webnovel

Petaka Dom Perignon

Manakala Nora terpejam lelap, Tera pun melepaskan diri dari genggaman Sebastian di pinggulnya. Wanita itu bangkit dari ranjang dan merapikan bathrobenya yang berantakan dalam waktu singkat.

"Mau kemana?" tanya Sebastian yang menahan diri untuk tidak bangun dan meraih Tera, pasalnya Nora masih memeluknya dengan sangat erat hingga ia tak tega bergerak karena pasti akan membangunkan anak itu.

"Cari udara segar!" balas Tera sambil berlalu meninggalkan ruangan dan mengabaikan desah kecewa yang lolos dari bibir Sebastian.

Tera menutup pintu dengan hati-hati, lalu berjalan menuju tempat Wyne Kendall berada. Wanita yang hidup dalam circle pria kaya raya itu terlihat bosan dengan mata mengantuk, wajah merah dan lipstik di bibirnya berantakan. Penampilan Wyne tidak terlihat seperti biasanya, ia kacau balau dan seperti sedang melamunkan sesuatu.

Mata Tera menyipit curiga, ia tahu ciri-ciri Wyne Kendall saat sedang tipsy alias intoxicated parah oleh minuman beralkohol. Dan bernar saja, tatkala posisinya semakin dekat, Tera mendapati meja Wyne yang dipenuhi oleh sebuah botol champagne yang telah kosong, juga sepaket makanan pendamping yang berisi cheese, crackers, olives dan anggur hijau yang hanya bersisa remah-remah saja. Wanita escort yang sering dikencani Sebastian itu telah melahap habis semua menu mahal itu hingga dirinya mabuk berat dan lupa tempat!

"Wyne! Apa yang kau lakukan!?" seru Tera.

Wanita gembrot itu menyugar rambut ke belakang sambil melotot frustasi pada botol champagne dan keju-keju mahal yang Wyne nikmati. Tera meraih botol champagne itu dengan dramatis lalu membaca tulisan-tulisan aestetic yang tercatat pada merk botol yang ada di genggamannya.

"What the hell!" Tera memelototi botol kosong itu dengan penuh kengerian.

Dom Perignon!

Tera meraup wajah semakin frustasi.

"Anjrot! Siapa yang menyajikan champagne vintage yang berasal dari brand Moet & Chandon ini?"

Wanita itu membolak balik botol kosong itu semakin dramatis, ia membaca setiap tulisan yang tertera sambil mengingat-ingat harga Dom Perignon dalam kurs rupiah, karena jika tidak salah ingat, terakhir kali Tera membeli botol champagne dengan merk ini adalah saat Sebastian merayakan ulang tahun Nyonya Besar Lim di Indonesia. Saat itu Tera hanya bertugas mencari Champagne terbaik di Jakarta dan ia berhasil menemukan satu botol Dom Perignon yang sangat mahal, hanya untuk 750 ml perlu mengeluarkan kocek jutaan rupiah, hampir mendekati sepuluh juta, tergantung usia dan jenisnya.

"Kampret!" geram Tera keras-keras hingga mengagetkan semua orang yang ada di sekitarnya.

Beberapa pengawal menoleh, Wilson dan sepasang pramugari dan pramugara berjalan mendekat.

"Miss Hutama, may I help you?" tanya cewek Malaysia itu.

"Siapa yang ngasih botol mahal ini ke dia?" tak hanya cara bergeraknya, namun cara bicaranya pun berubah dramatis. Tera benar-benar frustasi dan tak tertolong lagi.

"Wilson! Kamu pasti sengaja memberikan ulat bulu ini champagne mahal untuk menjebak saya dalam hutang yang semakin besar, bukan!?" tuduh Tera pada Wilson yang baru saja berhenti di sampingnya, "Pasti ini strategi kalian untuk menjebak saya!"

"Apa? Tidak! Saya tidak tahu apapun, justru saya baru tahu kalau dia memesan semua ini!" bela Wilson.

"Brengsek! Tidak mungkin kamu tidak tahu, bukannya kamu disini bersamanya!"

"Saya memang disini, Nona. Namun saya istirahat penuh karena lelah bekerja seharian jadi saya tidak memperhatikan apapun tentang wanita ini. Percayalah, saya tidak tahu apa-apa!"

"Lalu siapa! Siapa yang memberinya semua sajian ini! Siapa yang mengizinkannya memesan menu mahal ini! Sialan, hutangku bertambah karena ulat bulu menyebalkan ini!"

Tera benar-benar kesal hingga melampiaskan dengan sembarangan, wanita yang selalu profesional dan santun itu kehilangan semua kesabarannya hingga menuduh Wilson dan lainnya tanpa pandang bulu. Padahal secara teknis, Wilson adalah atasannya. The head of secretary, alias tangan kanan tertinggi Sebastian, sedangkan Tera hanyalah Personal Assistant slash babu Sebastian.

"Excuse me, Maam." Pramugara menyela.

"Kamu yang memberikannya semua ini?" tuduh Tera langsung.

Tera yang sangat galak berhasil membuat semua pria menciut melihat kemarahannya. Ia tidak terlihat seperti Personal Assistant yang sedang marah, Tera justru tampak seperti Nyonya Besar yang menguasai wilayah.

"Yes, Maam. I don't know if there are rules about champagne…" belum selesai pramugara itu menjelaskan, Tera meletakkan botol Dom Perignon ke permukaan meja hingga menimbulkan suara benturan yang membekukan semua orang.

"Never give her any expensive items!" geram Tera.

"Ada apa ini?"

Suara berat Sebastian berhasil memecah perdebatan yang panas itu. Semua orang membeku dan menunduk mafhum. Suara Sebastian yang dingin namun penuh wibawa membuat pengawal yang sejak tadi asyik menonton pun berdiri tegap dari kursi, pramugara mengangguk sopan dan Wilson pun bergeser menjauhi Tera untuk memberikan tempat pada Sebastian.

Pemimpin Trust Group itu pun berhenti di samping Tera, merangkul wanita itu sambil meraih botol Dom Perignon dari meja.

"Wah, rupanya ada yang sedang melakukan perayaan!" gumam pria itu.

Dom Perignon memang terkenal sebagai Champagne yang disajikan pada hari perayaan, seperti hari jadi pernikahan, hari ulang tahun dan pencapaian penting lainnya. Minuman beralkohol ini menawarkan rasa unik campuran bunga segar, buah batu yang disebut drupe, kulit jeruk bali dan tambahan aksen renyah dari rempah-rempah seperti paprika. Dan Champagne mahal yang memiliki semua rasa unik itu dinikmati seorang diri oleh Wyne Kendall!

Saat meletakkan botol kosong itu ke meja, netra Sebastian memperhatikan Wyne yang sedang mabuk. Wanita itu tak menyadari kehebohan yang terjadi di sekitarnya.

"Wanita itu memang sangat suka mabuk." Ujar Sebastian, "Wilson…"

"Yes, Boss?"

"Jangan lupa masukkan semua ini ke dalam bill Nona Hutama. Dan Jika dia memesan semua menu mahal di hotel seperti ini, maka itu pun masuk ke dalam bill yang sama. Catat baik-baik jangan sampai terlewat."

Tentu saja perkataan Sebastian mengagetkan semua orang, mereka memandang Tera dengan tatapan kasihan sekaligus ngeri disaat bersamaan. Bagaimana tidak, semua menu itu tentu sangat mahal, mereka pun tahu betapa Wyne Kendall adalah gadis yang memiliki kesan "Mahal". Pakaiannya mahal, gaya hidupnya mahal dan seluruh yang melekat di dalam dirinya memiliki kesan mahal. Jadi tidak mungkin Tera menanggung semua itu selama perjalanan mereka.

"This is not fair!" Seru Tera sambil melepaskan rangkulan Sebastian di pundaknya.

"Fair enough if only you listen to me and say yes to anything I want. Unfortunately, you don't!"

"Boss!" ringik Tera sambil merangkul lengan Sebastian, persis seperti Nora yang selalu berhasil meluluhkan Daddy nya.

"Uh, No! Don't do that to me. Kamu telah melakukan kesalahan dan kamu harus menanggungnya. So, enjoy your shield!"

Sebastian berbalik menuju kamar dan mengacuhkan tatapan semua orang. Diam-diam pria itu menyeringai senang atas semua yang terjadi pada perjalanan mereka.

Pria itu berhenti di depan pintu, menarik handel dan berucap tanpa menoleh ke belakang, "Temani saya tidur, atau saya tidak akan memberimu pakaian yang layak saat turun dari pesawat!"

***