webnovel

Gerobak Bakso Yang Menggairahkan!

Dengan tidak sabaran Sebastian merenggut Tera dari pelukan putrinya. Pria itu melanjutkan aksi bisik-bisiknya dengan ciuman yang membuat hilang akal dan lupa akan segalanya. Sebastian merebahkan Tera sambil bergeser menjulang di atas tubuh gempal yang hanya tertutup bathrobe, selembar kain yang hampir terlepas dari tubuh wanita itu dan menampakkan penampilan yang sangat menggoda.

Ranjang semakin melesak dan Sebastian semakin menekan. Tera menggeliat berusaha menjauhkan Sebastian dari atas tubuhnya, namun Sebastian yang pemaksa terus mempertahankan posisi mereka sambil menikmati mulut Tera yang megap-megap karena ulahnya. Tangan pria itu bergerilya, memainkan Tera dengan sesuka hatinya.

"Baru kali ini Gerobak Bakso bisa sangat menggairahkan!" ejek Sebastian dengan bibir menyeringai.

Ejekan itu membuat Tera kesal dan mendorong Sebastian dengan seluruh tenaganya. Tera membuang muka saat Sebastian ingin menguasai bibirnya sekali lagi, sementara Sebastian menabrakkan wajahnya pada pipi Tera. Pria itu mendengus-dengus seperti anjing pemburu, lalu menggigit rahang Tera dengan sikap main-main yang menyebalkan.

Tera melenguh kesal saat tangan Sebastian meraih rahang dan membawa wajah mereka saling berhadapan. Di dalam remangnya suasana kamar dan sepinya perjalanan, Tera bisa melihat bayangan gelap wajah Sebastian yang sedang menatapnya dengan penuh hasrat. Pria dengan struktur tulang wajah yang tajam itu bak mafia kelas kakap dari negeri perompak yang tega menculik anak gadis orang demi kepuasan dirinya. Oh ya, Sebastian memang sedang menculiknya, memaksanya mengasuh anak dan menekannya sesuka hati di atas ranjang. Pria itu memang mafia wanita!

Tatapan tajam Sebastian membuat Tera terpaku, wanita itu menggigit bibir melihat bayangan Sebastian di dalam kegelapan. Tera tidak menyangka, bahkan siluet gelap pria itu sungguh indah dan mendebarkan hatinya. Tera menekan perasaannya dalam-dalam. Dirinya tidak boleh terpesona terlalu jauh pada Sebastian. Pria itu bukan pria yang tepat untuk menguasai hatinya. Sebastian hanya akan menimbulkan luka dan kesedihan di dalam sana. Tera tidak boleh membiarkan hal itu terjadi. Ia harus bisa melindungi hatinya baik-baik.

"Siapa sangka wanita gembrot sepertimu nikmat untuk dicium seperti ini." bisik Sebastian tepat di bibir Tera, pria itu menggigit kecil dan main-main, "Siapa sangka saya ingin terus mencium dan mencecapmu. Dan…"

Sebastian menurunkan wajahnya ke leher Tera, pundak, lalu ketiak dan berhenti di depan buah melon yang setengah terbuka.

"Siapa sangka aroma keringatmu membuat saya nyaman dan ingin terus menghirupnya. Parfum apa yang kamu pakai untuk menambah sensasi manis ini? Saya akan membelikanmu satu truk parfum merk ini supaya kamu terus memakainya!"

Netra Tera memperhatikan bagaimana Sebastian menghidu setiap aroma yang menguar dari Tubuh Tera, bahkan pria itu berlama-lama di lekuk leher dan juga ketiak Tera yang terbuka.

"Biasanya cewek gendut itu bau keringat tak sedap, tapi kenapa kamu begitu nikmat?" tanya Sebastian saat sudah berhadap-hadapan dengan wajah Tera, pria itu terlihat benar-benar penasaran dengan hasil observasinya.

"Saya rajin mandi dan membersihkan diri, tapi itu bukan urusanmu! Lepaskan saya!" balas Tera.

"Bagaimana kalau saya tidak mau lepas!?"

"Tidakkah kamu malu pada putrimu yang berbaring di samping?"

"Dia sedang tidur, kamu jangan berisik!"

"Kamu membuat saya berisik! Tidakkah kamu menyadarinya?"

Seringai pria itu semakin lebar, "Kamu harus tahu bahwa kamu bisa menutup mulut dan diam sambil menikmati ciuman saya. Tidak perlu memberontak apalagi membantah. Biarkan saya menikmati mile high fantasy di udara ini…"

Sebastian menutup kalimatnya dengan mengulum bibir Tera, ia menekan wanita itu semakin melesak di ranjang mereka. Tera menggeliat gelisah, Sebastian semakin liar setiap detiknya. Saat pria itu semakin tak terhentikan, Tera berusaha meraih Nora yang tak jauh darinya, wanita itu mengguncang Nora hingga meringik dan terbangun.

"Shit!" sesal Sebastian, "Kenapa kamu membangunkannya!" desisnya sambil bergeser ke samping dengan cepat, membiarkan Tera meringsut menjauh dan merapikan bathrobe nya yang berantakan.

"Supaya kamu berhenti!" bisik Tera.

"Ust! Nora, terbangun ya, sayang. Cup cup, jangan menangis, Tera disini, nak…"

Nora langsung saja memeluk Tera, anak tunggal Sebastian Lim itu pun mengusap-usap wajah basahnya pada bathrobe yang Tera gunakan. Nora terbatuk beberapa kali sambil menarik ingus, bocah itu tak banyak bicara dan benar-benar terlihat lemah karena sakit yang menimpanya.

Sebastian ikut membelai puncak kepala Nora dari belakang tubuh Tera, pria itu menepuk punggung Nora untuk menenangkannya.

"Daddy di sini sayang…"

Nora membuka mata saat mendengar ucapan Daddy nya, bocah itu mendongak dan menemukan bayangan gelap Sang Daddy yang ada di belakang punggung Tera.

"Daddy!" panggil Nora.

Gadis kecil itu bergerak naik ke atas tubuh Tera hingga membuat Tera bergeser terlentang dan membiarkan Nora naik ke atas tubuhnya, setelah berhasil naik, Nora pun turun dan berbaring ditengah Daddy dan Tera. Hal itu membuat Tera mengalah dan bergeser ke tengah demi bisa memberikan jarak untuk Nora yang ingin berbaring di antara dirinya dan Sebastian.

"Ya, sayang! Nora sebentar lagi sembuh, demamnya sudah turun." Sebastian membelai puncak kepala Nora, kemudian mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang.

"Hug me…" bisik Nora. Anak itu menarik tangan Tera dan Sebastian bersamaan lalu dua tangan dewasa itu ditempatkan di atas perutnya.

Tera dan Sebastian menangkap keinginan itu dengan cepat, keduanya memeluk Tera disaat bersamaan. Kini mereka bertiga tidur merapat dengan keberadaan Nora sebagai jarak. Sebastian menatap Tera dengan pandangan sebal luar biasa, kenikmatannya hilang karena ulah Tera yang membangunkan Nora. Andai saja jika Tera tak membangunkan Nora, mungkin sekarang mereka masih bisa mesra-mesraan seperti sebelumnya.

Sesal dan kesal pria itu tertangkap netra Tera, senyum senang terbit dari wajahnya.

"Nora bobo lagi ya sayang, Daddy akan sibuk setelah ini!" bujuk Sebastian. Tangan bebas pria itu terangkat di atas kepala Nora, lalu berlabuh di puncak kepala Tera.

Sebastian membelai puncak kepala Tera dengan lembut, sementara bibirnya tersenyum penuh arti. Sesekali tangan Sebastian membelai punggung tangan Tera yang terletak di atas perut Nora.

"Daddy tidak boleh kerja…" tangis Nora. Bukannya tidur, anak itu justru menangis karena ucapan Daddy nya.

"Tidak, Daddy tidak kerja. Daddy akan temani Nora di kasur."

Nora bergeser miring, gadis kecil itu memeluk Sebastian dengan erat, menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Daddy tersayangnya.

"Auntie dan Daddy tidak boleh pergi." Rengek Nora, "Disini saja!"

"Iya, cantik. Daddy dan Auntie akan temani Nora." Jawab Sebastian sambil mempertahankan tangan Tera agar tetap memeluk putrinya, sedangkan tangannya sendiri justru memeluk pinggul Tera dan meremasnya nakal.

Tera membeliak, wanita itu hendak menyingkirkan tangan Sebastian tapi malah mendapat tatapan penuh peringatan.

"Sekarang Nora tidur ya, istirahat, supaya bisa main bersama Tera saat kita sudah mendarat."

Anak manis itu mengangguk setuju, ia memejamkan mata sambil menikmati kehangatan pelukan Daddy dan Auntie nya. Nora hampir terpejam saat Sebastian berbisik mesra di hadapan Tera.

"Beginilah keluarga bahagia harus terlihat. Pelajari baik-baik ya, Mommy."

Cup!

***