webnovel

Begini Keluarga Bahagia Seharusnya

Tera kehilangan jejak waktu. Ia tidur begitu lelap sepanjang perjalanan Singapore London yang menghabiskan waktu berjam-jam. Hal terakhir yang diingatnya adalah hutang dua ratus juta yang tiba-tiba membebani pundaknya.

Bayangkan!

Dua ratus juta hanya untuk biaya pesawat, akomodasi bandara dan hotel Wyne Kendall telah dibebankan kepadanya hanya karena kebodohan Tera yang telah mengundang Wyne Kendall tanpa persetujuan Sebastian.

Tera mengurut kening yang berdenyut setiap kali mengingat hutang itu. Tera mengerjap beberapa kali, berusaha menyesuaikan netra dengan cahaya lampu nakas yang menyala di depannya. Cahaya lampu itu tampak sangat berkilau di tengah kamar yang temaram. Rupanya lampu kamar dimatikan hingga membuat Tera tidur dengan nyaman dan lupa waktu.

Wanita itu berusaha menggeliat untuk melenturkan otot-ototnya yang terasa kaku, namun ternyata gerakan tubuhnya tertahan oleh lilitan tangan yang mengelilingi perut Tera.

Tera menoleh ke belakang dan menemukan Sebastian yang ternyata sedang tidur sambil memeluknya dari belakang. Pria itu tidak hanya melingkarkan tangan, namun juga kakinya ke tubuh Tera, sedangkan salah satu tangannya menjadi bantal penopang bagi leher Tera.

Menyadari posisi tidur yang sangat lekat dan intim membuat Tera hendak bergeser untuk membuat jarak, tapi sayangnya Tera terhenti oleh posisi Nora yang juga mengapitnya, memeluk Tera dengan kedua tangan dan kakinya, persis seperti Sebastian.

Wanita gembrot itu tampak seperti pohon besar yang digayuti oleh bapak dan anak monyet, dua orang itu seolah menggantungkan beban mereka ke tubuh Tera yang terasa pegal-pegal.

"Ugh!" Tera melenguh saat Sebastian mengusel-usel tengkuknya dengan kumis dan jenggot tipis yang menggelikan, sementara Nora mengusel-usel payudaranya yang tepat berada di depan wajah anak itu.

Nora terasa basah, tubuhnya dingin dan sepertinya demam anak itu sudah turun. Tera mengecek kondisi Nora dengan hati-hati agar tidak membangunkan bocah yang suka tantrum itu, nafas Nora lebih teratur, tidak mengigau dan keringat dingin benar-benar membasahi tubuhnya.

Dengan penuh kehati-hatian Tera menjauhkan Nora dari tubuhnya, wanita itu menggeser Nora dari pelukannya, namun tiba-tiba saja Sebastian mencengkeram tangan Tera yang sedang menjauhkan Nora.

Sebastian berbisik dengan suara serak ditelinga Tera, bisikan yang membuat perutnya melilit dan menggigil geli.

"Jangan melepasnya, biarkan dia merasakan pelukan hangat seorang ibu." Bisik Sebastian.

Tera yang sempat membeku oleh bisikan sexy itu pun akhirnya berhenti menjauhkan Nora, ia membiarkan Nora memeluk tubuhnya dengan nyaman dan sesuka hatinya. Namun Tera tak tinggal diam begitu saja, ia meraih tangan Sebastian di perutnya, dan menjauhkan tangan itu dari tubuhnya. Sebastian memang membiarkan Tera menjauhkan tangannya, namun siapa yang menyangka jika ia memanfaatkan kesempatan itu untuk hinggap di paha Tera dan membelainya dengan sentuhan yang lembut.

"Bos…" protes Tera dengan suara bisikan.

"Hmn?" tanya Sebastian dengan gumaman di tengkuk Tera.

Mulut Tera terbata-bata saat merasakan tangan Sebastian bergerak ke atas dan menarik kain bathrobe itu hingga pahanya terbuka, tangan pria itu terus membelai Tera dengan godaan yang hampir membuat wanita itu meledak oleh panik yang melandanya. Pasalnya, Tera tak memakai apapun di balik bathrobe itu, ia tak memiliki sehelai pakaian pun selain bathrobe yang digunakannya. Sebastian benar-benar keterlaluan sampai hati membuat Tera melakukan penerbangan hanya dengan selembar kain bathrobe yang sangat rentan.

"Jangan begini, Ada Nona Muda di samping saya…" lirih tera setelah berhasil mengumpulkan suaranya.

"Apa kita perlu mencari ruang private lain supaya tak terganggu anak saya?"

"Maksud saya bukan itu! Tolong hentikan tangan Anda!" tegur Tera sambil menarik tangan Sebastian dari pahanya.

Pada saat itu Tera menyadari bahwa tangan Sebastian terasa tak seperti biasanya, tangan pria itu selalu lembut dan terjaga, namun entah kenapa kulit telapak tangan Sebastian kali ini justru kasar dan mengelupas.

Tera membelai-belai kulit telapak tangan Sebastian yang kasar, Sedangkan Sebastian membiarkan Tera melakukan apapun dengan tangannya.

"Tangan Anda tidak seperti biasanya." Ujar Tera.

"Selama kamu tak ada, Nora selalu memaksa saya bermain rumah pasir dengannya."

"Hanya karena bermain pasir bisa sekasar ini?"

"Tentu saja bisa sekasar ini jika bermain setiap hari. Padahal anak itu sedang sakit, tapi dia bersikeras bermain pasir dan saya tidak bisa menolaknya."

Hati Tera menghangat mendengar pengakuan itu, selama ini Sebastian tidak pernah meluangkan banyak waktu untuk bermain dengan Nora, pria itu selalu membiarkan Nora bermain dengan Tera dan Sofia. Rupanya ada hal positif yang terjadi berkat ketidakhadiran Tera di antara mereka.

"Anda harus mengoles krim atau hand lotion supaya tangan Anda tidak kasar seperti ini."

"Obati tangan saya, oleskan krim itu untuk saya."

"Saya tidak memilikinya sekarang, saya tidak sempat membawa apapun untuk perjalanan ini, bahkan sehelai baju pun tidak saya bawa."

"Saya akan mencarikannya untukmu."

Tiba-tiba saja Tera merasa lehernya ditusuk oleh bulu-bulu tajam yang menggelikan. Jenggot dan kumis tipis Sebastian yang kasar kini sedang menggesek-gesek lehernya. Kontan saja pundak Tera menahan wajah Sebastian agar tak bergerak. Sialnya, hal itu justru membuat Sebastian lebih bebas menekan dagu dan mulutnya ke leher Tera.

"Boss! Ah! Geli!"

Sebastian tidak menggubris protes Tera, pria itu malah mengecup leher Tera dengan main-main, bahkan Tera merasa sesuatu yang kenyal dan basah membelainya di sana.

"Gembrot, jangan banyak gerak dan berisik, Nanti Nora bangun!"

"Seharusnya Anda jangan macam-macam, Boss! Tangan Anda, tolong dikondisikan!" bisik Tera sambil menarik tangan Sebastian yang berusaha menyelinap di balik kain bathrobe nya.

Bukannya berhenti, Sebastian justru menggigit kulit leher Tera, menghisap dan membelainya dengan gemas. Tera yakin lehernya akan memiliki satu titik berwarna merah yang akan membekas untuk waktu yang lama.

"Kalau Nora boleh mencari kenyamanan pada buah melon mu, seharusnya saya boleh melakukannya di sudut-sudut lain tubuhmu."

"Sembarangan!"

Wanita itu pun melonggarkan pundaknya dari wajah Sebastian, lalu menoleh ke samping untuk memelototi pria itu sebagai peringatan, Hanya saja Tera tidak menyadari jika ia memilih langkah yang salah, bukannya mengerti akan peringatan yang dilayangkannya, Sebastian malah mencaplok bibir Tera, melumatnya dengan satu lumatan yang penuh tekanan hingga wanita itu tak bisa mengelak.

Tera memekik dalam bungkamannya, wanita itu berusaha mendorong Sebastian menjauh dengan pundaknya, namun Sebastian justru mengunci Tera dengan tekanan tubuhnya. Ranjang itu melesak semakin dalam, sedangkan Nora tetap nyaman dalam pelukan.

Sebastian menyesap bibir Tera hingga menimbulkan suara yang mengisi kamar sepi mereka, setelah cukup puas, Sebastian pun melepasnya, namun tetap menekan wajah Tera dengan tekanan wajah dan juga telapak tangannya yang kasar.

Sebastian berbisik tepat di bibir Tera, "Begini keluarga bahagia seharusnya terlihat, kamu memeluk putri saya dan saya memeluk, mencium dan membelaimu dengan penuh kehangatan."

***