webnovel

Bertarung Sampai Akhir

Kematian sang ayah, menuai misteri yang mendalam untuk Ash. Sementara, dirinya harus mencari nafkah sebagai petarung bebas. Dibalik krisis yang melanda akibat virus mematikan yang terjadi di Negaranya. Membuat ia rela mempertaruhkan nyawanya setiap malam, demi membiayai kehidupan. Alih-alih ingin menyelidiki kasus kematian ayahnya, Ash menyetujui permintaan dari pihak kepolisian. Pada akhirnya. Secara rahasia, Ash kini telah dipilih oleh pihak kepolisian untuk menyelidiki kasus besar. Dalam perjuangannya, Ash selalu menutupi identitasnya. Hal itu sengaja dilakukan agar nasib keluarga dan orang terdekatnya selamat. Kejamnya konflik dan tekanan, membuat ia terjerumus dalam jerat serta tipu daya musuhnya. Lagi-lagi, hanya dengan bertarunglah semua dapat diselesaikan. Mampukah Ash mengembalikan kedamaian di Negaranya?

Little_Syahni · Action
Not enough ratings
6 Chs

Siapa Wanita Itu?

Malam itu terlihat jelas wajah seseorang yang memanggilnya, tinggi tubuh lawan yang tak seimbang dengannya membuat Ash menghela napas. Mungkin Ash yang merasa bahwa tubuhnya lebih kecil dari lawannya.

Menjadi petarung di jalanan bukanlah hal mudah, butuh beberapa uji coba sebelum kalian menjadi petarung jalanan yang benar-benar petarung.

Selain memainkan otot, dia juga harus pintar dalam mengambil tindakan untuk menyerang. Tak banyak dari lawannya yang memiliki hal itu, sehingga mereka kalah dengan telak oleh Ash.

Malam itu. Ash yang sebelunya minum kopi dengan Karman, kini mempersiapkan diri untuk turun ketengah arena pertarungan.

Dengan melepaskan sweeter kebanggannya, Ash kini hanya mengenakan cena pendek saja. Melangkah ke tengah arena, setelah semua pakaian yang ia lepaskan diberikannya kepada Karman.

Sorak-sorai penonton menambah semangat Ash, perlahan rasa gentarnya menghilang. Ash kemudian merengganggkan otot-ototnya dengan menggidikkan bahu serta memutar-mutar lengan kebelakang.

Sementara Karman yang memegangi pakaian milik Ash, berlalu pergi menuju halte yang ada di dekat lokasi pertarungan. Merebahkan tubuhnya di kursi halte, Karman menggunakan pakaian Ash sebagai alas kepalanya.

Selang tak berapa lama dari Ash yang melakukan pemanasan, seseorang lainya berdiri di tengah antara Ash dan lawannya yang baru saja memasuki arena pertarungan.

Seseorang itu adalah wasit, dia selalu memberikan aturan-aturan sebelum laga dimulai. Setelah semua aturan diberitahukannya, kibasan tangan si wasit menandakan pertarungan dimulai.

"Hey kecil, kenapa kamu tak pulang lalu menyusu saja pada ibumu!" celetuk pria kekar yang kini menjadi lawanya.

"Kau ingin beradu otot atau adu ocehan?" sindir Ash kepada si pria.

"Aghr! Rasakan ini!" geram pria tersebut, lalu melangkah untuk menyerang Ash.

Satu pukulan yang keras dilontarkan oleh si pria ke wajah Ash, dengan sigap Ash menepis serangan tersebut dengan pipi kirinya. Ash yang merasa kesakitan, mulai menggelengkan kepalanya, lalu menatap si pria dengan tatapan tajam.

Penuh semangat, Ash melakukan serangan balik dengan gerakan sembarang. Berusaha mengecoh pandangan lawan agar si pria tak mampu menepis serangannya saat ini.

Namun, Ash yang terlalu banyak intermeso, lagi-lagi merasakan pukulan si pria. Kali ini kepalan tangan si pria mendarat tepat di dahinya. Sontak, Ash tersungkur. Tanpa menunggu, pria itu menindih tubuh Ash. Menghujaninya dengan pukulan berulang-ulang di bagian perut sesekal ke wajah yang di tutupi hastanya.

Tanpa sadar, pukulan si pria membuat perut Ash merasa kelaparan.

"Nasi goreng buatan Emak!" seru Ash dengan histeris, membuat para penonton terdiam dan bertanya-tanya.

Ash yang mulai bangkit, menghantam bagian belakang si pria dengan lututnya. Si pria tersungkur, Ash kemudian berdiri. Melontarkan tendangannya ke wajah si pria yang beranjak. Si pria terkapar hanya dengan satu serangan dari Ash.

Ash berhasil mengalahkan si pria. Dengan kata "Aku menyerah," ujar si pria, melambaikan tangannya ke udara.

Sebagai pemuda yang baik, jujur, adil dan sopan, Ash tak hanya tinggal diam melihat lawannya terkulai lemas dan tak berdaya. Tanpa perintah dari siapapun, Ash membantunya berdiri.

"Come on, Bung! Berdirilah!" ujar Ash, mengulurkan tangannya. Pria itu menyambut tangan Ash dan berdiri. Tanpa berkata apa-apa, si pria langsung saja memeluk Ash.

"Maaf, burung anda menganggu sekali!" celoteh Ash, merasa risih karena hal itu.

"Jasson, aku Jasson!" Pria itu mengulurkan tangannya ke hadapan Ash.

"Aku Ash ... Asholole Katmadja Birambara, dan aku bertarung karena hobi," jawab Ash dengan pasang wajah sombong.

Singkat cerita, setelah Ash selesai berkenalan dengan pria kekar yang bernama Jasson itu, Ash melangkah menuju halte bus. Ash sangat paham dengan kebiasaan Karman yang selalu memakai pakaiannya untuk tidur, setiap kali Ash bertarung. Sudah menjadi kebiasaan Karma.

Seuatu yang menjengkelkan melanda di hati Ash ketika melihat Karman yang meneteskan liur di pakaiannya. Timbul niatnya untuk mengerjai karman dengan berteriak "Kebakaran!" ke telinga Karman dengan histeris.

Karman yang terkejut langsung beranjak dari tidurnya, meski dalam raut wajah setengah mengantuk, Karman berusaha berdiri. "Kebakaran! Dimana? Ayo selamatkan gadis-gadisnya saja!" celoteh Karman seketika.

BLETAK!

Ash menjitak kepala Karman yang saat itu baru saja berdiri di hadapannya.

"Ayo kita pulang!" ujar Ash sembari memberikan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu rupiah.

"Ah sakit, mau marah tapi ... sudahlah! yang penting uang. Kau memang tak terkalahkan Ash!" puji Karman berbasa-basi.

"Kamu Tahu, yang membuat diriku kuat itu apa?" ujar Ash sembari mereka melangkah.

"Nasi goreng buatan Emak, kan?" Seru Karman, dan mereka kemudian tertawa bersama.

Sejenak hening ...

"Ash, mengapa kau selalu memberikan aku sebagian dari hasil kemenanganmu?" Karman bertanya, menanyakan pertanyaan yang sama setiap kali Ash memberinya uang. Namun jawaban dari Ash selalu saja berbeda-beda.

"Tidak ada jawaban untuk hari ini, aku hanya ingin, kamu gunakan saja uang itu untuk pengobatan ibumu. Jangan kau pakai bermain judi!" ujar Ash. Memakai pakaiannya.

"Terima kasih, Ash. Aku masuk ke rumah dulu! Kamu mamu mampir?" ucap Karman ketika telah tiba di depan rumahnya.

"Enggak, aku sudah di tunggu Emak. Ingat pesanku, pakai untuk ibumu berobat!" sambung Ash sesaat sebelum melangkah menuju rusunnya.

Tak cukup jauh melangkah, Dari jarak cukup jauh, Ash melihat dari sela-sela remangnya lampu jalanan. Nampak seorang wanita sedang dikepung oleh beberapa pria yang sedang mengenggam botol.

"Gawat, wanita itu pasti sedang diganggu oleh pemabuk-pemabuk itu. Aku coba selamatkan," lirih Ash, berusaha untuk menyalamatkan. Meski dia tahu tubuhnya saat ini masih terasa sakit akibat memar.

Dengan santai Ash berjalan mendekati mereka, tatapannya tak luput memandangi aksi busuk para pemabuk yang menggoda wanita tak bercelana. Karena memang wanita itu memakai dress, jelas ia tak bercelana.

Setelah Ash berjarak sekisar tiga meter dengan mereka, Ash menegur dengan santainya. "Sudah malam, kalian pulang gih! dicariin sama Emak kalian di rumah," ejek Ash.

Crang!

Satu hantaman botol mengenai kepala Ash. Beruntung pecahan botol tak mengenai bagian tubuhnya, hanya lebab akibat hantaman botol saja yang membekas di dahinya.

"Mulutmu tak bisa dijaga ya? Kamu mau mati?" hardik sala satu pemabuk di antara ketiga lainnya.

Tanpa menjawab, Ash mulai berpikir cerdik. "Ada polisi!" ujar Ash menipu mereka. Mereka yang menoleh, membuat Ash leluasa menarik tangan si wanita. "Ayo cepat, lari!" ujar Ash.

"Eh ... tunggu!" sambung si wanita, namun tak dihiraukan Ash. Dia tetap saja memnarik tangan si wanita dan lari menjauhi pria-pria mabuk tersebut.

Para pria itu mengejar Ash dan si wanita, namun karena posisi mereka sedang mabuk, mereka tertinggal jauh dari Ash dan si wanita tersebut.

"Aku kira kamu akan datang dan bertarung dengan mereka layaknya jagoan di film-film." kata si wanita yang baru saja Ash selamatkan.

"Bukanya terimakasih, malah nanya hal begitu! Coba pikir, mereka berempat, aku hanya sendiri, mana mungkin aku menang melawan mereka?" sambung Ash.

"Dasar, kamu ternyata sudah berubah. Aku kira kamu seperti dulu," celoteh si wanita. Seolah telah mengenal Ash sejak lama.

"Maksudmu apa–"

"Percuma ngobrol dengan orang lemah sepertimu," memotong ucapan Ash lalu melangkah menjauhinya.

"Hey, cewek! Kamu itu siapa? Kenapa kamu bilang gitu tadi denganku? Hei ..." ucapan Ash tak di hiraukan, perlahan bayangan wanita menghilang tertutup gelapnya malam dan bayangan gedung-gedung.

"Dasar wanita aneh," gerutu Ash, berbalik arah untuk melanjutkan perjalanan menuju rusunnya.

Namun apes menimpa Ash, ketika ia berbalik arah, keempat pria yang sebelumnya mengejar kini telah berdiri di hadapannya. "Sorry, tadi aku hanya becanda. Jangan marah ya!" mencoba berdamai.

"Kamu bilang apa tadi? Menyusu pada ibu kami? Ini menyusu!" ujar salah satu dari pemabuk lalu memukul wajah Ash. Seketika Ash terjatuh dan tersungkur.

Kini Ash hanya berpasrah menerima serangan dari para pemabuk yang tengah menginjak-injak dirinya.