webnovel

Book 1 - Chapter 5: Menjadi Bayi Didunia Lain #3

"Awww Alen~~, lihat kamu sekarang semakin terlihat cantik dengan pakaian ini"

Aku melihat kearah cermin dan terlihat seorang bayi yang sangat cantik dan menggemaskan dengan rambut perak dan pupil berwarna merah, dia mengenakan pakaian bayi perempuan yang berwarna pink. Namun, jenis kelamin dari bayi tersebut adalah laki-laki, dan bayi itu adalah aku.

Saat pertama kali aku melihat wajahku, aku sangat terkejut karena wajahku terlihat sangat cantik dan imut, bahkan untukku sendiri. 'Pantas saja ayah dan ibu selalu menempel padaku'

Aku tidak masalah jika mereka memanggilku cantik atau menggemaskan karena rupaku ini, Namun kali ini aku benar-benar kesal.

Karena saat ini ibu memakaikan pakaian bayi perempuan padaku, aku meronta-ronta supaya bisa melepaskan pakaian ini.

"Ah sayang, jangan dilepas begitu. Kamu sangat cocok dengan baju itu"

Memang benar bahwa pakaian ini sangat cocok untukku, namun ini melukai harga diriku sebagai seorang laki-laki. 

"Tidak" aku tetap ingin melepaskan pakaian ini.

"Mou~" Dengan wajah cemberut dia akhirnya melepaskan pakaian ini dan menggantinya dengan pakaianku yang biasa aku pakai.

Ngomong-ngomong usiaku saat ini sudah 3 tahun, dan ibuku sudah mengajariku cara membaca. Jujur saja saat aku melihat huruf-huruf yang ada dibuku, itu benar-benar sangat berbeda dengan huruf yang ada dibumi, namun entah mengapa saat mereka bicara padaku, aku bisa mengerti apa yang mereka katakan.

Kurasa aku mendapatkan kemampuan menerjemahkan otomatis bawaan. Tapi tetap saja aku harus belajar huruf alfabet yang ada didunia ini.

Selama ini aku sudah mulai bisa mengatakan sesuatu, seperti kata Ayah, Ibu, Iya, Tidak, dan lain-lain.

Dan kata pertama yang keluar dari mulutku adalah kata "Ibu", dan saat ibuku mendengarnya dia malah pingsan dengan senyuman lebar karena terlalu senang dan senyuman itu tidak pernah luntur selama seminggu. 

Oh, aku juga sudah bisa berjalan sekarang. Dan kurasa aku tidak perlu memberitahu kalian reaksi ibuku saat itu, karena dia terlalu berlebihan LOL.

*****

Aku berdiri dan berjalan kearah kamar, saat tiba dipintu kamar aku melihat ibuku yang memperhatikanku sambil tersenyum. 

"Ibu... buku"

Namun saat aku berkata seperti itu senyumannya tiba-tiba luntur dan wajahnya berubah masam namun tak lama kemudian dia kembali tersenyum.

"Tidak sayang, hari ini kamu tidak perlu belajar. Hari ini kamu bisa bermain" 

Aku menggelengkan kepalaku menolak tawarannya

"Buku"

Tak bisa menolak, dia masuk kekamar diikuti olehku dan dia mengambil 2 buku yang tipis diatas lemari.

"Ini dia bukunya sayang~" 

"Tidak" namun aku menolak, aku menunjuk kearah tiga buku yang sangat tebal 

"S-Sayang, buku itu hanya berisi tulisan" 

Namun aku tetap memaksa ingin buku itu.

Ibuku mengambilnya dan memberikannya padaku, aku duduk dan mulai membaca.

Melihatku yang hanya duduk membaca buku, dia memikirkan sebuah ide untuk membuatku tertarik.

"Ah sayang, ibu akan pergi menemui ayah. Dari pada membaca buku bagaimana kalau kita bermain bersama ayah?" Ibuku kembali mencoba mengajakku bermain

"Tidak mau..." namun aku menolaknya lagi.

"Yasudah, ibu akan pergi menemui ayah"

Dia berakting dengan cara pura-pura pergi, ibuku berjalan keluar kamar. Namun wajahnya kembali melirikku.

"Kamu yakin tidak mau ikut ibu?" tawarnya sekali lagi.

"Tidak" dengan wajah cerah, aku kembali menolak. Dan ibuku akhirnya beneran pergi meninggalkanku sendiri dikamar.

*****

Alea berjalan keluar rumah, saat dia melihat keluar ada banyak pepohonan tidak jauh dari rumahnya. Rumput hujau dan bunga-bunga mekar dihalaman rumahnya.

Dan juga didekat pepohonan ada seorang pria sedang berlatih pedang dengan memukuli boneka kayu. Alea kini berjalan kearahnya, dia duduk disebuah batang kayu yang sudah dijadikan tempat duduk.

Dia memperhatikan suaminya yang sedang berlatih dengan tatapan sedih.

Eden yang melihat hal itu berhenti dari latihannya dan mendekati istrinya.

"Ada apa sayang? Apa yang sedang kamu pikirkan?"

Mendengar pertanyaan suaminya, Alea memberitahu apa yang membuat dia sedih. Yaitu karena Alen sekarang lebih terobsesi pada buku dari pada dirinya dan Alen tidak mau bermain bersamanya lagi.

Awalnya dia berpikir bahwa akan bagus jika Alen bisa belajar banyak hal, namun sekarang dia ingin Alen untuk tidak terlalu fokus pada belajar atau membaca dan ingin Alen bisa bermain lebih diusianya yang sekarang.

Mendengarkan curhatan istrinya, Eden malah tersenyum dan mengatakan. "Haha kurasa wajar jika Alen tidak mau bermain"

"Wajar bagaimama?" tanya Alea dengan wajah kesal

"Kamu lihat saja disekeliling kita, hanya ada pepohonan. Dia pasti sangat bosan karena tidak memiliki teman" jawab Eden

"Bukankah kamu bilang membaca itu lebih membosankan, dan juga Alen bisa bermain sepuasnya denganku" tanya Alea

"Sayang, setiap orang memiliki hobi untuk mengisi kebosanan. Bukankah dia sepertimu yang juga suka membaca. Dan juga yang kumaksud dengan teman bermain itu adalah teman yang seusia dengannya" jawab eden

"Kurasa Alen juga sudah bosan jika hanya bermain denganmu"

*Jleb

Kata-kata terakhir yang dilontarkan Eden menebus jantungnya, karena dia bilang Alen sudah pasti bosan jika hanya bermain bersama ibunya saja.

"J-Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Alea dengan wajah yang ingin menangis.

Eden mengusap dagunya sambil memikirkan sesuatu.

"Bagaimana kalau sekarang saja kita pindah ke ibukota? Dibandingkan dihutan seperti disini. Disana sudah pasti banyak anak-anak seusianya dan juga kita bisa sekaligus bertemu kembali dengan Mereka"

"Mereka juga memiliki anak yang seusia dengan Alen"

Mendengar hal itu Alea kini kembali menunjukan semangat diwajahnya "K-Kalau begitu kapan kita bisa pergi"

Eden tersenyum dan menjawab pertanyaan istrinya "Dua hari lagi, kita akan berangkat"