27 senjata pamungkas

Anjas menatap Reka penuh kemenangan. sementara Reka nampak sangat gusar harus membayangkan mereka akan menikah dua hari lagi.. dia benar-benar belum siap harus bersama pria itu.

"Nda.... " Tiba-tiba Anjela keluar dari kamarnya. Reka bernafas lega, dia punya alasan untuk menghindar dari tatapan Anjas, dan segera berlari menghampiri putrinya.

" A yah.. " Anjela tersenyum lebar melihat ayahnya yang ada di sana dan segera berlari menghampiri Anjas, dan melewati Reka. Reka langsung berdiri terpaku dengan wajah cemberut karena putrinya lebih memilih ayahnya dari pada bundanya yang telah melahirkan dan membesarkannya. Anjas dengan segera memeluk dan menggendong putrinya dengan wajah gembira sambil memandang ke arah Reka.

"Kok bangun? " tanya Anjas lembut pada putrinya.

"Bun. da.. " Jawabnya sambil menunjuk Reka.

"Gak ada bunda di samping kamu? " Tanya Anjas. yang dijawab Anggukan oleh Anjela.

Anjela mencondongkan badannya ke arah Bundanya seolah-olah meminta agar Ayahnya membawanya ke sana.

"Bobok " Katanya begitu sampai di dekat Bundanya. Reka hendak mengambil putrinya dari tangan Anjas, namun Anjela langsung berbalik dan memeluk leher Ayahnya. Reka memijit keningnya tampak sedikir gusar, dia takut putrinya akan meminta Ayahnya untuk tidur bersama mereka seperti kemarin.

"Jel... ayah ada kerja... bobok sama bunda aja ya! " Pinta Reka dengan suara lembut. Anjela langsung melepaskan pelukannya dari leher Ayahnya dan menatap sang ayah seolah meminta jawaban. Anjas terdiam beberapa saat memandang putrinya lalu memandang Reka. Reka melotot kesal kepada Anjas agar laki-laki itu membenarkan ucapannya.

"Iya... Ayah ada kerjaan dua hari ini... habis itu, Ayah bakal nemenin kamu bobok... sabar ya! " Jawab Anjas. Meskipun wajahnya menghadap Anjela, namun matanya tertuju ke arah Reka sehingga membuat perempuan itu geram.

Bagas yang dari tadi memperhatikan ulah mereka tak bisa menahan tawa sehingga semua mata tertuju padanya.

"Ada apa? " Tanya papinya heran.

"Gak ada apa-apa pi.. " Jawabnya menahan senyumnya.

Untung saja kedua keluarga mereka tidak memperhatikan mereka karena sibuk berdiskusi, jika mereka sampai memperhatikan kejadian tadi mungkin saja pernikahan mereka akan dimajukan jadi esok hari.

..............

Pagi ini Anjas sudah berada kembali di rumah Reka, sehingga gadis itu menjadi kesal.

"kita akan mencari cicin kawin, sekalian baju buat besok. " Kata Anjas yang tak peduli dengan kekesalan Reka.

Seandainya bukan karena Anjela, mungkin dia tak akan menerima pernikahan ini.

Reka sengaja membawa Anjela bersama mereka agar tidak hanya berdua saja dengan Anjas, tapi hal ini malah membuat Anjas semakin berani mendekatinya.

Setelah turun dari mobil, Anjas tak membiarkan Reka menggendong putrinya, dia menggendong putrinya layaknya kangguru menggendong bayi mereka.

Hal itu menyita perhatian orang yang berada di sekitar mereka. Mereka terlihat seperti sepasang suami istri yang sangat harmonis.

Anjas membawa Reka ke toko perhiasan langganan keluarganya, pemilik toko itu langsung menyambut nya.

" Pak Anjas, selamat datang" Sapanya ramah. Anjas hanya tersenyum sambil mengangguk.

Pemilik toko melihat kearah Anjela dan Reka bergantian.

"Apa yang bisa saya bantu? " Tanya pemilik toko itu lagi.

"Aku mencari cincin pasangan... seperti cincin kawin gitu" Jawab Anjas.

"Kebetulan sekali ini ada model terbaru" jawab pemilik toko yang langsung mengeluarkan cincin itu.

"Apa kau suka? " Tanya Anjas.

"Apa tidak terlalu berlebihan? " Tanya Reka saat melihat cincin itu begitu indah.

"Aku ingin yang terbalik untuk kita" . Jawab Anjas. Tanpa sengaja Anjas melihat cincin yang melingkar di jari manis Reka. Anjas mengangkat tangan Reka agar dapat melihat cincin itu lebih dekat. Reka segera menarik tangannya, tapi Anjas memegang tangan Reka dengan erat sehingga dia tak bisa melepaskan pegangan Anjas.

"Apa cincin ini dari Dia? " Tanya Anjas dengan nada cemburu. Reka tak menjawab, tapi Anjas sudah mengetahui jawabannya.

"Kapan dia memberikannya padamu? "Desak Anjas lagi.

"Sehari sebelum kau melakukan itu padaku, saat itu dia memintaku untuk menikah dengannya setamat dia kuliah " jawab Reka. Anjas menarik nafas panjang

"Hapuslah dia dari ingatanmu.. dan gantilah denganku..... ku mohon... demi putri kita" Kata Anjas lirih.

"Bolehkah ku kembalikan ini padanya? " Tanya Anjas. Reka terdiam sejenak, lalu melepaskan cincin itu. ' mungkin memang sudah waktunya 'Batin Reka.

Reka memberikan cincin itu pada Anjas. Anjas tersenyum lembut menatap Reka.

Reka membuka mulutnya lalu menutupnya kembali sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu, tapi tak jadi, dan Anjas dapat melihat hal itu.

"Kau ingin mengatakan sesuatu? " Tanya Anjas lagi. Reka awalnya hanya terdiam, dia ragu untuk menjawab, namun pandangan Anjas seolah memaksanya untuk mengatakan isi hatinya.

"Aku... aku.. mungkin butuh waktu untuk bisa menerimamu seutuhnya. " Kata Reka lirih. dia hanya menunduk tanpa berani menatap wajah Anjas saat mengatakan hal itu. Anjas paham maksud perkataan Reka. perempuan itu sepertinya tidak ingin mereka berhubungan sampai dia bisa menerima semua ini.

"Tak masalah bagiku.. aku akan berusaha kau menerima ku seutuhnya, dan aku akan bersabar. " Jawab Anjas setengah berbisik. Reka menatapnya seolah berterima kasih.

"Baiklah... kami ambil yang ini. " Kata Anjas pada pemilik toko.

Kemudian mereka pergi ke butik yang khusus menjual pakaian pakaian pengantin setelah menerima telefon dari maminya Anjas yang sudah sampai di lokasi terlebih dahulu. perempuan setengah baya yang masih saja terlihat menawan itu tengah sibuk memilih pakaian untuk kedua pasangan itu. Begitu Anjas dan Reka masuk, Maminya Anjas telah berhasil memilihkan pakaian untuk mereka.

"Sayang... maafkan mami... andai saja kalian nikah gak mendadak gini, pasti persiapannya akan lebih oke. Baju kamu pun pasti akan mami mintak dirancangin sama perancang terkenal" Katanya dengan nada sedih sambil memegang kedua tangan Reka.

"Mi... ini bagus banget malah.. terima kasih banyak ya Mi.. " Kata Reka menatap maminya Anjas tulus. Wanita paruh itu langsung memeluk Reka. Reka mencoba kebaya itu satu persatu karena Mami ingin melihat mana yang terbaik untuk calon menantunya, setiap kali Reka keluar dengan pakaian berbeda setiap kali itu pula Anjas terpesona . Dia berusaha sekuat mungkin untuk mengatur detak jantungnya yang sudah seperti genderang perang. Untung saja yang berada di dadanya adalah Anjela, gadis kecil yang belum genap berusia dua tahun itu tak paham dengan detak jantung ayahnya yang tak teratur.

"Na... h, ini aja.. cocok banget buat kamu.. " Kata Maminya Anjas ketika melihat pakaian yang memang sangat serasi dengan tubuh Reka, sepertinya pakaian ini memang khusus di jahit untuknya. bahkan Anjas hampir saja meneteskan liurnya saat melihat kesempurnaan itu, tapi dia menarik nafas lelah setelah ingat perkataan Reka tadi yang butuh waktu untuk menerima nya seutuhnya. tapi Anjas punya sebuah senjata pamungkas untuk menaklukan calon istrinya itu. yaitu putri mereka Anjela..

"Maafkan Ayah ya sayang... jika nanti ayah sering memanfaatkanmu! " Kata Anjas pada Anjela yang tertidur lelap dalam gendongan di dadanya.

avataravatar
Next chapter