raffi juga terlihat tampan hari ini.

Bila yang lain memakai kemeja hitam, berbeda dengan Raffi. Dia mengenakan setelah berwarna biru dongker. Belum lagi dari yang dipakai berwarna pink. Terlihat menggemaskan.

"Gue keren kan?" menyadari tatapan Farani, Raffi berkata dengan percaya diri.

"Iya, dasinya cantik." puji Farani.

"Asli? Jarang lo muji orang dek." mendengar jawaban Farani, Raffi merasa tersanjung. Pujian dari Farani sangat jarang terdengar.

"Hai hai hai, Lady Lulu hadir." tak berbeda jauh dengan Farani, Lulu memakai kebaya dan tanpa make up.

Di belakang Lulu, tampak Mama dan Papanya yang juga menghadiri acara wisuda. Dari sekian banyak orang yang hadir di acara wisuda, orangtua Lulu sedikit menarik perhatian, terlebih Mama Lulu. Karena Mama Lulu bukan orang Indonesia, beliau yang bule menarik perhatian banyak orang.

Setelah saling sapa antar orangtua dan murid, para murid dan orangtua akhirnya berpisah, duduk di tempat yang telah diatur dan disediakan. Orangtua ketiga sahabat itu nampaknya duduk berdekatan.

Di luar aula SMA Beethoven.

Pihak sekolah menyediakan layar yang dihubungkan langsung dari dalam. Jadi para keluarga dan yang ingin menyaksikan acara wisuda tetapi tidak bisa masuk, bisa menyaksikan dari luar.

Disana, berdiri dua lelaki yang sama-sama mengenakan setelan jas. Keduanya memiliki tinggi yang hampir sama, perbedaannya adalah ukuran tubuh. Lelaki yang mengenakan jas berwarna abu-abu lebih berisi ketimbang lelaki disebelahnya yang memakai jas berwarna maroon.

"Kapan lo sampe?"

"Semalem."

"Sama sapa aja?"

"Sendiri."

"Ngopi dulu yuk."

Mengikuti Fareza, Sita berjalan berdampingan menuju kantin. SMA Beethoven juga merupakan SMA Fareza, jadi dia sudah tentu hapal letak kantin. Bahkan sang penjaga kantin pun masih ingat dengan wajah Fareza.

Meletakkan jasnya di kursi, Fareza lalu menggulung lengan kemejanya. "Gue minta maaf karena udah mukul lo, tapi gue tetep nggak akan ngasih ijin buat lo pacaran sama Farani."

"Sayangnya gue udah dapetin adek lo."

Percakapan yang terlihat sengit itu tak dapat dihindari. Meskipun keduanya adalah teman akrab, tapi karena tidak ada yang mau mengalah, pada akhirnya mereka menjadi tidak akur.

"Gue mau ke Samarinda setelah wisuda. Gue denger lo kerja disini?"

"Iya, perusahaan bokap butuh gue."

"Jangan buat Farani nangis." Fareza tidak menatap Sita, dia hanya mengaduk es kopi yang sedang diminumnya. "Bukan berarti gue merestui hubungan kalian." Fareza segera menambahkan.

Sita tahu, sahabatnya itu bukan orang yang jahat. Dan Sita juga memaklumi, apa yang diperbuat oleh Fareza itu untuk adik tersayangnya. Bahkan mungkin Sita juga akan berbuat hal yang sama saat Kia mempunyai pacar kelak.

"Gue usahaain." sambil tersenyum, Sita membalas.

Pukul 11.00 WIB

Seluruh rangkaian acara wisuda sudah selesai. Semua murid dan orangtua berfoto dengan hebohnya. Tak terkecuali Farani. Rere yang datang sambil membawa buket bunga tak pernah melupakan karema DLSR-nya. Dengans enang hati pula Rere mengabadikan momen terakhir adik pacarnya berada di sekolah itu.

Saat tengah membidik foto untuk Farani dan Lulu yang bergaya imut, tanpa sadar lensanya menangkap dua sosok yang familiar. Menghentikan apa yang sedang dilakukan, Rere melambai ke arah pacarnya. Seketika Farani dan Lulu menolehkan pandangan. Betapa terkejutnya Farani, melihat sosok disamping kakaknya.

"Congratulation." ucap Sita sambil menyalami Farani dan Lulu.

Jelas terlihat bahwa pipi Farani langsung merona.

"Yang dia selamatin nggak cuma lo, Fa, gue juga." Lulu tak tahan untuk tidak menggoda sahabatnya.

Raffi yang melihat kedatangan Fareza dan Sita segera menghampiri. Fareza dan Sita mengucapkan selamat atas kelulusannya. Melihat Sita, Raffi memberikan tatapan yang berbeda.

"Gue harap lo jaga Farani dengan baik." ucapan Raffi diluar dugaan.

"Kayanya gue banyak mendapat ucapan selamat." Sita menganggap apa yang diucapkan Raffi sebagai doa.

"Lo pikir lo siapa?" mendekat, Raffi kini berhadapan langsung dengan Sita tanpa ada pembatas.

"Guys, kita lagi di wisudaan adek gue. Bisa calm down aja?" Fareza berusaha melerai keduanya sebelum keadaan bertambah buruk.

Memundurkan diri, Raffi menjaga jarak aman terhadap Sita. Sambil merapikan jasnya, Raffi menjauh. Mendatangi Farani dan memberinya kecupan di pipi.

"Jangan lupa besok makan malamnya." lalu Raffi meninggalkan Farani untuk bergabung dengan orangtuanya yang sedang berbincang dengan Ayah dan Bunda Farani.

Sedikit syok dengan apa yang barusaja Raffi lakukan, Farani tidak bisa berpikir dengan jernih. 'Itu orang kesambet apa gimana?'

"Kok nggak ngabarin kalo mau kesini?" tanya Farani saat dia hanya berdua dengan Sita.

"Kejutan."

Iya, ini kejutan yang tidka pernah disangka Farani di hari wisudanya. Beberapa hari yang lalu, dia memang sudah memberitahunya bahwa hari ini akan wisuda. Dalam mimpi sekalipun, Farani tidak pernah membayangkan bahwa Sita akan kesini. Ingin rasanya Farani memeluk Sita barang sebentar, tapi itu dirasa tidak sopan. Apalagi orantuanya ada disini.

"Ayo kita makan siang dulu. Ayah udah laper nih."

Ayah dan Bunda memang sudah mengenal Sita, tapi hanya sebatas bahwa Sita adalah teman Fareza, bukan sebagai kekasih Farani. Meski begitu, Sita tetap diundang untuk makan siang bersama.

*

Raffi yang sampai di rumah lebih cepat segera masuk ke kamarnya. Bahkan dia menutup pintu kamarnya dengan kasar. Melihat kelakuan putranya yang tidak biasa, Mama merasa ada yang salah.

"Anak kamu kenapa sih Pa? Kok kayanya jengkel gitu?" tanya Mama sambil melepas sepatu hak tingginya.

"Mungkin ditolak kali." jawab Papa sekenanya.

"Samperin gih. Kalian kan jarang ngobrol."

Papa segera berjalan menuju kamar Raffi. Perlahan Papa mengetuk pintu dan masuk ke kamar. Melihat Raffi yang sedang memainkan game-nya, Papa duduk disebelah Raffi.

"Boleh Papa gabung main?"

Dengan tatapan tak percaya, Raffi menoleh, "Emang Papa bisa main yang ini?"

"Bissa dong, ini kan game balapan mobil yang itu kan. Papa kan punya juga game ini disana."

avataravatar
Next chapter