webnovel

Bagian 73

Suara ketukan di pintu membuat Aldi tersentak. Gelas yang hendak diraihnya tersenggol jatuh, menumpahkan isinya ke lantai. Dia mendecakkan lidah.

"Sayang sekali, padahal belum diminum," keluhnya.

Ketukan pintu semakin intens. Aldi bangkit dari tempat tidur. Dia sempat meletakkan kembali gelas yang jatuh di nakas sebelum membukakan pintu. Wajah resah Putri menyambutnya. Gadis itu mengenakan piyama biru dengan rambut sedikit berantakan.

Aldi mengerutkan kening. "Wulan?" Namun, dia tiba-tiba menyeringai nakal. "Jangan bilang kamu takut tidur sendiri dan minta ditemani," godanya.

Putri mendelik dan mengacungkan tinju. "Mas ... mau tangan kiri apa tangan kanan?"

Aldi tergelak. "Cuma becanda, Lan. Aku cuma ingat waktu kecil kamu suka merengek minta temenin tidur sama Eyang Sulis."

"Pas kecil itu, kan, wajar, Mas," gerutu Putri. Dia mengibas-ngibaskan tangan. "Ah, sudahlah! Itu tidak penting. Ayo kita tuker kamar, Mas," cetusnya tiba-tiba.

Aldi kembali mengerutkan kening. "Tukar kamar? Kenapa? Apa kamar untukmu tidak nyaman?"

Putri menggigit ujung kukunya. "Firasatku enggak enak, Mas. Cara Gilang menatapku tadi rasanya seperti singa mau menerkam mangsa. Sepertinya, mereka merencanakan sesuatu yang buruk."

Aldi mengangguk-angguk. "Kamu benar juga, Wulan. Hotel ini milik Pak Broto. Gilang bisa saja mendapatkan kunci cadangan. Baiklah, ayo kita bertukar kamar."

Akhirnya, mereka pun bertukar kamar. Aldi mempersilakan Putri masuk. Selanjutnya, dia mengambil ponsel, dompet, dan buku sebelum meninggalkan kamar, lalu berpindah ke kamar yang sebelumnya ditempati Putri.

Oleh karena belum terlalu mengantuk, Aldi menghabiskan waktu dengan membaca buku. Dia sempat merasa haus. Namun, ada sebuah catatan kecil di sebelah gelas jus di nakas, tulisan tangan Putri terukir jelas di sana.

Mas, jangan minum atau makan apa pun yang ada di kamar. Aku curiga mereka memasukkan sesuatu. Jika kamu haus atau lapar, ada minuman dan makanan dalam koper kecil di sudut kamar.

Aldi mendadak bersyukur telah menjatuhkan gelas jus sebelumnya. Menurut perkiraannya, target komplotan Bimasakti bukan hanya Putri, tetapi juga dirinya. Dia segera membuka koper yang dimaksud Putri. Benar saja, ada 2 botol air mineral dan beberapa bungkus biskuit.

Setelah menuntaskan dahaga, Aldi memutuskan untuk tidur. Dia terlebih dulu mematikan lampu utama, sehingga pencahayaan kamar menjadi remang-remang. Baru saja Aldi berbaring dan memejamkan mata, sepasang lengan kokoh tiba-tiba melingkar di pinggangnya. Refleks, dia langsung melakukan tendangan kuat. Penyusup mesum itu langsung mengerang keras dan jatuh terguling-guling.

"Suaranya seperti tidak asing hmm ...," gumam Aldi.

Dia cepat menyalakan lampu utama. Ternyata, firasat Putri memang tidak salah. Si mesum yang ditendang Aldi tadi benar-benar Gilang. Playboy cap kapak itu sepertinya mengira Aldi adalah Putri dan hendak berbuat tidak senonoh.

Sebenarnya, Aldi sangat geram. Jika memperturutkan emosi, dia mungkin saja akan menghajar Gilang sampai mati. Namun, Aldi mencoba mengingat pesan Putri agar tidak gegabah dan lebih banyak menggunakan cara halus.

Aldi tertawa sinis. "Selama ini, suka sekali lo nyebarin isu gue penyuka sesama jenis. Ternyata, lo yang belok, ya, Lang," sindirnya. "Jadi, suka bawa-bawa cewek ke hotel cuman kamuflase, atau lo emang AC-DC?" tambahnya pedas.

"Sial*n lo!"

"Sorry, ya, Lang. Gue beneran normal. Gak ada niat main pedang-pedangan sama lo," ejek Aldi Semakin menjadi-jadi.

Gilang menggeram. Dia bangkit dengan tertatih, lalu menyerang Aldi tanpa aba-aba. Sayangnya, kemampuan bela diri mereka memang tidak sebanding. Aldi hanya bergeser sedikit, tinju Gilang sudah meleset. Tak ayal tangannya menghantam tembok dan mengalami patah tulang.

"Arghh! Argggh!"

Gilang terduduk sambil terus meringis. Aldi mendekat dengan langkah yang sengaja dipelankan agar lebih terkesan mencekam. Tepat saat di hadapan Gilang, dia memukul tengkuk sang sepupu sampai pingsan.

"Ck! Benar-benar merepotkan. Jika bukan karena Wulan yang meminta untuk bersabat, kau pasti sudah kubuat babak belur," keluh Aldi.

Tak lama kemudian, pintu kamar diketuk. Suara Putri terdengar memanggil-manggil dari luar. Aldi pun membukakan pintu. Ternyata, Putri melaporkan empat orang gadis yang pingsan di kamarnya. Para wanita malam kelas atas utusan Broto itu memang telah dibuatnya pingsan.

Aldi dan Putri berdiskusi singkat. Akhirnya, mereka memutuskan untuk memesan satu kamar lagi, lalu menempatkan Gilang dan para gadis berpakaian seksi di sana. Setelah masalah beres, Aldi dan Putri kembali ke kamar masing-masing dan tidur dengan nyenyak.

***

BUK!

Bimasakti meninju meja. Wajahnya merah padam. Gilang hanya bisa menunduk dalam. Rencana mereka untuk mempermalukan Aldi gagal total, malah mencoreng arang di kening sendiri. Aldi selamat dari tuduhan menggunakan empat wanita panggilan sekaligus. Putri pun terlepas dari cengkeraman Gilang.

Kegagalan rencana membuat trio serigala jahat kembali berkumpul di rumah rahasia Bimasakti. Namun, bukannya mencari solusi, Bimasakti hanya marah-marah dan mengamuk. Gilang juga terus diam seperti pajangan. Broto diam-diam menghela napas berat. Kadang, memang hanya otaknyalah yang bisa digunakan.

"Mereka benar-benar licin seperti belut!" geram Bimasakti. Gemeletuk giginya terdengar jelas.

Broto menyulut rokok, lalu menghisapnya dalam-dalam sebelum mengembuskan asap ke langit-langit. "Tenanglah, Bima. Jika plan A gagal, maka masih ada plan B, C, dan D," hiburnya.

Bimasakti mendengkus. "Rencana apa lagi, Broto? Mereka bisa saja berkelit dan lolos lagi," gumamnya pesimis.

"Hei, Bima, jangan pesimis. Orang jahat seperti kita harus memiliki seribu akal bulus dan tidak mudah menyerah untuk menyingkirkan lawan. Dengarkan dulu rencanaku, baru protes," gerutu Broto. Dia meletakkan rokok yang tersisa setengah di pinggiran asbak.

"Ya, ya, jadi apa rencanamu selanjutnya? Aku tidak mau mendengar rencana konyol," sahut Bimasakti malas.

Broto menyeringai, lalu menjelaskan rencananya secara mendetail. Wajah masam Bimasakti perlahan berubah cerah. Bibirnya perlahan membentuk senyuman licik. Gilang yang sedari tadi frustrasi ikut antusias. Dia benar-benar tak sabar hendak menjalankan rencana Broto.

"Gadis sial*n, sebentar lagi lo bakal hancur. Gue gak sabar liat lo di titik terendah," umpatnya dalam hati.

***

Penentuan penerus sudah mencapai titik akhir. Semua petinggi perusahaan dan para investor berkumpul di ruang rapat utama PT. Karya Lestari. Dirja memimpin langsung penilaian terakhir. Aldi dan Bimasakti duduk bersebelahan dengan hawa ketenganan yang terasa mencekik. Sebenarnya, Aldi ingin Putri ikut serta sebagai asisten pribadi, tetapi gadis itu malah sakit. Meskipun pikirannya terbagi, dia tetap tampil percaya diri dan meyakinkan.

Setelah beberapa sambutan singkat, asisten pribadi Dirja berdiri. Lelaki itu adalah salah satu anak asuh Dirja yang mendapatkan sokongan pendidikan. Dia sangat setia kepada Keluarga Permana dan selalu menunjukkan kinerja terbaik. Pada rapat penentuan penerus, sang asisten bertindak pemandu acara.

"Sekarang, untuk penilaian terakhir, Pak Bimasakti dan Pak Renaldi akan melakukan presentasi, lalu dilanjutkan dengan debat," tutur sang asisten. "Dipersilahkan kepada Bapak Bimasakti untuk presentasi lebih dulu."

Bimasakti melirik sinis Aldi sebelum berdiri. Dia maju ke depan. Tak lama kemudian, layar proyektor menampilkan gambar sebuah proyek besar. Bimasakti memulai presentasi. Nada bicaranya terdengar angkuh, membangga-banggakan setiap proyek yang berhasil digarap dan meraup keuntungan besar.

Aldi menyimak dengan seksama. Dia tersenyum kecil. Presentasi Bimasakti penuh dengan celah. Bagaimana sang paman sangat tidak tahu diri dengan begitu berani maju sebagai calon penerus keluarga. Asisten pribadi Dirja bahkan jauh lebih baik. Aldi berada di atas angin, hingga sebuah pesan singkat dan pesan video masuk ke ponselnya.

["Mundur dari persaingan penerus dan lepaskan jabatan di PT. Karya Abadi atau orang-orang yang kau sayangi menghilang dari muka bumi ini."]

Aldi memutar pesan video. Wajahnya seketika menegang. Dia refleks melotot ke arah Bimasakti. Sang paman seperti tahu dan tersenyum licik.

Ya, Bimasakti dan komplotannya memang mengirimkan video penyekapan Putri dan para penghuni panti di sanggar. Anak buah Bimasakti terlihat mengancam akan membakar mereka hidup-hidup. Aldi mengepalkan tangan. Dia sudah hampir memutuskan mundur, hingga pesan dari nomor tak asing masuk ke ponselnya.

***