webnovel
#ACTION
#MYSTERY
#REVENGE
#DETEKTIF

Before The Dawn

Apa jadinya jika seorang penyidik kepolisian, mendapat telepon dari pria misterius yang memberitahukan tentang kasus pembunuhan yang sedang berlangsung? Hal seperti itulah yang menimpa Arvin Theodore. Seorang penyidik kepolisian nomor satu di unitnya. Entah membawa tujuan apa, seorang pria misterius memberitahukan secara langsung mengenai kasus pembunuhan yang sedang atau akan terjadi. Di satu sisi memang terlihat menguntungkan, tapi di sisi lainnya justru mengundang banyak tanda tanya. Hingga pada akhirnya, melibatkan Arvin dengan pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki julukan The Dawn. Pemburuan sebulan tiga mayat pada tanggal-tanggal tertentu, sudah menjadi ciri khas pembunuh yang satu ini. Dia mengeksekusi korban secara brutal. Pun meninggalkan tanda seolah memberi pesan peringatan. Dalam proses penyelidikan yang Arvin dan rekan-rekannya lakukan, justru menggiring mereka pada kelompok bernama Black Alpha. Sebuah kelompok kejahatan bawah tanah yang ternyata memiliki benang merah dengan apa yang terjadi enam belas tahun silam. Tragedi yang coba Arvin lupakan selama ini, justru kembali menghantuinya. --- Author Note: Cerita ini hanya fiksi. Jika terdapat kesamaan nama tokoh, pangkat, latar tempat dan kejadian/kasus. Itu murni atas ketidaksengajaan penulis. Pun penulis tidak memiliki tujuan tertentu atau hubungannya dengan pekerjaan dari instansi terkait.

Rryuna · Horror
Not enough ratings
248 Chs
#ACTION
#MYSTERY
#REVENGE
#DETEKTIF

Bab 182: Satu Keuntungan

Tepat setelah Joe Orlando meninggalkan ruangan Alicia, kedua kelopak mata wanita itu terbuka secara perlahan. Jika saja pria itu menunggu sedikit lebih lama, mungkin dia akan menghabiskan waktu lumayan lama di tempat ini. Bukan mengobrol dengan putri bungsunya itu.

 

Namun sayang, Joe terlalu terburu-buru. Sampai melewatkan hal ini. Akan tetapi, hal ini justru baik bagi Alicia.

 

Wanita yang telah mendapat penyiksaan dari Ivy sampai membuatnya tak berdaya seperti ini, pandangannya mengedar ke seluruh penjuru ruangan. Masih berada di ruangan yang sama, dan itu cukup membuatnya kecewa.

 

Kedua matanya yang sudah terbuka, tiba-tiba tertutup lagi. Tidak berapa lama, kembali terbuka. Terus seperti itu untuk beberapa saat. Mungkin Alicia masih merasa pusing atau apa.

 

Bukan hanya itu, ekspresi wajahnya pun sesekali terlihat meringis. Seolah menahan sakit. Pantas saja, beberapa bagian dari tangannya diperban. Hal itu ulah siapa lagi, jika bukan ulah Ivy.