webnovel

CEO itu adalah Ayahku

Kehidupan gadis bernama Misty Connors berubah sejak kedua orang tuanya meninggal. Misty berpikir dia akan kehilangan segala-galanya. Rumah, kuliah dan kehidupannya. Namun sebelum Misty kehilangan semua itu, seorang malaikat penyelamat datang menolongnya. Gadis itu tidak pernah tahu jika dia memiliki ayah baptis yang tampan bernama Zach Leroux, seorang CEO perusahaan Leroux di Paris yang belum menikah. Saat itulah Misty mengetahui jika Zach adalah teman dekat orang tuanya semasa kuliah. Tinggal berdua dengan pria menawan seperti Zach merupakan ujian yang berat bagi Misty. Pasalnya dia harus sport jantung menahan perasaannya kepada Zach. Namun siapa sangka, Zach pun merasakan yang yang sama. Sayangnya jalan menuju bersatunya cinta mereka tidaklah mudah. Terutama status ayah baptis yang disandang Zach membuat hubungan ini tampak terlarang. Ditambah keluarga Zach yang tidak mudah dihadapi. Akankah Misty harus melepaskan perasaannya kepada Zach? Atau dia memilih untuk memperjuangkan perasaannya yang membawa gadis itu menuju resiko yang begitu besar?

Marrygoldie · Teen
Not enough ratings
15 Chs

5.Maafkan Aku

C'est en forgeant qu'on devient forgeron,

~ Dengan tempaan, seseorang akan menjadi pandai besi ~

* * * * *

Zach sama sekali tidak bisa fokus dalam bekerja. Masalah tentang inventory yang harus diselesaikannya membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan biasanya. Bayangan Misty yang menangis membuat Zach sangat bersedih. Dia tidak ingin membuat gadis itu bersedih, tapi justru dirinya yang melukainya.

Setelah meeting selesai, Zach bergegas keluar. Dia harus segera pulang dan menjelaskannya kepada Misty. Dia tidak ingin membuat gadis itu semakin bersedih. Namun langkahnya terhenti saat seorang wanita menghadang langkahnya. Wanita berparas cantik dengan rambut blonde itu bergelayut manja di lengan Zach. Mata biru cerahnya menatap Zach dengan binar cinta yang sama. seperti dulu. Sayangnya Zach sudah melupakan perasaannya ketika melihat tatapan Eva. Pria itu tahu benar tujuan Eva Casta menemuinya.

"Zach, akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Sekretarismu bilang kau sedang tidak ada Paris."

"Aku memang baru pulang dari Amerika. Ada apa menemuiku?" tanya Zach dingin sembari melepaskan kedua tangan Eva.

Wanita itu mengikut Zach yang melanjutkan langkahnya. "Mengapa kau sangat dingin padaku, Zach. Bukankah kita sepasang kekasih?"

"Kita sudah memutuskan hubungan dua tahun yang lalu, Eva. Dan jika kau lupa aku akan mengingatkanmu jika kau sendiri yang memutuskan hubungan denganku. Jadi kita tidak memiliki hubungan yang sama seperti dulu, Eva. Berhentilah mempermainkanku. Kau tidak bisa keluar begitu dalam hidupku lalu kembali kapanpun kau inginkan. Aku juga memiliki perasaan."

Binar cinta yang semula muncul di mata Eva berubah menjadi sendu. "Itu karena aku takut pada orang tuamu, Zach. Dulu aku sangat pengecut. Aku tidak berani menghadapi mereka. Tapi sekarang aku tidak mau jadi pengecut lagi. Karena aku tidak mau kehilanganmu."

Langkah Zach terhenti. Dia menoleh ke arah Eva. Dia ingat benar dulu wanita itu memutuskan hubungan mereka secara tiba-tiba. Eva bahkan tidak menjelaskan alasannya. Tapi jika alasan yang diungkapkan Eva benar, dia benar-benar geram pada orang tuanya. Bagaimana bisa orang tua yang sama sekali tidak menganggapnya justru mengatur kehidupannya termasuk wanita yang dipilihnya.

"Apa maksudmu kau takut pada orang tuaku?" Zach memicingkan matanya.

"Dulu orang tuamu mengancamku agar aku memutuskan hubunganku denganmu. Mereka mengatakan jika aku tidak cocok bersanding denganmu. Mereka juga mengatakan jika aku tidak mau melakukannya, mereka akan membuat orang tuaku menderita." Jelas Eva.

"Jadi kau berpikir setelah orang tuamu tiada, kau bisa bersama denganku karena ancaman orang tuaku tidak akan ada gunanya? Aku tidak percaya kau berpikir seperti itu Eva." Zach menggelengkan kepalanya lalu berjalan meninggalkan wanita itu. Pria itu mendengar beberapa hari yang lalu jika orang tua Eva meninggal. Dia turut sedih. Tapi dia tidak percaya dengan tindakan wanita itu saat ini.

Eva mengejar Zach dan menahan tangannya. "Itu karena aku mencintaimu, Zach. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu."

Zach mengehla nafas berat. Lalu dia mendorong tangan Eva agar melepaskan tangannya. "Sayangnya aku sudah berhenti memikirkanmu, Eva. Sebaiknya kau melanjutkan hidupmu dan menemukan pria yang benar-benar mencintaimu. Kau hanya membuang-buang waktu jika ingin mengejarku."

Eva terdiam saat Zach berjalan meninggalkannya. Kata-kata Zach begitu menyakitinya. Dia tidak percaya Zach sudah melupakan kebersamaan mereka. Akhirnya wanita itu memilih pergi.

Zach sudah berada di dalam mobil. Sopir yang mengantarkannya mulai melajukan mobilnya. Zach masih memikirkan ucapan Eva. Dia tidak percaya orang tuanya ikut campur dalam kehidupan asmaranya. Lalu dia teringat kisah cintanya yang selalu berakhir sama seperti Eva. Lalu Zach berpikir jika semua itu pasti ulah orang tuanya. 

Helaan nafas berat keluar dari mulut pria itu. Dia memejamkan matanya lalu menyandarkan kepalanya di punggung kursi. Jika saja orang tuanya pulang, dia pasti akan menuntut penjelasan ata apa yang telah mereka perbuat. Zach benar-benar marah karena orang tuanya masih saja berusaha mengatur hidupnya.

Beberapa menit kemudian, mobil yang dinaiki oleh Zach sudah memasuki halaman depan rumahnya. Hingga akhirnya mobil itu berhenti di depan rumah bergaya modern itu. Merasakan mobil berhenti, Zach pun membuka matanya. Dia membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Pria itu melihat Jeremy berjalan menghampirinya.

"Bagaimana dengan Misty?" tanya Zach sembari berjalan masuk ke dalam rumahnya.

"Misty tampak nyaman dengan kamar atau pun rumah ini. Aku sudah memberikan tur singkat untuknya." Jelas Jeremy

"Baguslah. Di mana dia sekarang?"

"Di ruang makan. Dia menantikanmu, Mr. Leroux."

Langkah Zach terhenti. Dia pun memandang Jeremy. "Menantikanku? Tapi kupikir dia akan mengurung diri di kamar."

"Kau bisa melihatnya sendiri. Aku akan kembali ke kantor untuk mengambil barangku dan segera pulang. Apakah kau masih membutuhkan hal lain, Mr. Leroux?"

Zac menggelengkan kepalanya. "Tidak ada. Kau boleh pulang. Terimakasih sudah membantuku, Jeremy."

"Sama-sama, Mr. Leroux." Jeremy berbalik pergi meninggalkan kediaman Zach.

Sedangkan sang pemilik rumah tampak tidak sabar berjalan menuju ruang makan. Dia memikirkan apa yang akan diucapkannya pada Misty agar gadis itu mau mendengarkan penjelasannya. Namun saat memasuki ruang makan, kata-kata yang sudah Zach susun seketika menguap ketika dia melihat Misty yang mengenakan celana jeans pendek serta kaos putih. Tapi yang membuat Zach terdiam terpaku adalah senyuman gadis itu. Dia tidak lagi melihat kemarahan di matanya.

Misty berjalan menghampiri Zach. Kedua tangannya saling bertaut karena gugup meminta maaf pada pria itu. Gadis itu berhenti tidak jauh dari Zach. Dia sengaja menciptkan jarak yang sedikit jauh agar membuat gadis itu tidak merasa semakin gugup.

"Zach. Hmm… Aku… aku ingin minta maaf padamu. Sikapku siang tadi benar-benar keterlaluan. Jeremy sudah menceritakan semuanya. Tentang alasanmu yang sebenarnya ingin membeli rumah itu untukku. Aku benar-benar sangat berterimakasih." Sesal Misty.

Zach masih terdiam. Matanya mengerjap seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Sejak siang tadi pria itu menyusun rencana untuk minta maaf, tapi ternyata Misty melakukannya lebih dahulu.

Kedua sudut bibir Zach terangkat. Dia benar-benar senang Misty tidak lagi marah padanya.

"Aku juga minta maaf tidak menjelaskannya padamu. Kupikir kau tidak akan merasa nyaman jika aku membelikan rumah itu untukmu."

Bibir Misty menyunggingkan senyuman yang lebar. "Aku justru merasa sangat berterimakasih padamu, Zach. Rumah itu merupakan kenangan mom dan dad yang tidak bisa kulupakan."

Zach ikut tersenyum. "Syukurlah jika keputusanku sangat tepat. Dan aku senang kau tidak marah lagi padaku."

Pria itu melangkah menghampiri Misty. Seketika tubuh Misty menegang melihat Zach mendekatinya. Jantungnya kembali berdegup kencang. Dia berpikir apa yang akan dilakukan pria itu? Memeluknya? Tapi ketika Zach berhenti tepat di hadapan Misty, pria itu menundukkan kepalanya.

Oh, God! Apakah dia akan menciumku?

* * * * *