26 kalian nikah dua hari lagi.

Anjas memacu motornya cukup kencang sehingga membuat Reka yang berboncengan di belakangnya menjadi takut dan tanpa sadar memeluk pinggang pria itu sangat erat yang membuat Anjas tak hentinya tersenyum.

"Bisa pelan sedikit? " Tanya Reka setengah berteriak.

Anjas tersenyum lalu sedikit memelankan laju motor nya. Reka sedikit lega dan hendak melepaskan pelukannya. Anjas mengenggam tangan Reka dan berkata..

"Jangan di lepas... tetaplah begini" Kata Anjas lagi.

"Aku gak mau.. lepas.. !" Kata Reka kesal. Anjas langsung memacu motornya sehingga Reka kembali memeluk Anjas dengan erat. Anjas tak bisa lagi menahan tawa nya.

Dalam waktu singkat... mereka telah sampai di rumah Reka. Anjas ikut turun, tapi Reka melarangnya.

"Sudah larut malam... lebih baik pak Anjas pulang" Kata Reka.

"Jangan panggil aku Pak lagi" Kata Anjas..

"Aku tak tau meski manggil apa. " Kata Reka bingung.

"Sayang juga boleh" Kata Anjas nyengir.

"CK" Reka tampak sangat kesal mendengar perkataan Anjas.

"Kakak aja" Kata Reka lagi.

"Aku gak mau" Malah Anjas yang cemberut saat ini.

"Bang Anjas aja" Kata Reka lagi.

" Mas aja... terdengar lebih enak" Kata Anjas menatap Reka.

"Baiklah.. " Jawab Reka dan segera masuk ke dalam rumahnya yang diiringi Anjas.

"Mas... gak usah ikut... " Perkataan Reka terhenti karena Anjas sudah masuk duluan, langkahnya terhenti sehingga Reka tampak bingung.

"Ada apa? " Tanya Reka yang berada di belakang Anjas. Anjas hanya menunjuk ke arah ruang tamu. Reka pun terdiam saat melihat pemandangan itu.

Beberapa pasang mata memandang mereka marah, dan yang lebih mengejutkan orang tua Anjas juga ada di sana.

"Kalian tau ini sudah pukul berapa? " Tanya Kakek marah.

Serentak mereka melihat ke arah jam dinding. Pukul satu dini hari.

"Sepertinya kalian memang harus dinikahkan secepatnya, kelayapan sampai larut malam" Sambung kakek lagi.

"Tapi kakek.. ini tak seperti pikiran kakek.. Kami.. " Perkataan Reka terputus karena Anjas menggenggam tangannya dan berbisik.

"Jangan katatakan.. kita sudah janji merahasiakannya"

"Lantas.. kita harus jawab apa? " Reka balas berbisik.

"Apa yang kalian bisikkan? " tanya Papinya Anjas..

"Gak apa-apa pi... kami bersedia dinikahkan secepatnya ". Kata Anjas spontan. sementara Reka tampak kaget dan melotot kesal kearah Anjas.

"Gak gak.. kami gak ngapa-ngapain... tadi aku.." Anjas kembali meremas tangan Reka yang masih di genggamnya sehingga Reka kesal dan menarik tangan nya dengan kasar.

"Sudah ku katakan... kau tak boleh menceritakan itu.. lagi pula gak ada bedanya kan? toh kita juga akan menikah? Atau kamu masih mengharapkan laki-laki itu? " Kata Anjas geram sambil berbisik. Reka buru-buru menggeleng.

"Gadis pintar... jadi terima saja kapan waktu yang mereka tentukan" Kata Anjas lagi.

"Kalian sudah selesai berdiskusi? " Tanya Kakek ketika melihat mereka sudah selesai bisik-bisik"

"Sudah kakek.. " Jawab Anjas

"Kami sepakat kalian menikah dua hari lagi" Kata kakek lagi.

"APA? " kata Reka tak percaya.

"Kakek bilang.. kita akan menikah dua hari lagi" Jawab Anjas sambil tersenyum memandang Reka.

"Aku tau " Kata Reka kesal. lalu berjalan kearah kakeknya.

"Kakek... apa harus secepat itu? " Tanya Reka memelas, berharap kakeknya akan merubah pendirian nya.

"Ini demi kebaikanmu juga.. jika sudah halal, kami tak akan melarang kalian jika pulang pagi sekalipun" Jawab kakeknya lagi.

Reka tak tau meski berkata apa-apa lagi, dia tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya, tapi dia juga tak berani untuk berbohong mencari alasan lain pada kakekknya, sehingga dia terdiam dan kedua belah pihak menganggap Reka telah setuju.

"Baiklah... besok kita akan mulai persiapan nya. dua hari lagi yang penting kalian nikah, dan soal resepsi.....

"Kakek.... aku tak ingin ada resepsi pernikahan" kata Reka. Semua orang memandang Reka heran.

"Aku hanya ingin Anjela tak jadi pusat perhatian.. cukup pernikahan saja. Biarlah waktu pernikahan kami tak diketahui oleh orang banyak. " Terang Reka.

Anjas memandang Reka dengan tatapan menyesal, dia sangat sedih mendengarnya.

"Sayang.... maafkan aku" Katanya menatap lembut ke arah Reka. sementara Reka hanya mengangguk sambil menundukan kepalanya.

Semua yang ada di ruangan itu dapat mendengar perkataan Anjas... tapi tak seorang pun yang menanggapi perkataan Anjas, karena mereka dapat merasakan kesedihan Reka.

Beberapa saat suasana menjadi hening.. lalu kakek berkata

"Baiklah... terserah kalian saja.. yang penting kalian nikah dua hari lagi. " Kata kakek memecahkan kesunyian.

"Baik kek" Jawab Anjas mantap.

avataravatar
Next chapter