1 Konflik Yang Terjadi.

Saat ini dia yang dipenuhi luka lebam, hanya berpasrah diri menerima pukulan demi pukulan yang menghantam tubuhnya.

Merasakan pukulan demi pukulan, hingga dirinya benar-benar tak sanggup melawan. Menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, itupun percuma.

Menepis semua keputusasaan yang saat ini dia rasakan, sorak para penonton mengiang di telinganya. Timbul pertanyaan di dalam batinnya saat ini.

Apakah malam ini takdirku, lalu semuanya akan berakhir?

Sejenak dia memejamkan mata diiringi helaan napas panjang, sementara tubuh dan wajahnya terus dihujani pukulan-pukulan keras yang dilontarkan oleh seseorang berbadan kekar.

"Tamatlah riwayatmu!" hardik si pria kekar.

Dia yang semula tak kuasa melawan, kini mulai bangkit. Dengan erangan yang menggelegar, membuat semua penonton terdiam.

Matanya terbelalak lebar, menatap serius ke arah lawannya. Dengan semangat membara, kaki kanannya menendang bagian belakang pria kekar tersebut.

Ketika si pria tersungkur akibat tendangannya barusan, dia berdiri dan berbalik menyerangnya dengan pukulan pria sejati.

Langkahnya perlahan mendekati pria kekar yang sebelumnya menyerang -- ganas, kemudian dia melontarkan pukulan yang begitu cepat dan keras.

BAM!

Akibat hantaman itu, si pria terkulai lemas. Para penonton bersorak meminta agar segera mengakhiri pertarungan malam ini. Dengan tatapan tajam mengarah ke lawannya, ia melangkah mendekati si pria yang sudah tak berdaya.

"BANGUN!" bentaknya kepada si pria kekar.

Pria kekar itupun berdiri. Lalu, malam itu pertarungan usai dengan kata "Menyerah" yang terucap dari mulut si pria kekar. Dengan berjabat tangan, si pria kekar menyerah. Secara otomatis, uang taruhan malam itu menjadinya.

Dua Jam sebelumnya ...

"Ash bangun!" sebuah alarm dari Emak tercintanya sore itu, membangunkannya yang tengah tertidur lelap.

"Jam berapa ini, Mak?" dia bertanya ketika melangkah turun dari tangga kamar yang mengarah ke dapur.

"Ini sudah jam 5 sore, mau bangun jam berapa kau?" celoteh si Emak dengan nada kasih sayangnya, meski terkadang membuat dia ingin menutup kedua telinga.

Tanpa menjawab, dia kemudian duduk di meja makan. Karena jika dia menjawabnya, maka pidato dari sang ratu akan menjadi panjang.

"Lah! Kamu mau makan? Belum mandi? Mandi sana!" perintah alam tersebut tak mampu ia tolak, maka dari itu dirinya bergegas menuju kamar mandi.

Selagi dia mandi, biarkan aku memperkenalkan dirinya kepada kalian. Namanya adalah Ash, Usianya saat ini 29 tahun. Dia hanya tinggal berdua dengan Emak di sebuah rumah susun yang terletak di Jakarta.

Ayahnya meninggal karena insiden yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Setelah wabah virus melanda negeri tercinta ini, semua kalangan mengalami krisis yang cukup hebat dan berkepanjangan.

Banyak dari mereka yang mati kelaparan, bahkan terjadi perang saudara untuk memperebutkan sesuap nasi.

Namun yang membuat ayahnya meninggal bukanlah insiden tersebut, melainkan kecelakaan ringan yang dialami di kamar mandi.

Polisi yang saat itu menyelidiki, memberitahukan bahwa ayahnya terpeleset sabun mandi. Menghantam kaca, kemudian jatuh dari jendela. Terjatuh dengan bagian kepala menghantam aspal terlebih dahulu.

Peristiwa nahas tersebut menjadikan Emak mendapatkan title "Janda". Akan tetapi Emak tidak di cap sebagai "Janda Kesepian" itu dikarenakan aplikasi chattingnya selalu dipenuhi pria-pria tampan berwajah Korea.

Kembali membahas tentang Ash saat ini. Ash memiliki tubuh kekar serta dipenuhi gambar-gambar seram sebagai tatto juga memiliki postur yang tak begitu tinggi -- tak pendek.

Satu hal lagi yang membuat daya tarik dari Ash adalah senyuman datar dengan lesung pipi. Sehingga para wanita akan bertekuk lutut ketika melihat dia tersenyum kepada mereka.

Makanan favorit Ash adalah nasi goreng buatan Emak. Selain rasanya yang nikmat setengah hangus, rasa khas Made in Emak itu membuat tenaga Ash menjadi kuat 20 kali lipat, bukan karena ramuan khusus, namun ada kisah kelam di balik itu semua.

Sore itu, setelah Ash selesai dari mandinya. Seperti biasa, Ash mengenakan celana pendek serta sweeter kebanggan. Dengan sedikit semprotan parfume aroma melati, Ash keluar dan turun dari tangga kamar.

"Mak! Kamar di plafoun rumah itu ide siapa sih? Setiap aku tidur, pasti saja ada tikus gemas yang ikut tidur di sebelahku," Ash menggerutu.

"Bersyukur kita diberikan rusun subsidi dari pemerintah Jakarta. Jika tidak, bukan hanya tikus yang menemanimu tidur, kamu juga sudah ditemani para gembel dan tidurmu dibawah jembatan TOL," jawaban yang begitu inspiratif dari Emak.

"Aku nanya apa, Emak jawabnya apa. Gimana, sih!" gerutu Ash.

"Ayahmu yang buat, masih mau ngeluh? Mau Emak coret dari Kartu Keluarga?" ancam Emak.

"Iya deh, maaf jika aku sudah mengeluh!" jawab Ash sembari menarik kursi yang berada dekat meja makan sebelum ia mendudukinya.

"Hidup jangan di bawa ribet, Ash. Nikmati kehidupanmu! Jadi Emak tak mudah, setiap malam hari ini selalu was-was menunggumu kembali dari bekerja. Entah apa pekerjaanmu, setiap malam pulang selalu saja membawa luka lebam di wajah," gerutu Emak dengan wajah garangnya.

"Mak, cari pekerjaan susah, dan aku hanya mampu menjadi buruh panggul. Siapa sangka setiap aku berjalan pulang, aku harus bertemu para preman," hanya ituah alasanny kepada Emak, agar Emak tak khawatir.

"Ya sudah, yang penting kamu jaga diri. Meskipun badanmu kekar, kamu tetap saja manusia yang hanya memiliki satu nyawa."

Setelah Ash selesai dengan semuanya, ia segera pergi menuju dunianya . Namun sebelum dia pergi, Ash selalu menyempatkan diri untuk sembah sungkem kepada Emak, berharap restu dan doanya menyelamatkanya dari kematian malam itu.

Tepat pukul tujuh malam, Ash telah tiba di Jalan Penjernihan 1; Itu adalah nama jalanan yang sering di jadikan arena pertarungan pada saat malam tiba.

Dahulu jalan tersebut sangatlah ramai kendaraan yang berlalu-lalang, namun setelah insiden selepas wabah virus mematikan, jalanan tersebut menjadi sepi.

Setibanya Ash disana, sahabatnya menyambut. Namanya Karman, dia menjadi teman Ash setelah ia selamatkan dari kerumunan masa beberapa bulan yang lalu.

Masalahnya sepele, Karman yang saat itu pulang dari kuliah percopetan, mencoba mempraktikkan keahliannya kepada seorang wanita, yang ternyata wanita tersebut adalah istri dari seorang TNI.

Beruntung. Ash yang melintas di tempat kejadian, menarik tangan Karman kedalam reruntuhan gedung tua. Alhasil, kerumunan warga yang sebelumnya mengejar telah kehilangan jejak dan bau dari Karman.

"Whats app bro! Sudah siap jadi juara malam ini?" kalimat pembuka dari seorang Karman menyapa Ash.

BLETAK!

"Kamu ini, jangan sok kebarat-baratan deh! Kita ini buatan lokal, nikmati saja kearifan lokal!" ujar Ash setelah menjitak kepala Karman.

"Aduh sakit!" eluh Karman.

"Makanya kalau aku nasehati, dengar!" bentak Ash.

"Ya, ya. Kamu sudah siap bertanding, kawan?" Karman bertanya, mengalihkan obrolan.

"Ya, aku selalu siap. Karena aku akan bertarung dan berdiri sampai akhir."

"Hey, kamu! Pria lemah pemakai popok, ayo lawan aku!" hardik seorang pria berbadan kekar.

Menoleh, Ash mendapati seseorang menujuk ke arahnya. Seketika, Ash naik pitam. Berlari ke arahnya, melompat lalu ...

Bersambung ...

(Caution: Mengandung unsur kekerasan dan gerakan-gerakan action yang dikemas dalam text)

avataravatar
Next chapter