webnovel

Demi Selembar Rupiah

Debi mengambil tasnya yang ada di dalam loker. Langkah Debi berderap mendekati Lisa yang masih sibuk mengganti bajunya.

"Kamu sudah selesai?" tanya Lisa sembari mengancingkan bajunya.

"Iya, aku sudah selesai."

"Sepertinya kamu semangat banget pingin kerja di tempat baru."

"Gimana ya Lis. Demi kebutuhan, aku harus semangat dalam melakukan apapun."

"Iya, iya, aku paham kok bagaimana yang kamu rasakan."

Setelah selesai mengganti baju. Lisa segera mengambil tasnya.

"Aku sudah selesai. Ayo kita berangkat."

"Iya."

Debi dan juga Lisa melangkahkan kaki mereka berjalan keluar dari dalam ruangan. Mereka yang tengah buru-buru sampai melupakan Maya yang memperhatikan mereka sedari tadi.

"Mereka mau kemana ya! Daripada aku penasaran, mending aku ikutin saja mereka."

Maya menyambar tas miliknya, dan berjalan mengikuti Debi dan juga Lisa.

Angin malam menerpa wajah cantik Debi yang mengenakan helm. Karena perjalanan yang cukup jauh. Debi mengiyakan tawaran Lisa untuk naik motornya.

"Apa masih jauh Lisa?"

"Lumayan. Tidak lama lagi kita akan sampai kok."

"Syukurlah."

Apa yang dikatakan Lisa benar. Tidak lama Debi memboncengnya. Motor yang mereka naiki pun sudah berhenti di parkiran.

"Ayo turun."

"Iya."

Debi berjalan turun dari motor. Saat itu Debi langsung mengedarkan pandangannya. Ada banyak sekali pengunjung yang keluar masuk ke dalam sebuah bangunan, yang mungkin itu lah yang dinamakan club malam. Maklumlah Debi tidak paham, karena ini pertama kalinya Debi datang ke tempat itu.

"Ayo masuk. Tadi aku sudah menghubungi temanku kalau kita akan datang, dan sepertinya temanku sudah mengabarkan hal itu kepada bosnya."

"Iya."

Debi melangkahkan kakinya bersama Lisa. Saat langkah Debi sampai di depan pintu. Saat itu ada keraguan terbesit di hati Debi. Melihat tempat yang seperti ini. Debi merasa enggan untuk bekerja di sini.

"Tidak Debi, kamu harus bisa. Ini demi kelangsungan hidup kamu," bisiknya.

"Kenapa kamu berhenti? Kamu masih ragu?"

Debi tidak menjawab. Sejujurnya melihat orang-orang yang keluar masuk dari dalam club itu dengan keadaan mabuk. Debi merasa ini bukan tempat dia seharusnya.

"Kalau kamu masih ragu. Lebih baik kamu urungkan niat kamu untuk bekerja di sini."

"Tidak kok Lisa. Aku sudah yakin untuk bekerja di sini."

"Tapi aku melihatnya......."

"Tidak apa-apa. Ayo masuk."

"Baiklah."

Debi dan juga Lisa melangkahkan kakinya kembali.

Debi menutup telinganya saat musik yang sangat keras memekakkan telinganya. Jika tidak butuh pekerjaan. Rasanya Debi ingin segera keluar dari dalam sana. Ditambah lagi. Di sana ada banyak sekali pemandangan yang tidak mengenakkan mata Debi.

"Kamu pasti bisa Debi. Semangat," bisiknya menyemangati diri.

"Lisa, mana teman kamu?"

"Sabar. Sebentar lagi dia akan nyamperin kita."

Tap tap tap

Tidak lama Debi dan Lisa berdiri di dalam sana. Seorang wanita cantik yang berpakaian serba minim berjalan mendekati Debi dan juga Lisa.

"Ini teman kamu yang kamu maksud itu Lisa?"

"Iya, Renata. Ini Debi, dia temanku yang aku maksud waktu itu."

"Aku sudah memberitahu bosku. Dan beliau bilang teman kamu langsung diterima di sini. Dia bisa langsung bekerja malam ini juga."

"Bagaimana? Apakah kamu sudah siap untuk bekerja malam ini?"

"Jika memang aku sudah diterima. Sepertinya tidak apa-apa jika malam ini aku langsung bekerja."

"Kalau kamu memang sudah siap. Aku akan mengantarkan kamu untuk mengganti baju kamu."

"Sebelum aku pulang. Aku mau minta tolong sama kamu untuk menjaga temanku."

"Tenang saja, Lisa. Aku akan menjaga teman kamu."

"Baiklah, aku percaya sama kamu."

Lisa mengalihkan pandangannya, dan melihat Debi yang masih berdiri di sampingnya.

"Karena aku sudah selesai mengantarkan kamu. Aku pulang dulu ya Deb?"

"Iya Lisa, terima kasih."

"Iya, sama-sama."

"Ya sudah, aku pulang dulu. Sukses untuk malam ini."

Lisa melangkahkan kakinya berjalan keluar dari dalam club.

"Ayo ikut aku."

"Iya."

Debi melangkahkan kakinya berjalan mengikuti Renata yang entah akan membawanya kemana.

"Ini baju kerja kamu. Kamu bisa menggantinya sekarang. Aku akan menunggu di luar."

Renata memberikan seragam yang mirip dengannya kepada Debi.

"Iya, terima kasih."

"Iya, sama-sama. Jangan lama-lama ya! Biar kamu bisa cepat bekerja."

"Iya."

Renata berjalan keluar dari dalam ruangan, meninggalkan Debi yang terus fokus pandangannya pada seragam di tangannya.

"Masak aku harus pakek baju kayak gini sih?"

Debi melihat baju yang ia tenteng di kedua tangannya. Debi belum pernah memakai baju seperti itu, dan sekarang Debi harus memakainya demi sebuah rupiah.

"Ya Tuhan, gini amat mau dapat selembar rupiah. Oke Debi, tidak apa-apa. Kamu tetap harus semangat."

Setelah meyakinkan dirinya. Debi mengenakan baju itu.

Pandangan Debi tidak teralihkan dari cermin. Dari dalam cermin. Debi bisa melihat pantulan dirinya. Sungguh Debi merasa tidak nyaman menggunakan baju itu. Yah, baju yang serba minim dan kurang bahan itu memperlihatkan sebagian tubuh Debi yang selalu ia tutup.

"Ya Tuhan, apakah aku harus mengenakan baju ini?"

Tok tok tok

"Debi, kamu sudah selesai belum?"

"Eh, iya Kak Renata. Aku sudah selesai kok."

"Kalau begitu cepat keluar. Ada banyak pelanggan yang harus kita layani."

"Iya kak."

Debi membuka pintu ruangan, dan melangkahkan kakinya berjalan keluar dari dalam sana.

"Kamu sudah siap kan?"

"Iya Kak."

"Kalau begitu kita mulai bekerja. Aku akan mengajari kamu bekerja di sini, kalau kamu sudah bisa. Aku akan melepaskan kamu sendiri."

"Iya Kak."

Debi melangkahkan kakinya berjalan mengikuti Renata.

Pandangan Renata terus tertuju pada Renata yang saat ini tengah melayani tamu yang datang. Debi bisa melihat Renata terlihat begitu cekatan dan juga profesional. Mungkin Renata salah satu karyawan lama di tempat ini. Debi melihat Renata tersenyum sebelum akhirnya dia berjalan mendekatinya.

"Nah, caranya seperti itu. Kamu hanya perlu tersenyum dan mengantarkan minuman yang pengunjung pesan. Bagaimana? Apakah kamu sudah bisa?"

"Iya Kak, saya bisa kok."

"Kalau kerja kamu bagus. Kamu akan mendapatkan gaji tambahan."

"Iya Kak, saya akan mengusahakannya."

"Iya, aku tinggal dulu ya! Nanti kalau ada apa-apa kamu bisa mencariku."

"Iya Kak Renata. Terima kasih banyak ya!"

"Iya, sama-sama."

Renata pun pergi meninggalkan Debi seorang diri.

Huh, Debi menghela nafas panjang sebelum akhirnya Debi memulai pekerjaannya.

Seperti yang diajarkan Renata. Debi mulai mempraktekkannya kepada pelanggan yang baru saja datang. Seperti biasa, Debi menawarkan pesanan yang ingin mereka pesan. Tidak ketinggalan juga, Debi tersenyum dengan manisnya.

Maya yang sedari tadi menunggu diluar merasa penasaran saat ia mendapati Lisa berjalan keluar sendiri dari dalam sana.

"Di mana si anak haram yang masuk bareng sama Lisa tadi ya? Apa dia masih tertinggal di dalam sana?"

Maya merasa penasaran. Dia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam sana. Yah, siapa tahu dia mendapatkan informasi baru yang bisa dia jadikan bahan pembicaraan.