Bagaimana kondisi hati Naya tidak karuan, jarak mereka sangat dekat. Hanya Mauren yang menjadi penghalang diantara mereka.
Karena kondisi hati Naya semakin berdebar, ia mendorong tubuh Seno dengan handohone-nya secara perlahan. Seno yang didorong paham akan hal itu, ia pun sedikit menyembunyikan senyumnya.
"Mau masuk atau kamu akan terlambat untuk acaramu itu?!" Tanya Seno memastikan.
Naya berpikir keras. Di satu sisi Naya tidak mau memberikan peluang kepada Seno untuk masuk ke kehidupannya setelah mempergunakan kekhawatirannya itu, tapi di sisi lain Jack--asisten sekaligus panitia lomba Rebmo group–bisa marah besar jika dirinya tidak datang ke acara tehnikal meeting yang sebentar lagi dilaksanakan.
"Tidak ada syarat lain?!" Tanya Naya penuh pengintaian.
"Maksudmu?!" Tanya Seno balik.
"Emm, maksudnya kamu gak akan mempergunakan kekhawatiranku ini, 'kan?! Aku khawatir aja jika nanti kamu malah menagih balasan dari setiap kebaikanmu itu." Jelasnya.
Seno terkekeh, ia menyilangkan kedua tangannya sambil berbalik membelakangi Naya. "Kamu tidak perlu khawatir soal itu. Aku tidak akan mempermasalahkan atau pun menagihnya sedikitpun kepadamu. Aku tulus melakukan ini, karena prioritasku sekarang adalah kamu, Naya!" Seno kembali membalikkan tubuhnya agar menghadap ke arah Naya.
Ungkapan Seno barusan membuat jantung Naya semakin berdebar, pantas saja Seno berani menunda pemberangkatan ke luar kota hanya untuk menghampiri dan membantu Naya. Tapi Naya berusaha untuk tidak terlalu percaya dengan ucapan Seno barusan. Ia masih meyakini di dalam hatinya jika Seno masih memiliki banyak wanita.
"Jadi gimana? Mau tetap berdiri di sini dan digoda banyak pria buncit berkalung besi? Atau ikut bersamaku, dan aku akan mengantarkanmu hingga depan gedung acaramu?! Pilihan ada di tanganmu, pilihlah sebijak mungkin!" Tatapan Seno menusuk hingga Naya bisa menemukan pilihannya dengan cepat.
"Baiklah, aku akan ikut. Dengan syarat tadi, aku gak mau kamu nagih kebaikanmu lagi kepadaku." Pungkas Naya yang langsung direspon oleh senyuman Seno yang menyungging.
Sejak tadi pak Rim terus menyembunyikan tawanya ketika melihat obrolan Seno dan Naya. Sampai-sampai ia mengirimkan short video obrolan mereka kepada bi Nami dan yang lainnya. Ini sungguh menjadi berita baik bagi Bi Nami dan Security lainnya. Beberapa kali pak Rim memukul setir mobil karena rasa bahagianya yang terus membuncah.
"Meskipun Neng Naya sering marah-marah sama tuan Seno, tapi gak papa. Yang penting tuan Seno selalu berhasil membuat neng Naya ada di dekatnya. Tuan Seno pun selalu berusaha untuk membantu Naya, padahal sebelumnya pertengkaran mereka tentang cobek sangat panas. Kepanasan itu membuat bumbu-bumbu cinta merekah, asiiik!!" Pak Rim kegirangan di dalam mobil sebelum Seno dan Naya masuk ke dalamnya.
Setelah mereka berdua ada di dalam, pak Rim kembali terdiam dan mulai melajukan mobilnya.
"Arahkan mobilnya ke gedung Wish!" Titah Seno yang langsung diangguki oleh pak Rim.
Di dalam mobil, Seno terus melirik ke arah Mauren. Sehingga Naya menatapnya sinis karena tak suka adiknya dilihat seperti itu oleh Seno.
"Ngapain?" Tanya Naya geram.
Seno tak menjawab, ia hanya menggeleng dengan cool.
"Ngapain?!" Suara Naya bertambah tinggi, membuat pak Rim menggeleng kaget dan sedikit melirik dari spion dalam yang ada di atas bagian tengah.
"Enggak ngapa-ngapain, Nay! Hanya ingin mencoba menggendong Mauren." Jawabnya masih dengan nada cool.
"Panggil Naya! Bukan Nay. Bisa?!" Naya semakin geram. Entah kenapa jika bersama Seno bawaannya ingin marah dan selalu kesal. Padahal Seno tidak terlalu salah dan tidak menjadi pria pecundang yang layak dimarahi.
Pak Rim mengangkat senyumnya ketika mendengar Naya ngamuk. Tapi senyuman itu berubah seketika ketika Seno mengulang panggilan Naya dengan nada yang tinggi.
"Enggak ngapa-ngapain, Naya! Hanya ingin mencoba menggendong Mauren." Seno mengulangi.
Akhirnya Naya memberikan Mauren kepada Seno sebelum mereka sampai di tempat tujuan.
Seno sempat terkejut dengan Naya yang langsung memberikan Mauren ke pangkuannya. Sungguh diluar dugaan, jauh dari sangkaannya.
"Beneran ini?!" Seno memastikan.
"Iya dong. Aku mau Mauren mengenal orang-orang yang pernah membantu kakaknya, meskipun sebelumnya kenal dengan cara yang tidak baik." Ucap Naya yang tiba-tiba berubah sikap dari sikap awalnya yang jelas-jelas ngamuk dan kesal terhadap Seno.
Perubahan sikap itu membuat Seno keheranan. Ia benar-benar tidak mengerti sikap asli yang dimiliki Naya. Dengan itu ia meyakini dirinya sendiri untuk selalu bisa dekat dengan Naya dan bisa mengetahui sikap aslinya.
Berbeda dengan suasana hati Seno yang sedang kebingungan, suasana hati Dito benar-benar sedang kacau ketika dirinya tau jika Naya pergi seorang diri ke suatu tempat. Beberapa kali ia merengek kepada ibunya, tapi ibunya tak bisa mengekang Naya dan ia juga tidak bisa menyuruhnya untuk mengantarkan Naya. Karena ia tau kondisi anaknya tidak baik-baik saja.
"Mi, siniin handphone-nya, Mi!!" Pinta Dito yang sedang berusaha membujuk Asih agar handphone-nya dikembalikan.
Asih sengaja menyimpan handphone anaknya itu, agar Naya tidak terganggu ketika bertemu dengan seseorang yang dimaksud.
Melihat Dito yang terus meminta, akhirnya Asih merasa tak tega dan memberikan handphone itu dengan perasaan ragu.
Dito langsung menghubungi Naya. Di sana, tentu Naya terkejut ketika melihat layar handphone-nya yang menunjukkan nama Dito.
"Siapa?!" Tanya Seno.
Naya menggeleng dan mengucapkan terimakasih kepada Seno yang sudah mengantarnya hingga depan gedung. Ia enggan untuk ditanya-tanya lagi. Akhirnya Seno menyerah dan pergi untuk kembali ke bandara.
"Assalamu'alaikum!!" Naya mengangkat panggilan Dito setelah beberapa panggilannya tak dijawab.
Di sana Dito langsung menanyakan kepentingan Naya, dan Naya pun menjelaskan apa kepentingannya tanpa ragu sedikit pun.
Kekesalan Dito semakin mereda setelah mengetahui kepentingan Naya. Ia pun malah meminta maaf karena belum bisa mengantarkan Naya hingga tempat tujuan.
"Dengan mba Naya, ya?! Silahkan masuk mba, sebentar lagi acaranya akan dimulai." Ucapan salah satu pria terdengar jelas ke telinga Dito. Membuat Dito mengakhiri obrolannya dengan seuntai kata, "Ingat! Tetap fokus dengan cita-citamu. Jangan ragukan aku untuk selalu ada di sampingmu, Nay!" Ungkap Dito yang membuat Naya jengah. Sekilas pun Naya merasa terharu dengan ungkapan Dito barusan.