"Bree, kembali! Selesaikan kelas ramuanmu!"
"Mom, ayolah! Ini sudah terlalu terlambat."
"Selesaikan ramuanmu atau tidak keluar selama sepekan!"
"Baiklah."
"Kak Will. Aku membawa kembali muridmu yang mencoba melarikan diri."
"Ah, Bree. Ramuanmu sudah hampir selesai hanya tinggal proses akhir. Setelah itu, kau bisa pergi dengan Leon sejauh kalian mau."
"Seperti aku punya pilihan saja."
"Sudahlah Bree! Lakukan saja! Demi waktu luang kita untuk bisa menjelajahi pantai."
"Jangan banyak bicara, Leon. Menjauhlah! Emosiku masih memuncak."
"Terdengar seram."
Leon perlahan menjauhiku dan kembali berkonsentrasi pada ramuannya. Mommy-ku juga sudah meninggalkan paviliun obat. Paman Will? Dia kembali berkeliling memantau para murid lainnya.
Halo semua. Mari kita mulai kisah ini dari awal. Aku Bree, Brianna Sincerity Reinhart. Daddy-ku, Abraham Reinhart, dikarenakan memiliki nama depan yang sama dengan Kaisar, Daddy biasa dipanggil Rein. Dia seorang Gubernur, mengepalai satu dari sepuluh wilayah bagian negara Kerajaan Savior. Kisah mengenai negara Savior akan kuceritakan nanti malam saja, ya.
"Bree, kau siap ke pantai?" Leon mendekati mejaku dan sukses membuatku mendelik padanya.
"Jangan ganggu atau kita tak akan pernah keluar!" Dengan sedikit bersungut, Leon berjalan kembali menghadapi meja ramuannya.
Leon adalah Putra tunggal Paman Will. Paman Will sendiri merupakan kakak tertua ibuku. Leon dan aku adalah sahabat karib, bertiga sebenarnya, terlepas dari status kami yang masih bersepupuan.
Saat ini aku sedang berada di kelas ramuan. Aku menyukai dunia pengobatan. Namun, aku hanya merasa malas kalau harus melakukannya bersama-sama di kelas seperti saat ini. Aku merasa lebih bebas melakukan eksperimen saat aku melakukannya sendiri atau bersama dua sahabatku. Kami sering mengadaan percobaan bersama dan banyak yang telah kami pelajari. Sejujurnya, pelajaran di kelas ramuan ini telah lama kami lakukan dan itu sebabnya aku suka melarikan diri dari kelas.
Paman Will sendiri sudah mengetahui kalau kami sering melakukan eksperimen dan itu sebabnya beliau tidak terlalu ambil pusing saat kami menghilang dari kelas. Namun, semua akan tampak mengerikan kalau aku ketahuan kabur dari kelas oleh Mommy.
Mommy dengan segala bentuk ancamannya, mulai dari akan menjauhkan Naena dariku hingga mengancam akan mengurungku.
O iya, Naena adalah orang kepercayaanku, bisa kalian sebut sebagai asisten pribadi. Naena telah tumbuh bersamaku sejak kami masih kecil, dia setahun lebih tua dariku, aku sembilan belas, Naena dua puluh.
Orang tua Naena telah lama bekerja pada orang tuaku. Ayah Naena merupakan kepala bagian divisi distribusi obat-obatan paviliun Heal. Ibu Naena telah lama dipercaya Mommy menjadi kepala pelayan di kediaman kami, Paviliun Heal. Kakak Naena merupakan salah satu orang terpercaya di kamp pelatihan militer.
Hari ini aku pasti akan melalui petualangan berdua saja dengan Leon. Melihat kebiasaan dan tabiat Mommy, dia akan menahan salah satu yang paling kusayang saat aku tertangkap basah melanggar. Baiklah, cukup berdua tanpa Naena hari ini. Dan satu lagi anggota kami masih ada urusan pribadi.
***
"Bree, aku mendengar kabar beredar kalau saat ini Kaisar Abraham sedang berperang dengan Siheyuan?"
"Aku juga mendengar pembicaraan Daddy mengenai ini beberapa hari yang lalu. Tapi sepertinya ini hanya sebuah taktik."
"Hmm...Kupikir juga begitu, mengingat bagaimana baiknya hubungan Savior dan Siheyuan. Mungkin ini juga alasan sehingga Pria-mu diminta kembali."
"Leon!" Aku mendelik padanya.
"Oh..ayolah!" Aku terus mendelik. "Baiklah, lupakan ucapanku tadi! Mari lanjutkan petualangan!" Leon tidak melanjutkan ledekan dan aku mengingat apa yang hendak kukatakan tadi.
"Leon! Jangan katakan kalau hari ini kau mengajakku ke pantai karena ada hubungan dengan kabar ini?" Leon hanya terkekeh dan artinya tebakanku benar.
"Entahlah, firasatku mengatakan kalau akan ada sesuatu yang berhubungan dengan Perang Siheyuan yang akan kita temukan di teluk rahasia kita."
"Baiklah. Mari kita buktikan firasatmu!"
Kami menambah laju kecepatan kuda kami karena masih lebih dari dua puluh li jarak yang mesti kami tempuh. Angin berhembus terus bertambah dingin kian hari, karena ini sudah hampir pertengahan musim gugur di sini.
Teluk yang dimaksud Leon merupakan sebuah wilayah pesisir yang berada sekitar sepuluh li dari pelabuhan Savior. Kami menyebutnya The Secret Bay. Leon dan aku tak sengaja menemukannya saat kami tersesat belasan tahun yang lalu. Sebenarnya saat kecil kami tinggal di Savior, tapi Paman Will dan Daddy-ku sering mendapat tugas dari Kaisar Abraham di daerah Heal.
Suatu hari, kami diajak ke daerah Heal. Kami dua anak kecil yang bandel memaksa Paman Will untuk mengikut sertakan kami dalam pencarian sebuah tanaman obat yang langka.
Paman Will sudah memperingatkan kami berdua untuk tetap berada dalam jangkauan pandangannya. Namun, seorang Bree sudah cukup untuk membuat penghuni Paviliun Heal pusing, apalagi ditambah Leon. Ha...ha...ha. Kami tak mengindahkan peringatan Paman Will. Dengan penuh semangat kami menjelajahi wilayah pesisir tersebut.
Lokasi Secret Bay tersembunyi di balik sebuah karang besar. Kami tak sengaja menemukannya di saat Leon tanpa sadar menginjak bagian balok kayu yang rapuh sehingga kami berdua jatuh terperosok. Untungnya tidak dalam sehingga tidak sampai membuat cidera.
Ternyata jauh ke dalam lubang tempat kami terperosok terdapat sebuah tempat yang sangat surgawi. Kami menyebutnya Secret Bay, karena sepertinya tempat itu belum terjamah dan masih merupakan bagian dari pantai, karena kami melihat air laut masuk ke wilayah ini.
Tanpa disangka, tanaman yang sedang dicari Paman Will bisa kami temukan di sana, tanaman Monkshood. Saat itu masih sulit menemukan tanaman ini sehingga Daddy meminta Paman Will untuk memulai budidaya tanaman herbal ini. Tapi penanamannya tetap dirahasiakan, karena tanaman Monkshood sangat beracun dan akan berbahaya kalau dibiarkan tumbuh liar.
"Bree, Mommy tau kita keluar?"
"Mommy tadi mengatakan kalau aku boleh keluar ke manapun asalkan aku menyelesaikan kelas ramuanku."
"Sudah kuduga. Mommy tidak akan mengizinkan kalau seandainya kau memberitahunya kita akan ke wilayah pesisir."
"Ya, begitulah Mommy. Kau tau sendiri. Dia terlalu protektif, bahkan Daddy tidak seperti Mommy. Daddy memberiku banyak kelonggaran. Dia mengizinkanku belajar pedang. Daddy memberiku toleransi untuk tidak mengikuti kelas menjahit ataupun kelas melukis."
"Aku tak bisa membayangkan Bree dan mesin pintal ataupun jarum jahit. Pasti akan menjadi pemandangan yang menggelikan."
"Diamlah kau, Leon!"
"Ya...ya...ya. Aku tidak akan membahasnya lagi, Putri Brianna."
Kami terus memacu kuda kami dengan semangat membuncah karena karang Secret Bay sudah terlihat.
Aku langsung melompat dari kudaku saat kami sudah tiba di depan Karang Secret Bay. Aku menyerahkan kudaku pada Leon untuk ditambangkan dan memang biasanya seperti itulah.
Aku mendahului Leon masuk ke balik karang Secret Bay. Untuk mempermudah akses kami masuk, Leon dan aku telah membuat berbagai perbaikan pada jalan masuknya.
Cahaya matahari siang musim gugur menyeruak masuk menyinari Secret Bay sehingga memampukan netraku menatap tiap incinya dengan jelas.
Saat mataku mengitari ujung teluk yang dibatasi sebuah pohon besar, netraku tertumbuk pada sesuatu yang tergeletak di sana. Aku yakin itu merupakan tubuh seorang wanita. Aku segera berlari mendekat untuk memastikan.
"Leon! Cepatlah kemari!" Aku kembali menelisik wanita yang tergeletak di atas pasir kering tersebut. Pakaian yang dikenakannnya bukanlah seperti wanita kebanyakan di tanah Savior. Kalau aku tidak salah ini merupakan pakaian wanita di negeri Siheyuan.
"Ada apa, Bree?"
"Kemari dan lihatlah apa yang kutemukan!"
Leon berjalan setengah berlari dan saat melihat apa yang kulihat, Leon sama terkejutnya sepertiku tadi.
"Orang Siheyuan." Aku mengangguki ucapan Leon.