webnovel

CEO itu adalah Ayahku

Kehidupan gadis bernama Misty Connors berubah sejak kedua orang tuanya meninggal. Misty berpikir dia akan kehilangan segala-galanya. Rumah, kuliah dan kehidupannya. Namun sebelum Misty kehilangan semua itu, seorang malaikat penyelamat datang menolongnya. Gadis itu tidak pernah tahu jika dia memiliki ayah baptis yang tampan bernama Zach Leroux, seorang CEO perusahaan Leroux di Paris yang belum menikah. Saat itulah Misty mengetahui jika Zach adalah teman dekat orang tuanya semasa kuliah. Tinggal berdua dengan pria menawan seperti Zach merupakan ujian yang berat bagi Misty. Pasalnya dia harus sport jantung menahan perasaannya kepada Zach. Namun siapa sangka, Zach pun merasakan yang yang sama. Sayangnya jalan menuju bersatunya cinta mereka tidaklah mudah. Terutama status ayah baptis yang disandang Zach membuat hubungan ini tampak terlarang. Ditambah keluarga Zach yang tidak mudah dihadapi. Akankah Misty harus melepaskan perasaannya kepada Zach? Atau dia memilih untuk memperjuangkan perasaannya yang membawa gadis itu menuju resiko yang begitu besar?

Marrygoldie · Teen
Not enough ratings
15 Chs

6. Kuliah

Kenangan itu layaknya noda tinta di baju berwarna putih. Akan sulit hilang dan membekas seumur hidup.

* * * * *

"Dad, lihatlah. Aku sudah selesai mencuci piring. Apakah aku mendapatkan hadiahku?" Misty kecil berusia delapan tahun berlari menghampiri ayahnya.

Mark yang baru saja pulang langsung tersenyum melihat putrinya. "Kau memang hebat, Misty. Ini baru putriku. Dan ini hadiah untuk Putri Misty karena kepintarannya."

Pria itu memberikan permen karamel kesukaan Misty. Seketika bibir Misty menyungingkan senyuman karena senang. Dia berjinjit dan mencium pipi ayahnya.

"Terimakasih, Dad." Ucap Misty.

"Terimakasih juga sudah menjadi putri yang pintar untuk kami, Misty. Kami sangat bangga memilikimu, Misty." Mark mencium keningnya.

* * * * *

Momen itulah yang diingat oleh Misty ketika Zach mencium keningnya. Awalnya Misty berpikir pria itu akan mencium bibirnya. Namun seketika gadis itu merutuki dirinya sendiri karena berpikir macam-macam tentang pria itu. Bagaimana bisa dia mengharapkan Zach menyukai gadis belia seperti Misty sebagai seorang wanita?

Zach mundur satu langkah sembari menyentuh kedua bahu gadis itu. "Kau tahu, sejak siang tadi aku terus merangkai kata agar bisa menjelaskannya padamu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tapi ketika melihatmu dengan senyuman menggemaskan ini, kata-kata itu menguap entah ke mana."

Misty tidak  bisa menahan tawanya. "Memang kau pikir senyumanku seperti api yang menguapkan kata-kata itu?"

"Mungkin saja." Kata Zach jahil.

Mereka berdua pun tertawa karena pemikiran itu. Jauh berbeda dengan siang tadi, hubungan Misty dan Zach kembali dekat. Namun Misty terus saja berusaha menyingkirkan pikiran untuk memandang Zach sebagai seorang pria.

"Apakah kau sudah makan?" tanya Zach.

"Sebenarnya aku memasakkan sesuatu untukmu. Tapi aku tidak tahu kau suka atau tidak."

"Kau memasak untukku?" Zach tampak terkejut.

Misty menganggukkan kepalanya. "Hanya masakan yang dulu diajarkan, Mom. Kuharap kau menyukainya."

"Tentu saja aku akan menyukainya. Kau sudah bersusah payah memasak untukku. Mana mungkin aku tidak menyukainya. Kalau begitu ayo kita makan."

Misty menganggukkan kepalanya semangat. Zach menggandeng tangan Misty dan berjalan menghampiri meja makan. Mata Zach berbinar melihat hidang shrimp creole yang tampak lezat di atas meja makan. Makanan dengan bahan utama udang itu tampak sangat menggugah selera.

"Aku tidak tahu kau pintar memasak." Zach menatap gadis di sampingnya.

"Kau belum merasakannya. Mana bisa kau memujiku lebih dulu. Bagaimana jika rasanya tidak enak?"

"Aku tetap akan memakannya." Ucap Zach tanpa ragu.

Misty melotot tajam ke arah Zach. Dia juga memukul lengan Zach. "Mana bisa begitu? Jangan memaksakan diri. Jika tidak enak kau tidak boleh berbohong."

"Kau mengingatkanku pada ibumu ketika sedang mengomel seperti ini."

Misty tak kuasa menahan tawanya. Usahanya menampilkan ekspresi kesal justru gagal total. "Sepertinya kau menjadi langganan omelan, Mom."

"Aku memang berada di peringkat kedua setelah ayahmu."

Mereka kembali tertawa. Akhirnya keduanya duduk berhadapan. Misty mengambilkan makanan untuk Axelle dalam porsi sedikit. Dia tidak ingin pria itu terpaksa memakan masakannya jika tidak enak.

"Cobalah." Mata Misty menampilkan binar penasaran dengan reaksi Zach. Dia berharap masakannya sesuai dengan selera pria itu.

Zach mengambil sendok dan mulai menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya. Saat udang dan nasi itu masuk ke dalam mulutnya, mata Zach terbelalak. Misty menjadi cemas dengan reaksi itu.

"Apakah tidak seenak itu?"

Zach menggelengkan kepalanya kemudian mulai mengunyahnya. "Tidak. Ini sangat lezat."

"Kau tidak berbohong, bukan?" Misty memicingkan matanya.

"Tidak, Misty. Aku sama sekali tidak berbohong."

"Tapi mengapa ekspresimu seperti itu?" Misty menirukan ekspresi Zach. Membulatkan matanya dan memasang ekspresi terkejut.

Zach terkikik geli melihat Misty yang begitu ekspresif. "Itu karena masakanmu mengingatkanku pada ibumu. Dulu kami bertiga makan masakan ibumu ini saat dia mengundangku ke rumah barunya bersama ayahmu."

Misty bernafas lega dengan kedua bahunya terkulai lemas. "Syukurlah. Kupikir kau tidak akan menyukainya."

Mereka pun kembali meneruskan makan mereka. Lalu saat di tengah makan, Zach ingat hal lain yang ingin dibicarakan dengan Misty.

"Misty."

Misty bergumam menatap Zach. Di mata pria itu, Misty tampak begitu menggemaskan. Terutama saat sedang mengunyah.

"Karena mulai sekarang kau akan tinggal di sini, kupikir kau ingin melanjutkan kuliahmu."

Mata Misty membulat sempurna. "Benarkah? Aku boleh melanjutkan kuliahku?"

"Tentu saja. Kau ingin mencari universitasnya sendiri atau biarkan aku saja yang mencarikannya untukmu?"

"Kau tidak perlu mencarikannya untukku. Sebenarnya ada universitas yang kuinginkan sejak dulu."

"Benarkah?"

Misty menganggukkan kepalanya. "Dulu aku dan Dad sering membicarakannya. Tapi aku tidak pernah mau memaksanya agar aku bisa kuliah di universitas yang kuinginkan. Kau pasti tahu bagaimana kondisi ekonomi mereka."

"Aku mengetahuinya. Sayangnya mereka selalu menolak bantuanku. Tapi sekarang kau bisa memilih universitas yang kau inginkan. Katakan saja. Aku akan meminta Jeremy untuk mengurusnya."

"Paris collage of art. Seperti sebelumnya, aku ingin mengambil desain interior."

"Seperti ayahmu?" Zach ingat Mark Connors adalah dosen desain interior dan teknologi.

Misty menganggukkan kepalanya. "Dad memang tidak memaksaku untuk mengambil jurusan yang sama. Tapi sejak kecil aku selalu tertarik dengan layout yang dibuatnya. Karena itu aku saat kuliah aku memutuskan mengambil jurusan desain interior."

Zach tersenyum mendengar cerita Misty. Dia senang Misty mau terbuka padanya. "Aku akan meminta Jeremy untuk mengurusnya. Tapi kupikir sambil menunggu kau masuk kuliah, ada baiknya kau belajar bahasa Perancis. Karena kau pasti akan kesulitan jika tidak bisa mengerti bahasa kami."

"Kupikir itu ide yang bagus. Tapi siapa yang akan mengajariku bahasa Perancis?"

"Siapa lagi kalau bukan aku? Atau kau ingin aku menghadirkan guru private?"

Misty menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu. Aku tidak ingin terlalu merepotkanmu."

"Jadi kau lebih setuju aku yang mengajarimu?"

"Kuharap kau tidak menjadi guru killer. Kuberitahu aku dulu selalu bermasalah dengan guru killer."

"Bermasalah?" Zach memicingkan matanya.

Misty menganggukkan kepalanya. "Aku pernah memiliki guru yang killer. Tapi dalam sehari dia kabur dan tidak mau mengajariku."

"Memang apa yang kau lakukan?"

 Misty menahan tawanya. "Aku menaruh katak di dalam tasnya."

Seketika tawa Zach meledak mendengar cerita Misty. Bahkan pria itu meletakkan sendoknya lalu memegang perutnya. Dia terlalu geli  membayangkan kenakalan yang dilakukan Misty.

"Oh, mon Dieu! Aku tidak percaya memiliki putri yang nakal."

"Karena itu jangan menjadi guru killer, Zach. Atau kau akan mengalami hal yang sama. Kulihat ada beberapa katak di taman belakang."

"Kau pikir aku akan takut?"

"Kita coba saja nanti." Misty terkekeh geli.

Rumah Zach jauh lebih ceria dibandingkan biasanya. Dipenuhi dengan tawa dari pria itu dan juga Misty. Pria itu senang, Misty membuat hidupnya menjadi jauh lebih berwarna.

* * * * *