webnovel

Demi Kebahagian Emak

Pria-pria pemabuk itu pergi setelah merasa puas memukuli Ash. Beruntung, Ash tidak di bunuh mereka. Mengandalkan sisa tenaganya, Ash berusaha bangkit dan berjalan menuju rusunnya.

Sejenak, Ash menghentikan langkah kakinya di pinggir alun-alun kota. Dibalik remang-remangnya malam, Ash melihat sepasang kekasih sedang memadu cinta disana.

Sementara dirinya yang terluka, tiada satu orang pun yang mau menolong. Terkulai lemas dan bersandar di bangku taman, Ash menghela napas.

Setelah tenaganya sedikit membaik, As melanjutkan kembali langkahnya menuju rusun. Namun tak disangka, saat Ash melintas, ia melihat sebuah mobil terparkir.

Dengan posisi mobil menyala, mobil tersebut bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri. Sontak saja Ash penasaran, memberanikan diri dan mendekati mobil tersebut.

Setelah Ash berada tepat di sebelahnya, ia melihat bayangan dari balik kaca yang tersinari lampu jalanan. Jelas sekali bayangan tersebut, dua insan sedang melakukan olahraga malam.

"Hah ... jaman sekarang, semua orang mencari uang dengan cara apapun. Dunia yang begitu kejam atau keadaan yang membuat mereka melakukan itu?" gumam Ash. Kemudian pergi berlalu.

Beginilah keadaan negerinya saat ini. Apa hendak dikata, Ash bukanlah siapa-siapa. Semua kalangan menghalalkan segala cara untuk mencari makan.

Semua karena wabah yang melanda negerinya, tak kunjung usai. Namun ketika wabah menghilang, krisis melanda. Itulah sebabnya, Ash rela mengorbankan nyawanya untuk mengais rupiah.

Demi ibunya, ia rela mempertaruhkan nyawanya. Akan tetapi, peristiwa malam ini membuat Ash tak mampu melanjutkan pertarungan dan pertaruhannya esok malam.

Seretan langkahnya kini terhenti. Tatapannya terpaku ke arah tangga rusun. Dengan santai Ash menaiki anak tangga satu persatu. Terdengar suara dari rumah tetangga, saat ia melintas.

"Kamu main kerumah janda itu lagi, mas?"

"Kapan kita bisa bayar hutang?"

"Mas, Jangan ikut-ikutan demo lagi!"

"Aku jijik mas ... aku jijik!"

Begitulah yang terjadi, tiap kali Ash pulang dari arena jalanan. Terdengar jelas, wabah itu membuat semua kalangan menjadi sulit untuk mencari makan.

"Emak ... Emak ..." ujar Ash ketika berada di depan pintu rumahnya.

Cukup lama Ash mengetuk pintu, tak jua di bukakan oleh Emak. Sementara di dalam, Emak sedang asik menonton Drama Korea menggunakan eraphone di kamarnya.

Merasa sangat lelah, Ash yang dipenuhi luka lebam pada wajah serta perutnya yang masih terasa sakit, membuatnya terpaksa tidur di depan pintu.

"Astaghfirulloh ... anak orang kasian amat ya!" teriak Emak ketika membuka pintu pagi itu.

Mendengar teriakan Emak, Ash terjaga. Dengan mengusap-usap kedua matanya, Ash berdiri. Kemudian ia masuk kedalam rumah tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Ash ... oey! Wajahmu memar kenapa?" tegur Emak, namun Ash tetap saja melangkah, tak menghiraukan.

Tibanya Ash di kamar, ia langsung saja membanting tubuh ke atas kasur dan kemudian terlelap.

"Perasaan tinggal cuma berdua, tapi tiap hari nyapu, ngepel, cuci baju. Ditambah lagi punya anak satu, tiap pulang selalu aja memar. Kasihan aku, dia rela jadi kuli demi menghidupiku," lirih Emak, menitihkan air matanya.

Sore harinya. Ash yang terbangun, seperti biasa turun dari kamarnya. Kamar yang berjajar dengan palfound rusun, memiliki akses hanya satu tangga yang mengarah ke dapur.

Rusun tempat mereka tinggal, berada di lantai paling atas, sehingga dapat memanfaatkan plafound sebagai kamar. Sebab tempat tinggal mereka, awalnya hanya ada satu kamar saja.

Kemudian duduk dan merebahkan kepalanya di meja makan, setelah turun dari tangga kamarnya.

"Kamu itu, pulang selalu saja subuh hari. Emak kadang heran, kuli panggul mana yang kerja tengah malam?" tegur Emak ketika melihat Ash duduk di sana.

Wajah Ash memucat. Harus benar-benar memberi jawaban dan alasan yang tepat. Jika tidak, Emak akan curiga tentang apa yang ia kerjakan setiap malam hari.

"Mak, jaman sekarang cari kerja susah. Pabrik sudah banyak yang bangkrut, belum lagi toko-toko banyak yang sepi. Seharinya aja banyak orang-orang pergi memancing untuk mencari ikan, lalu mereka jual dengan harga 1 liter beras," jawab Ash, berbohong.

"Emak nanya apa, dia jawab apa? Enggak nyambung!" pungkaa Emak.

Pertanyaan yang dilontarkan Emak saat ini, adalah pertanyaan yang tak mampu Ash jawab dengan kata-kata. Ash hanya berharap, semua kesulitan hidupnya segera berakhir.

"Sejak kejadian itu, kamu sangat suka nasi goreng buatan Emak. Apakah kau tak suka dengan masakan lain yang mak buatkan?" ujar Emak, sembari membuatkan nasi goreng.

"Aku bukan tak menyukai masakan yang lain, Mak. Aku lebih menyukai nasi goreng buatan Emak, supaya aku ingat dimasa kita lagi sulit," Ash menjawab dengan senyum.

"Kalau begitu, mana uang belanja buat besok?" timpal Emak.

Ash tercengang ketika mendengar ucapan Emak barusan. Ketika mak menatapnya dengan kekuatan intimidasi, itu berarti Emak meminta uang belanja padanya.

"Ada tiga ratus ribu saja, Mak," tangan Ash gemetaran saat memberikan uang kepada Emak.

Dengan sambaran berkecepatan tujuh ratus kilo meter per jam, uang yang semula di tangan Ash, kini telah raib seketika. Berpindah ke tangan Emak, kemudian Emak menghitunya dengan bantuan jari, lidah dan liur.

"Trimakasih! Kalau begini tiap hari, Emak bisa membuatkanmu nasi goreng yang banyak," celoteh Emak, kemudian memberikan sepiring nasi goreng.

Ash hanya tersenyumu melihat wanita yang telah melahirkannya itu begitu senang. Rasa bahagia menyelimuti diri Ash. Hingga rasa sakit yang semula dirasakan, kini ditepisnya.

"Aku akan bertanding lagi malam ini, aku tak ingin melihat Emak kecewa," lirih Ash nyaris tak terdengar.

"Apa? Kamu ngomong apa?" sambung Emak, mendengar ucapan Ash yang samar didengar.

"Hah ... tidak, Mak. Nasi goreng Emak enak banged," jawab Ash, berbohong.

Mengedikkan bahunya, Emak berlalu. Pergi ke kamarnya, lalu menutup pintu rapat-rapat.

Setelah Ash selesai makan, ia beranjak menuju kamar mandi. Namun sebelum itu, seperti biasa Ash melihat keluar jendela sejenak sebelum ia mengambil handuk yang biasa diletakkan dijendela.

Terlihat oleh Ash, seorang anak kecil sedang dikejar beberapa pria. Si anak yang mengarah ke rusunnya itu, terlihat sangat ketakutan. Beberapa pria yang mengejarnya, terlihat memakai seragam yang sama.

"Kenapa dengan anak itu?" lirih Ash.

Dengan mengurungkan niat sebelumnya, Ash berlari keluar dan mencoba untuk menolong anak kecil tersebut. Membuka pintu rusun dengan segera, lalu keluar.

"Eh Asholole, kok cuma pake celana pendek gitu sih? Kan mbak jadi gerah nih ..." tegur salah seorang tetangganya yang melihat Ash hanya mengenakan celana pendeknya.

Terpaku. Ash hanya mematung ketika menyadari bahwa dirinya hanya memakai celana pendek saja. Sedang tetanggamya, kini melangkah mendekati Ash.

"Mbak gemas lihat ini ..." ujar wanita itu, lalu menyentuhnya.

"Jangan lakukan ... jangan! ah TIDAAAK!" teriak Ash, histeris. Beriringan dengan tangan si wanita yang menyentuhnya.