webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · Teen
Not enough ratings
251 Chs

Dia lagi

Sesampainya di rumah sakit, Erfly disambut oleh Kahfi, Rima dan panitia yang lain. Dengan segera menurunkan semua kotak-kotak dari mobil pick up Cakya.

Sebuah mobil parkir tepat disamping mobil Cakya. Orang yang di mobil keluar dari mobil menghampiri Erfly, mengacak pucuk kepala Erfly.

"Udah lama dek...?", Alfa bertanya pelan.

"Baru aja Ko", Erfly menjawab disela senyumnya.

"Maaf ya, Koko g'ak bisa jemput. Koko dari Gereja", Alfa kembali meminta maaf untuk yang kesekian kalinya.

"G'ak apa-apa Ko, ada Cakya yang jemput", Erfly menunjuk kearah Cakya dengan isyarat.

'Dia lagi', Cakya membatin begitu keluar dari dalam aula, melihat Alfa sedang mengacak-acak pucuk kepala Erfly.

Terlihat jelas perubahan wajah kesal Cakya, akan tetapi Cakya berusaha keras untuk mengantrol emosinya, menyalami Alfa dan memaksakan senyumnya.

Disisi lain Rima juga terlihat kesal melihat keakraban Alfa dan Erfly. Kahfi sengaja menyikut lengan Rima, agar kembali kealam sadarnya.

"Erfly, bisa ikut saya sebentar...?", Rima angkat bicara.

"Oh... Iya Kak", Erfly mengikuti langkah Rima. "Bentar ya", Erfly menoleh kearah Cakya, sebelum mengikuti Rima.

Rima menuju ruangannya, "Duduk", Rima bicara singkat, kemudian membuka laci mejanya.

"Makasih kak", Erfly duduk disalah satu kursi yang ada diruangan Rima.

Rima mengeluarkan sejumlah uang dari dalam laci mejanya. "Dihitung dulu, semua jadi 6 juta kan...?", Rima bicara pelan.

Erfly menghitung uang yang diberikan oleh Rima. Setelah merasa jumlah uangnya benar, kemudian mengeluarkan kwitansi dari dalam tasnya, menyerahkan ketangan Rima.

"Terima kasih kak, itu tadi snacknya dilebihin 10 untuk panitianya", Erfly bicara pelan sebelum pamit.

"Oh... Ya, terima kasih", Rima memaksakan senyumnya.

"Kalau begitu Erfly permisi kak, jangan kapok mesan ketringan ke kami", Erfly mengingatkan.

Rima kali ini tidak menjawab, dia kembali memaksakan senyumnya.

Erfly kembali menuju parkiran, "Mau langsung balik...?", Cakya bertanya begitu Erfly muncul dari daun pintu aula.

"Dek... ", Alfa muncul dari arah kantin.

"Koko...", Erfly menoleh kearah Alfa.

"Udah selesai...?", Alfa kembali bertanya.

"Alhamdulillah Ko", Erfly menjawab lega.

"Terus kamu mau kemana...?", Alfa kembali bertanya, sekilas melirik kearah Cakya.

"Ngasih uang ketringan Ko, paling... Habis itu balik", Erfly menjawab santai, kemudian memijit tengkuknya yang mulai terasa berat. "Capek Ko", Erfly tersenyum.

"Ya udah, hati-hati", Alfa mengacak pucuk kepala Erfly.

"Mari dok", Cakya pamit, berusaha ramah.

"Hati-hati, titip Erfly", Alfa menjawab pelan.

"Pasti", Cakya memberikan jaminan kepada Alfa agar tidak perlu khawatir.

Cakya menjalankan mobil dengan perlahan. "Mau kemana lagi...?", Cakya bertanya pelan.

"Kerumah Mayang, mau hitung-hitungan dulu", Erfly tersenyum.

"Siap", Cakya menjawab singkat, kemudian kembali fokus menyetir.

Erfly membuat pembukuan dengan rapi, setelah selesai Erfly memisahkan jumlah uang sesuai pos-posnya.

"Alhamdulillah, Rp.2.400.000,- Erfly ambil buat gantiin modal buat beli bahan. Dan yang ini Rp.3.600.000,- keuntungan yang kita dapat. Sesuai kesepakatan kita bagi dua, ini ada Rp2.000.000,- buat ibuk dan keluarga, dihitung dulu buk... ", Erfly menyerahkan keuntungan untuk ibu Mayang ketangan ibu Mayang.

"Kok dua juta...? Harusnya kan 1,8...?", ibu Mayang protes.

"Hitung-hitung buat makan siang buk, yang lain ikutan repot bantuin sekeluarga. Buat Erfly ini udah lebih dari cukup kok", Erfly tersenyum, sambil mengipas-ngipas uang keuntungan miliknya.

"Alhamdulillah, terima kasih nak", ibu Mayang menggenggam tangan Erfly dengan erat.

"Semoga kedepannya akan lebih lancar usaha ketringannya", Erfly mengucapkan harapan.

"Aamiin ya rabb", semua yang ada diruangan kompak mengaminkan.

"Kalau gitu Erfly pamit, g'ak enak juga minjem mobilnya kelamaan", Erfly tersenyum menatap Cakya.

Kemudian Erfly pamit kepada semua keluarga Mayang. "Isi bensin dulu kali ya", Erfly bicara pelan setelah masuk kedalam mobil.

"Masih full", Cakya bicara disela senyumnya.

HP Cakya berbunyi, "Bentar", Cakya mengangkat telfon yang masuk. Setelah diam beberapa saat Cakya menatap kearah Erfly.

"Kenapa...?", Erfly bertanya pelan.

"Mama minta Erfly kerumah, katanya. Mama masak masakan kesukaan Erfly buat makan siang", Cakya menjawab disela senyumnya.

"Ya udah, tapi... Ke mini market dulu. Erfly mau beli kue atau puding buat dirumah", Erfly bicara pelan.

"Siap", Cakya menjawab singkat, kemudian kembali menjalankan mobil dengan perlahan.

Cakya berhenti di mini market sesuai permintaan Erfly sebelum kembali kerumah, Erfly membeli kue lapis, bolu dan beberapa kue kering. Kemudian kembali kedalam mobil.

"Udah mbak belanjanya...?", Cakya bercanda kali ini.

Erfly hanya mengangguk pelan, kemudian melepaskan sendal gunungnya, menaikkan kaki keatas kursi duduk menatap kearah Cakya. Erfly memejamkan matanya perlahan, Cakya kembali mengendarai mobilnya dengan hati-hati.

Sesampainya dirumah, ibu Cakya baru pulang dari warung membeli garam. "Abang...? Erfly kenapa...?", ibu Cakya bertanya bingung saat Cakya keluar membawa tentengan belanjaan Erfly.

"Tidur...?", ibu Cakya kembali bertanya.

Cakya hanya mengangguk perlahan.

"Sini mama aja yang bawa, abang gendong aja Erflynya. Kasian, wajahnya kelihatan capek banget kelihatannya", ibu Cakya mengambil alih belanjaan Erfly.

Cakya menggendong Erfly dengan hati-hati, membaringkan Erfly dikamarnya. Kemudian kembali ke mobil, mengambil sendal gunung Erfly dan memarkirkan mobil dengan sempurna.

"Abang, dari mana emangnya...? Kok Erfly kelihatannya capek banget...?", ibu Cakya bertanya lagi, saat Cakya muncul di daun pintu rumah.

Cakya mengambil minum, meneguk minum setengah dari isi gelas. "Habis begadang, nyelesain ketringan", Cakya bicara pelan, melangkah duduk kearah ruang tamu. Menghidupkan TV dan menonton dengan fokus.

Ibu Cakya kembali menuju arah dapur, dan menyelesaikan masakannya.

Saat azan Zuhur Erfly terbangun, "Astagfirullah hal'azim", Erfly kaget, langsung spontan duduk, Erfly melirik kiri kanan, dia yakin ini adalah kamar Cakya.

"Udah bangun...?", ibu Cakya muncul di daun pintu Cakya, kemudian menghampiri Erfly dan duduk disamping Erfly.

"E hehehe... Maaf ma, Erfly ketiduran ya", Erfly salah tingkah.

"G'ak tidur kamu semalam nak...? Capek banget kelihatannya...? Makanya mama minta abang yang gendong kamu kesini. Habisnya mama kasihan", ibu Cakya bicara pelan.

Erfly tersenyum malu, "Erfly bantuin nyelesain ketringan semalam ma", Erfly bicara apa adanya.

"Ketringan...? Maksudnya...?", ibu Cakya bertanya bingung.

"Erfly sama teman Erfly buka ketringan kecil-kecilan ma. Nyari buat jajan, hehehe", Erfly nyengir kuda.

"Nak... Kamu pinter banget memanfaatkan peluang", ibu Cakya tersenyum bangga melihat kegigihan Erfly dalam mencari uang untuk membiayai kehidupannya. "Berapa pesanan...?", ibu Cakya bertanya lagi.

"G'ak banyak ma, 400 kue kotak. Dan 100 nasi box", Erfly bicara pelan.

"Luar biasa itu", ibu Cakya mengusap kepala Erfly dengan sayangnya.

"Alhamdulillah ma, awal yang baik buat pesanan perdana. Karena masih merintis, jadi... Belum berani mempekerjakan orang. Jadi... Rada capek aja ma", Erfly bicara pelan.

Ibu Cakya langsung menarik Erfly kedalam pelukannya, "Jangan dipaksakan, ntar malah sakit lagi", ibu Cakya mengusap pelan lengan Erfly, mentranafer energi baru buat Erfly.

Air mata Erfly mengalir tanpa permisi, "Makasih ma", Erfly mengeratkan pelukannya.