2 1. Pertemuan Singkat

-Author POV-

Di sebuah cafe yang cukup ramai di jantung kota, terlihat kesibukan para pelayan yang sibuk mengantarkan pesanan para pengunjung. Termasuk, Kinan Larasati. Tubuhnya yang mungil dengan perawakan Eropa - Indonesia membuat wajahnya yang mungil begitu memikat, cocok dengan warna kulitnya yang putih dan rambutnya yang berwarna kecoklatan. Siapapun tak bisa mengelak dengan kecantikannya. Apalagi saat ia memasang senyuman di wajahnya, membuat semuanya terpesona. Maka jangan heran, jika pengunjung kafe itu rata-rata laki-laki. Namun, di balik senyuman indahnya itu tersimpan luka yang tak diketahui orang banyak.

Suara bel pintu berbunyi menandakan jika ada pengunjung yang baru masuk ke dalam kafe. Seorang pria yang jangkung dengan dibalut sebuah jas yang terlihat mahal. Ia melihat di sekitarnya, mencari meja kosong untuk ia tempati. Kinan menghampirinya.

"Ada yang bisa saya bantuan, Tuan?"tanya Kinan yang masih menunduk.

Tanpa melihat Kinan,"Oh, apa masih ada meja yang kosong?"katanya cuek sambil memandangi setiap sisi kafe.

"Untuk sekarang maaf tuan, semuanya penuh. Tetapi jika tuan berkenan menunggu sekitar 5 menit, pelanggan di sana akan selesai."jawab Kinan sopan sambil menunjuk meja yang berada pojok dekat jendela.

Lelaki itu tersenyum remeh,"Apa? Menunggu? Saya tidak waktu untuk itu."

Kinan menghela nafas sejenak dan mengangkat wajahnya untuk memandang lelaki sombong itu,"Jadi apa yang harus saya lakukan untuk tuan?"

Lelaki itu menoleh ke arah Kinan yang masih menatapnya. Tiba-tiba ia terpaku dengan mata Kinan yang kecoklatan. Ia seperti tenggelam dalam mata coklat Kinan yang teduh itu, tetapi seperti menyimpan luka yang begitu dalam.

Kinan merasa heran dengan tingkah laki-laki itu yang memandang dirinya begitu dalam. Ia segera menyadarkan lelaki itu.

"Tuan...Tuan... Apakah tuan baik-baik saja?"tanya Kinan sambil mengibaskan tangannya ke wajah lelaki itu.

Lelaki itu tersentak kaget. Ia segera memutus pandangannya kepada Kinan dan segera melarikan pandangannya ke sudut-sudut kafe. Seperti ada yang menelusup ke dalam relung hatinya, entah apa itu. Lelaki itu menghela nafasnya untuk menetralkan kembali hatinya,"Iya saya baik-baik saja."jawabnya dengan cuek.

Suara bel kembali berbunyi menandakan seseorang masuk dalam kafe itu lagi. Mata Kinan dan lelaki itu mulai mengarah ke arah pintu kafe itu. Seorang pria paruh baya dengan setelan jas lengkap menghampiri mereka berdua. Pria paruh baya itu menunduk hormat sebelum membuka pembicaraannya,"Maaf mengganggu tuan, Mr. Franklin sudah menunggu tuan di kantor."

"Kalau begitu kita langsung ke kantor saja!"kata lelaki itu dan beranjak meninggalkan kafe. Pria paruh baya itu menunduk hormat ke arah Kinan, Kinan membalasnya dengan menunduk hormat pula ke pria paruh baya itu. Akhirnya, Kinan menghela nafas lega karena tidak harus berlama-lama meladeni pelanggan yang keras kepala seperti lelaki itu. Kinan kembali ke posisi semulanya, yaitu dapur.

🍃🍃🍃

Maaf yah kalau ceritanya gak bagus😊😊

Jangan lupa divote dan dicomment. Soalnya butuh masukan dari teman-teman, karna baru nulis cerita pertama kalinya. Semoga kalian suka yah😊😊

Salam cinta, author😍😘

avataravatar
Next chapter