webnovel

Part 5. The Wedding

Al melirik jam tangan Rolex nya untuk yang kesekian kali nya. Waktu menunjukan sudah pukul 11.20 artinya waktu sudah bergulir 20 menit dari waktu yang ditentukan. Ya waktu pernikahannya.

Tapi rombongan mempelai wanita nya belum juga datang. Beberapa tamu undangan mulai berbisik-bisik. Disatu sisi mereka penasaran dan berspekulasi karena pernikahan ini dilakukan sangat mendadak, bahkan kartu undangan saja baru mereka semua terima tiga hari sebelum hari H.

Tak ada satupun foto prewed yang dipajang di area akad nikah. Membuat mereka penasaran seperti apa rupa mempelai wanita yang berhasil menawan hati seorang Milyuner muda ini. Al terkenal dengan kepiawaiannya menjalan roda bisnis di bidang perhotelan dan properti, beberapa perusahaan cargo dan ekspedisi, dan beberapa casino dan night club. Ditambah dengan wajahnya yang tampan, Al sukses membuatnya masuk jajaran pebisnis muda yang sukses versi majalah-majalah bisnis. Tidak heran banyak orang kaget dengan berita pernikahan nya yang tertutup ini.

Mengusung tema garden party yang diadakan di taman belakang sebuah hotel bintang lima, taman ini disulap dengan sangat mewah. Banyak dari tamu undangan yang berdecak kagum pada penataan lokasi akad nikah ini. Mereka memang tidak perlu meragukan kemegahan selera seorang "Wood".

Alfard sekali lagi melirik pada Akira, asisten pribadi nya yang sudah bermuka pucat karena info terakhir dari supir yang membawa rombongan mempelai wanita telah terjebak macet. Yang membuatnya pucat pasi adalah karena sang supir mengabarkan kalau mempelai wanita nekat keluar dari mobil dan berlari di tengah kemacetan dengan gaun pengantin nya yang panjang sambil menenteng high heels nya.

Al mengepalkan tangan berkali-kali menahan kesal. Jika tidak mengingat sudah banyak tamu undangan yang hadir di pernikahan nya ini, ingin rasa nya ia mencekik Akira sekarang juga ketika mengabarkan berita konyol itu.

Bagaimana mungkin Tita bisa bersikap konyol dengan berlari mengenakan gaun pengantin di tengah keramaian jalan kota Manhattan. Al rasanya ingin membunuh orang saking kesalnya.

Alfard masih berdiri melihat jam tangannya. Hari ini ia mengenakan jas armani khusus pesanannya berwarna hitam dengan sapuan navy blue di bagian depan. Dipadukan dengan celana hitam dan dasi kupu-kupu hitam. Tak lupa sepatu pantofel hitam mengkilat koleksinya. Rambutnya disisir ke belakang dengan gaya maskulin, dipadukan dengan rahang tegas yang tanpa dihiasi kumis dan jenggot berpangkas tipis hari ini karena dia memangkasnya bersih agar terlihat lebih muda dan fresh.

Matanya yang biru keabu-abuan menatap tajam pintu masuk ke arah kebun ketika terdengar suara gaduh dari luar pintu. Dan disanalah dia, mempelai wanita nya yang mengenakan gaun pengantin putih besar yang terlihat kepayahan membawa ekor gaun yang panjang itu.

Tita membuka pintu ke arah kebun itu dengan paksa. Dia menggebrak nya menimbulkan suara gaduh dan memicu kekagetan semua orang. Dia terlihat mengatur nafas naik turun, terengah-engah seperti baru saja lari marathon ribuan mil jauh nya. sepatu olah raga yang ditemukan nya tak sengaja di mobil segera dibuka dengan paksa dengan cara dilempar ke sudut pintu, lalu dengan tergesa-gesa ia memakai sepatu stiletto putih nya lagi.

Mami dan papa nya baru saja tiba dengan tergesa dan terengah-engah pula bicara pada Tita.

"Tita bunga nya. Bunga nya. Hah. Hah. Cape mami". Bisik mami lagi dengan napas putus-putus.

Tanpa bicara sang mempelai wanita yang sudah terlambat di akad nikah nya itu segera saja menyambar bunga yang diberikan mami nya. Dan berdiri bersama papanya yang sudah lebih dulu menenangkan diri untuk berjalan ke tengah kebun dimana sang mempelai pria dengan gagah nya menunggu mereka.

Beberapa tamu tampak menahan tawa karena pemandangan langka ini. Seorang pengantin wanita seperti habis lari marathon lalu memakai high heel dan berjalan lurus ke altar seolah tak pernah terjadi apapun.

Tiba-tiba para pemain musik pengiring pengantin segera sadar kalau mempelai wanita ini akan segera berjalan masuk. Mereka mulai memainkan nada demi nada tanda pengantin wanita sudah hadir. Beberapa photografer sewaan Al juga sudah siap mengabadikan momen bersejarah ini. Tidak ada satupun dari mereka yang berasal dari photografer luar karena Tita memberi syarat pernikah ini harus tertutup.

Tita tak peduli tatapan orang padanya bahkan bisik-bisik mereka. Dia hanya merasa perlu berjalan lurus ke depan. Tatapannya terpaku pada penghulu yang sudah berdiri di depan. Tanpa mau bersusah payah menatap Alfard yang berdiri dengan gagah disampingnya.

"Tidak. Segagah apapun dia, aku tak peduli". Bisik Tita dalam hati.

--------------------------****************------------------------------

Tita tinggal berjalan tiga langkah dari tempat Alfard berdiri.

Satu

Dua

Tiga

Alfard terpaku menatap wanita muda di sampingnya kini. Dia begitu cantik, menampilkan berjuta pesona yang sulit Al gambarkan, bahkan dalam kanvas sekalipun. Al menatap nya perlahan, mulai dari kulitnya yang seputih susu, dia tampak merona meski di make-up sederhana. Al menelisik dari alis matanya yang tebal dan terbentuk sempurna memayungi kelopak matanya yang besar dan mata coklat gelap nya yang cemerlang. Bulu matanya yang lentik dan panjang terlihat bergerak perlahan mengikuti pola pergerakan kelopak mata pemiliknya.

Pandangan Al turun ke hidung mancungnya yang mungil dan terpahat sempurna di wajah cantiknya. Al masih menuruti kata hatinya dengan menatapnya lebih turun lagi ke bibirnya. Bibir mungilnya yang biasa berwarna pink kini tertutup lipstik merah. Beberapa kali bibirnya bergerak ikut menghirup dan mengeluarkan udara menutupi kegugupan nya.

Pandangan Al masih bergerak turun tanpa bisa dihentikan. Kali ini ia memindai setiap inci wedding dress yang pengantinnya ini kenakan. Gaun sleeveless berwarna putih cerah itu dimulai dari dada dan turun membungkus tubuhnya yang ramping, dengan aksen brokat putih dibagian dada dan brokat transparan di bagian belakang. Gaun itu menyempit di bagian pinggang memeluk tubuh tita dengan pas, lalu turun memanjang dengan sedikit mengembang pada bagian bawahnya hingga menutupi kaki dan ekor gaun yang sedikit menyapu lantai. Rambutnya disanggul ke atas dengan jalinan kepang yang menjalin satu dengan lainnya membentuk sulur indah, rumit dan elegan, memperlihatkan leher jenjangnya yang terlihat begitu indah. Hal ini berhasil dengan sempurna membangkitkan desiran dalam diri Alfard.

Sejenak Al ingin mengusir semua tamu yang ikut menikmati kecantikan calon istrinya. Hasrat Al hampir membuatnya ingin menggerakan tangan kekarnya dan menarik tengkuk tita agar bibirnya bisa mendarat di bibir indahnya tita. Meski hanya kecupan, mungkin satu atau dua kali atau lebih dan lebih lagi.

"Tidak. Tidak". Tiba-tiba Al menggeleng lemah. Hatinya bilang "Tidak. Jangan ikuti instingmu kali ini".

Tuhan berbaik hati pada Al kali ini. Penghulu mulai menyuruh seluruh hadirin untuk duduk karena prosesi pernikahan akan segera dilaksanakan.

---------------------******************-------------------------------

Meskipun hari ini adalah hari pernikahan nya. Namun wajah Tita sama sekali tidak memancarkan kebahagiaan. Ia menundukan kepala nya lesu. Sesekali ia melihat para tamu undangan tapi tak ada yang ia kenal. Semua nya kenalan Alfard. Lelaki yang hari ini resmi menjadi suami nya itu justru malah meninggalkan nya sendiri di pelaminan. Sedangkan ia sendiri sibuk menyapa para tamu undangan.

Hoaamm... Tita menguap karena bosan. Dia memilih duduk mengamati para tamu undangan di pesta resepsi nya. Dia merasa apa sebanyak ini jumlah yang disebut oleh lelaki itu "Hanya Kerabat Dekat".

Tita merasa hari ini adalah hari tersial di hidup nya. Baru sampai satu hari berlalu dari ulang tahun nya ketika ia baru saja mengetahui kalau hidup nya akan berubah drastis seratus delapan puluh derajat. Setelah pesta yang menurutnya sungguh terlalu miris ini, Tita akan terpaksa tinggal satu atap dengan orang yang bahkan baru ia kenal kemarin. Tita tertunduk lesu membayangkan entah bagaimana nasib nya nanti.

Tita melihat sekeliling, orang tuanya sedang mengobrol dengan orang-orang kenalan mereka. Lalu tatapannya tak sengaja menemukan sosok Al yang sedang menyapa para kolega bisnis nya. Ternyata Al adalah sosok yang mudah bergaul. Terbukti dari tadi senyum tak henti-hentinya menghiasi wajahnya. Dia terlihat lebih manusiawi dengan senyum begitu.

Harus Tita akui lelaki yang kemarin ia temui itu hari ini terlihat lebih muda karena sudah mencukur habis rambut-rambut tipis yang menghiasi rahang nya. Dia jadi terlihat lebih hmm tampan.

Tita bahkan baru tahu dari berkas-berkas yang harus semua pasangan suami istri yang baru nikah, tandatangani bahwa Alfard memiliki perbedaan usia 12 tahun dengan nya. Tapi pria yang baru saja menjadi suami nya itu terlihat jauh lebih muda dari usia nya. Hmm dia terlihat ......... gagah dan dewasa.

Deg!

Tiba-tiba tatapan tita tertangkap basah oleh ekor mata Alfard. Dia menatap balik, tersenyum menyeringai dan mengedipkan sebelah matanya pada Tita. Detik itu juga tita merasa bulu kuduk nya meremang. Merasa ditelanjangi karena tertangkap basah sedang mengamati Al lekat-lekat. Dengan cepat dia mengalihkan pandangannya untuk menghilangkan rasa nervous nya.

Sayang Tuhan kurang berpihak padanya kali ini. Karena setelah itu musik mulai berganti dan semua orang mulai melakukan dansa berpasangan. Tita masih minum jus buah nya ketika sebuah telapak tangan terulur kepadanya. Diikuti riuh sorak-sorai tepuk tangan tamu undangan. Tita mendongakan kepala, mencerna informasi siapa yang mengulurkan tangan padanya.

Al tersenyum lalu membungkukkan tubuh condong ke arah Tita. Tita sendiri berusaha menghindar, tapi posisi sofa pengantin ini membuatnya tidak bisa banyak bergerak, sehingga membiarkan Al semakin mendekatinya. Dengan terpaksa tita memberikan tangan nya pada Al dan bangkit dari sofa. Dia cukup pintar untuk menebak apa yang diinginkan Al. Berdansa bersama selayaknya pasangan pengantin pada umumnya.

Tita menahan napas, mencoba memalingkan muka dan memprogram otaknya untuk menyangkal kedekatan tubuh mereka.

"Aku belum pernah berdansa". Kata Tita pelan. Tapi cukup terdengar di telinga Alfard.

"Bagaimana caranya?" Tanya nya lagi.

"Terus terang aku tidak mengerti dansa macam apa yang kau impikan, tapi akan kucoba. Aku juga sangat jarang berdansa. Hmm pertama pindahkan tanganmu kesini". Al menaikkan salah satu tangan Tita ke bahunya.

Tita merona. Meskipun agak kikuk tapi ia menyadari kedekatannya dengan pria itu. Ia tidak pernah sedekat ini dengan pria. Bahkan dengan Zerico pun masih dalam tahap yang...... pokoknya tidak sedekat ini. Hal ini membuat jantung Tita nyaris meledak dan wajah semerah kepiting.

"Dan kita bisa mulai berdansa". Al memegang pinggang Tita. Mereka mulai berdansa. Tita merasa hal baru ini menyenangkan bagi nya. Al terus menatap Tita.

"Berhentilah menatapku seperti itu". Ia merona lagi.

Al berhenti berdansa. "Aku hanya tidak menyangka, kau ......." Ia mengelus pinggiran wajah Tita mulai dari pipi hingga dagu. "Kau bisa secantik ini". Al mendekatkan wajahnya lalu.........

Ia menciumnya.

Tita membeku seketika. Seperti terserang kelumpuhan tiba-tiba, tubuhnya menegang dan tak bisa digerakan. Segalanya terlalu tiba-tiba. Semua diluar perkiraannya. Al menciumnya! Lelaki ini mencuri ciuman pertamanya. Ciuman pertama dan dengan lelaki dewasa pula. Hal sakral pertama yang ia jaga. Pikirannya berkecamuk antara menerima atau menolak. Ini pertama kalinya ia memasuki dunia orang dewasa.

Tapi tiba-tiba Tita ingat kalau dia telah dibeli lelaki ini. Sekuat tenaga ia mendorong tubuh Al, lalu memberikan tatapan tajam pada Al. Para tamu undangan melihat mereka dengan tatapan bertanya-tanya. Tita sadar kelakuannya telah menarik perhatian. Dia hanya terdiam.

Al tak kalah kagetnya, penolakan Tita terasa menohok hatinya. Tapi dengan cepat ia menguasai diri nya, memberikan sedikit senyuman pada para tamu undangan dan menarik tangan Tita untuk berdansa lagi.

Tita memberanikan diri berkata pelan, tapi cukup Al dengar.

"Don't you think, I wanna marry with you". Tita berbisik dengan tatapan tajam tepat pada bola mata biru keabuan itu.

Melemparkan tatapan tajam pada orang seperti Alfard membuat jantung Tita nyaris jatuh ke dasar jurang. Keberanian nya timbul tenggelam. Timbul bersamaan dengan rasa marah karena lelaki ini sudah memaksanya menikah. Dan tenggelam ketika ia melihat wajah Al ikut mengeras menahan emosi. Sejujur nya Tita ketakutan setengah mati.

"You will and you've no choice". Balas Al dengan senyum devilish nya. Tapi sedetik kemudian senyuman itu berubah menjadi seringai. Al pun berbisik tepat di telinga Tita.

"Try to divorce me then I'll crush your life". Ancamnya dalam bisikan.

Tita merasa apa yang dikatakan Al bukan main-main. Seketika bulu kuduknya meremang. Apalagi telapak tangan Al mulai bergerak pelan dari leher tita, bergerak pelan dengan sengaja sampai ke pinggangnya. Memberikan gelenyar aneh setiap gesekan tangan Al mengenai kulit punggung Tita yang terbuka. Dengan susah payah Tita menelan ludah. Waktu terasa berputar sangat lama.

"Sekarang kau adalah istriku. You are mine, my little wife". Bisik Al tepat di telinga Tita.

Bulu kuduk Tita meremang. Lelaki ini tampan tapi menyeramkan di waktu bersamaan.